Dengan langkah gontai, Keira memasuki apartemennya, merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan posisi tertentang. Keira bahkan tidak perlu repot-repot untuk mengganti pakaiannya karena ia sudah kehilangan semangat untuk melakukannya. Tangan kanan Keira terulur, mencoba menggapai lampu yang kini menyinari kamarnya, tapi ia tidak akan bisa menggapainya karena lampu tersebut sangat jauh, sama seperti Rafa yang mungkin tak akan pernah ia bisa gapai. Tanpa sadar, air mata Keira luruh, membasahi wajahnya dengan sangat deras. Keira memejamkan matanya dan isakan mulai lolos dari bibirnya. Keira menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan dan mulai menangis, meratapi kisah cintanya yang kandas, bahkan sebelum ia berjuang untuk mendapatkannya. Setelah mendengar obrolan antara Hesti