RDBG 35. Jika Saatnya Tiba

1787 Words
RDBG 35. Jika Saatnya Tiba Apa yang diutarakan Britanny sukar diabaikan. Grisham memikirkannya sepanjang waktu, kecuali saat ia masuk ke dalam kamar untuk bersama Esteva. Gadis itu bangun dan menyantap makan malam bersamanya. Grisham tidak ingin Esteva bertemu Britanny karena ia tidak tahu apa Britanny bisa menutup mulut soal rencana Duke Westhampton pada orang lain. Grisham cukup sadar, Esteva mungkin akan cemburu dan berprasangka macam- macam, padahal ia belum memutuskan apa pun. Atau bisa jadi gadis itu diam saja memendam perasaannya. Esteva banyak memendam, ia tahu itu dan ia bersyukur gadisnya cukup tahu diri. Soal cincin pernikahan adalah salah satu contoh. Atau Esteva akan mencari pelarian ke dekapan pria lain. Hal terakhir yang sangat tidak ingin Grisham alami. Malam itu, ia meniduri Esteva lagi dengan permainan lembut hingga gadis itu terlelap dan batangnya merasuk sepanjang malam. Cincin gioknya memang berkhasiat dan memberikan getaran lebih halus dibanding giok telur. Esteva seperti dininabobokan. Paginya, Esteva belum bangun juga. Grisham tidak ingin mengganggu tidurnya sehingga ia pergi ke London tanpa memberitahu gadis itu. Grisham pergi didampingi Jonathan dan Martin sebagai kusir karena Bruce masih pemulihan. Esteva terbangun seorang diri dan langsung menggerutu sebal karena Grisham tidak ada di sisinya. Alfred bersiaga di kamar untuk melayaninya. Esteva duduk di ranjang. Tubuh bugilnya cukup tertutupi oleh selimut. "Boleh aku minta rokok Tuan Grisham?" tanyanya pada Alfred. Pria itu menjawab tegas. "Tidak boleh, Nona. Tuan Grisham melarang Anda merokok. Sebagai gantinya, Tuan sudah menyuruh saya menyiapkan camilan dari Arab ini untuk Anda." Alfred menyodorkan stoples kaca berisi kismis kecil- kecil dan buah kurma. Esteva menerimanya. "Hmm, Tuan Grisham perhatian sekali," ucapnya. Ia melilitkan selimut ke tubuhnya, lalu berjalan ke luar kamar sambil mencamil isi stoples. "Saya mau ke kamar saya," katanya. Alfred mengiringinya sambil membawa kotak bergembok yang Esteva tahu isinya adalah seperangkat giok pemuas nafsunya. "Kata Tuan ini jangan ditinggal dan gunakan setiap Nona memerlukannya sebelum Tuan datang," ujar Alfred. "Ya, bawa sekalian ke kamar saya," sahut Esteva. Tiba di kamarnya dan kotak giok ditaruh, Esteva menyuruh Alfred meninggalkannya sendirian. Ia pun mengunci pintu dari dalam. Esteva meletakkan stoples, kemudian bergegas membuka kotak gioknya. Karena Grisham tidak ada, ia mengambil satu giok untuk dimainkannya. Giok hitam berbentuk batang. Ia mencampakkan selimut lalu naik ke ranjang dan duduk dengan kaki terbuka. Giok hitam itu pun menjadi batang penumbuk liang kegadisannya. Esteva melakukannya sendiri, menggerakkan batang itu keluar masuk sambil berteriak memanggil nama pemiliknya. "Ahh, Tuan Grishammm ... ahhh, Tuannhh ... tanpa Tuan ... nikmat ini begitu menyiksa ... uhmmm, yahh ...." Gojlokan batang itu semakin kuat dan cepat, mengikuti desakan rahimnya yang siap meledak. "Ungghh ... ah, aku keluar ... oh, aku keluar ...." Ketika cairan hangat itu tumpah, Esteva mengerang sangat lepas. "Ungghhh ... haahh ....leganya ... Hummh, Tuan Grisham ...." Ia