CVC 57. TUMBAL
Apa yang diucapkan Valentino barusan? Perusahaannya mau lauching produk yang sama dengan milik Novantis? Bagaimana mungkin? Kenapa bisa begini?
Tangan dan kaki Cassandra gemetaran. Jika ia tidak sedang duduk, mungkin ia sudah roboh. Senyum Cassandra kikuk dan gelagapan menutup kembali foundation nomor 24 yang ditesnya tadi, menaruh ke slot di koper, kemudian meraba seri lainnya. Tangannya bertambah gemetaran sehingga ia terlihat ragu mengambil yang mana.
Valentino sedikit bingung dengan reaksi gadis cantik bak wanita Spanyol di hadapannya. Mata Cassandra membesar disangkanya antusias, tetapi sekilas juga seperti sangat terkejut dan ketakutan. "Nona Cassandra, Anda kenapa? Apa Anda baik- baik saja?"
Cassandra berusaha menata pikirannya. Saat ini ia adalah Cassandra si pelukis. Ia harus memasang wajah cantik dan tersenyum alami. "Ehmm, saya baik- baik saja. Hanya sedikit terkejut. Ini sungguh di luar dugaan saya. Anda serius ingin saya menjadi model kosmetik dan brand ambassador? Pak Valen, saya tersanjung, tapi saya belum pernah melakukan pekerjaan demikian. Saya bukan model profesional."
Valentino terhenyak. "Waah, Anda merendah saja Nona Cassandra. Anda sangat cantik dan berdandan sangat bagus pula. Orang- orang akan lebih percaya pada publik figur seperti Anda daripada model yang tidak mereka kenal."
"Tapi ... tapi ... bukannya tunangan Anda seorang model internasional? Celine Oktavia juga sangat cantik. Saya fans dia." Tidak lagi tapinya.
"Jika saya menggunakan orang dekat saya, tentunya tidak etis bagi perusahaan. Lagi pula, Celine sudah pernah dikontrak brand kosmetik lain, jadi, saya rasa dia bukan wajah segar lagi di industri."
"Oh? Saya kira ... lebih bagus memakai orang yang memiliki pengalaman menjadi BA. Jangan saya."
"Saya lihat Anda di- endorse peralatan lukis dan cat. Nah, soal foundation ini, saya rasa sama saja cara kerjanya. Ayolah, Nona Cassandra, tidak ada alasan Anda menolaknya. Jangan khawatir, tim kami akan mengarahkan Anda sepenuhnya. Anda tidak akan cuap- cuap atau tampil di event- event tanpa briefing dari kami."
"Oh ya?" Cassandra membuka satu botol foundation sambil berujar santai pada Valentino. "Perusahaan Anda sudah lama berkecimpung di bidang kosmetik. Bagaimana sejarahnya Anda bisa mencetuskan produk ini? Saya rasa ini sangat menarik."
"Saya punya tim yang solid. Periset kami menemukan akan ada kelangkaan bahan mica, sehingga perlu substitusi bahan tersebut ke mineral yang lebih ramah lingkungan juga ramah ke kulit."
"Oh? Tim riset? Sejak kapan kalian mulai merisetnya? Ehm, produk ini terasa sangat luar biasa, saya jadi ingin tahu seluk beluknya," kilah Cassandra. Ia membaui aroma foundation creamy di punggung tangannya. Sama persis dengan seri foundation ekstrak peoni milik Novantis.
Valentino sama sekali tidak menduga gadis di hadapannya adalah orang yang merancang formula foundation tersebut. Ia bercerita dengan senang hati. "Sebenarnya ini sedikit luar biasa. Hanya dalam beberapa bulan ini, tunangan saya mulai berpikir untuk berinvestasi di perusahaan. Ia sudah malang melintang di dunia model dan kosmetik. Ia menemui banyak rekannya dari berbagai penjuru dunia mengeluhkan tidak memiliki warna foundation yang setara dengan kulit mereka. Jadi, dia datang dengan ide brilian itu pada saya."
"Celine ... punya ide itu? Hemm, luar biasa sekali ...