terbaring lemas dan membiarkan liangnya tersumpal batang giok. Getaran dan denyutan sangat kuat terasa. Tangannya bergerak perlahan meremas buah daranya. Esteva menikmati sensasi itu sambil mengkhayalkan Grisham. Ketika berahinya memuncak lagi, gedoran keras di pintu mengempas Esteva ke kondisi pusing bukan main. "Ah, apa-apaan itu?" gerutunya. Britanny berteriak dari luar kamar. "Buka, Eva! Aku tahu kau di dalam. Suara cabulmu sangat nyaring hingga terdengar oleh semua orang." "Ishh, sialan!" gerutu Esteva. Ia mencabut batang gioknya dan meninggalkan di ranjang. Ia membungkus tubuh dengan selimut Grisham, kemudian bergegas membuka pintu agar urusannya dengan Britanny cepat selesai dan ia bisa kembali ke mainan seksnya. Esteva membuka pintu sedikit dan mengintip Britanny. "Ada yang bisa saya bantu, Nona Britanny?" "Ya, kau bisa. Pergi dari sini mumpung Grisham tidak ada," jawab Britanny sambil bersedekap. Esteva menarik napas dalam-dalam lalu tersenyum terpaksa. "Kenapa saya harus pergi? Tuan Grisham tidak ada menyuruh saya pergi." "Karena kau hanya membawa masalah bagi Grisham. Ia akan segera menjadi diplomat atau bahkan gubernur. Bersamamu hanya akan menimbulkan skandal yang mencoreng nama Grisham. Kau akan menghambat kariernya. Sebelum itu terjadi, kau harus pergi. Grisham terlalu baik padamu sehingga ia tidak akan mengusirmu terang- terangan. Kau harusnya sadar itu." Esteva langsung membela diri. "Saya rasa Tuan Grisham sudah memperingati Anda untuk jangan mengusik saya dan hubungan kami. Saya heran kenapa Anda nekat seberani ini mengancam saya. Apa Anda sangat cemburu pada saya? Apa Anda sangat terobsesi pada sepupu Anda?" "Anggap saja aku memang terobsesi pada sepupuku. Dia favoritku. Dia yang paling berpotensi menjadi orang berpengaruh di Inggris. Aku akan mengenyahkan segala hal yang bisa merusak karier dan gelar kebangsawanannya. Grisham boleh membenciku saat ini karena melecehkanmu, tetapi setelah ia sadar, ia akan berterima kasih padaku." Esteva berseloroh memuji Britanny. "Oh, betapa mulianya hati Anda, Nona Britanny. Anda dan silsilah keluarga Anda untuk menjadi nama yang tercatat di halaman depan dalam sejarah Inggris." "Ya dan kehadiranmu dalam rumah ini adalah aib yang sangat besar. Kau pela.cur yang tidak bisa menutup mulutnya dan kelaminnya. Tidakkah kau sadar kau seperti hewan ternak hendak melahirkan? Suaramu terdengar ke mana- mana membuat orang gerah." Esteva menggumam sendiri. "Apakah suara saya seburuk itu?" "Sangat. Dan itu membuat kastel mewah ini seperti rumah b****l. Jika Andreas saja tidak bisa mengatasimu, berarti kau memang lebih bi.nal dari semua ja.lang yang pernah ada di muka bumi." Esteva sebal sekali dimaki membawa- bawa nama Andreas. "Saya menikmati diri saya sendiri, apa itu salah? Tuan Grisham saja tidak keberatan, kenapa Anda yang mempermasalahkan segalanya?" "Tidak mungkin! Terakhir kudengar Grisham memukulimu karena kau melakukan itu." Ah, memukuli karena hukuman kebengalannya? Nona Britanny benar- benar tidak tahu cara bersenang-senang orang keren. "Tuan Grisham ingin saya selalu senang. Ia bahkan membelikan saya alat-alat untuk itu." "Apa?? Sepupuku pasti sudah gila! Ini pasti jebakan agar Grisham ketergantungan dengan Andreas lalu menjadi salah satu pengikutnya, bukan? Mana barang itu?" Britanny mendorong Esteva dan memaksa masuk ke dalam kamarnya. "Anda terlalu berprasangka, Nona Britanny!" seru Esteva, tetapi Britanny tidak menggubrisnya. Matanya nyalang memindai isi kamar. Ia melihat batang giok hitam di ranjang, lalu kotak perangkat barang serupa aneka bentuk dan ukuran tersusun rapi. Britanny mendatangi kotak itu dan mengangkatnya. Esteva menahan tangannya. "Apa yang Anda lakukan?" pekik Esteva. "Benda ini sangat memalukan. Aku akan membuangnya." "Tidak!" Esteva menekan tutup kotak itu dan menariknya dari tangan Britanny, tetapi Britanny tidak melepaskannya. Esteva terpaksa menendangnya sehingga Britanny terjungkal. "Auuhh!" erang Britanny meringkuk di lantai. Esteva mematung sesaat. Ia menelan ludah gugup. Ia tidak ingin menyakiti Britanny, tetapi gadis itu harus diberi pelajaran. Ia ingin Britanny berhenti mengganggunya. Esteva meletakkan kotaknya. Ia membuka selimutnya dan menggunakan kain itu untuk mengikat badan dan tangan Britanny. "Apa yang kau lakukan?" bentak Britanny. Beberapa pelayan melongok di ambang pintu. Esteva memburu mereka lalu menutup keras pintu dan menguncinya dari dalam. Britanny berkial-kial berusaha melepaskan diri. Esteva berdiri memandanginya dengan tubuh polos tanpa sehelai benang pun membuat wajah Britanny memerah. "Kau ... ja.lang, tidak tahu malu!" Esteva merapatkan rahangnya. "Saya akan tunjukkan pada Anda, bahwa yang tidak tahu malu bukan cuma saya." Ia menarik celana dalam Britanny dan membiarkannya berteriak-teriak. "Aaah, tidaak! Lepaskan akuuu!" Esteva mengambil telur giok warna hitam dan memasang rantainya. Giok itu siap digunakan. Ia menatap Britanny dan mereka sama- sama terdiam. Kemudian tanpa bicara sepatah kata pun, Esteva berlutut di antara kaki Britanny dan mencolok liang daranya. "Kyaah ...." Britanny terpekik terkejut lalu menjadi desahan tidak karuan. "E- Eva ... apa yang kau lakukan?" Mata Esteva terpicing. "Anda tidak perawan lagi, bukan? Karena itu Anda takut menikah dan memilih menumpang dengan sepupu Anda," tudingnya. "Aa- aku ... ahhh ...." Esteva memainkan jarinya di dalam sana sehingga Britanny termangap tidak bisa berkata-kata. Jemari itu sudah piawai dengan organ sesamanya. Britanny menggeram marah karena tubuhnya merasakan kenikmatan. "Sssialan ...," desisnya. Tubuh Britanny menggeliat tidak karuan. Anehnya, ia tidak berteriak lagi. Malah terpejam dan liangnya semakin basah. "Ooh, Eva ... kenapa kau ... melakukan ini ...? Aku mohon ... hentikan ...." Esteva menggerakkan jarinya semakin gencar untuk mengamati reaksi Britanny. "Nona Britanny, Anda suka disentuh perempuan?" Britanny membuang muka ke arah lain dan memaki Esteva. "Ooh, diamlah! Tahu apa kau?!" Ia terisak. Ia rindu teman- teman asramanya dulu. Bersama mereka selalu bersenang-senang. Ia rindu gadis berambut pirang yang ditemuinya di perpustakaan. Mereka punya momen indah bersama, tetapi sekolah berakhir dan mereka terpisah. Terakhir didengarnya gadis pirang itu menikahi seorang bangsawan lalu lama tidak terdengar kabarnya. Entah apa yang terjadi dengannya. Britanny ingin mengunjunginya, bertemu dengannya lagi dan mungkin mereka bisa bersama, tetapi bagaimana caranya? Esteva melanjutkan ancamannya. "Saya hanya tidak ingin Nona menyentuh giok- giok saya. Itu pemberian Tuan Grisham. Saya akan beritahu Nona kenapa banda itu sangat berharga." Kemudian ia memasukkan telur giok hitam itu ke dalam liang dara Britanny dan reaksi selanjutnya adalah apa yang menjadi dambaan setiap wanita. Rasa cinta yang luar biasa. Giok hitam kekuatannya mungkin 3 kali lipat giok merah muda. Yah, bisa dibayangkan getarannya bak gempa bumi sungguhan. Tubuh Britanny menggeliat hebat. "Kyyaaahh, Esteva ... kau perempuan biadaaaab ...," teriaknya. Esteva selesai melilitkan rantai dan menguncinya dengan gembok. Ia berdiri menjauhi Britanny yang menggeliat dan berkeringat sambil mendesah-desah tersiksa nikmat. "Saya harap setelah ini Anda berhenti mengganggu saya," katanya, entah Britanny mendengarkan atau tidak. "Saya tahu posisi saya," lanjutnya. "Saya akan pergi dari Tuan Grisham jika waktunya tiba, Anda tidak perlu mengingatkan saya. Saya tahu suatu saat waktu itu akan tiba. Jika Anda benar-benar sayang pada sepupu Anda, saat itu terjadi, Anda jangan menjadi orang yang dibenci olehnya. Anda tidak akan mau menjadi orang yang disalahkan atas segala hal. Rasanya sangat berat menyandang kesalahan yang tidak pernah kita lakukan dan kita tidak pernah punya kesempatan memperbaikinya. Satu permintaan saya, jangan beritahukan saya mengatakan ini pada Tuan Grisham." Britanny tidak mencerna jelas maksud Esteva, akan tetapi ia mengangguk cepat lalu kembali mendongak meratap oleh getaran-getaran perangsang. Ia pun mengeluarkan suara yang baru beberapa menit lalu dituduhkannya pada Esteva. Ya, ia memang terdengar seperti ternak hendak melahirkan. Hanya saja rasanya sangat nikmat. Esteva membiarkan Britanny menggelepar oleh getaran telur giok selama beberapa menit. Dalam kondisi terikat, nona itu terlihat sangat tersiksa. Esteva menjadi iba. Ia menelantangkan tubuh Britanny dan membuka kancing depan gaunnya. "Apa yang kau lakukan?" pekik Britanny gelisah. Apa yang dikhawatirkannya benar- benar terjadi. Esteva mencengkeram kedua gundukan kenyalnya dan memainkan puncaknya dengan sentilan- sentilan keras. Bulatan mungil itu mengeras bagai tombol. "Aagghh!" erang Britanny. Esteva yang mengangkang menindihnya tidak mempedulikan, tetap saja menyentil dan semakin gemas dengan mencubit dan menariknya seperti memeras kelenjar hewan ternak. "Hentikan, Eva! Kau jahat!" rengek Britanny. Esteva yang berwajah datar bersuara dingin. "Saya tidak jahat. Saya memberitahu Nona apa yang saya rasakan sehingga saya ketagihan." Esteva lalu mengulum puncak Britanny, menyusu padanya bagai anak yang haus ASI bunda. Britanny terdongak sambil mengerang. Dalam inti tubuhnya bergolak kuat memacu otot-ototnya berkontraksi. Ia jadi bertanya-tanya seperti inikah nikmat sesungguhnya. Rasanya sangat dahsyat, membuncah rasa bahagia yang tidak bisa dijabarkan. Ledakan demi ledakan terjadi hingga cairannya meluap di sela pahanya. Britanny menangis akibat nikmat yang berlebihan. "Kau sangat jahat, Eva. Sangat jahat!" rutuknya. *** Bersambung ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD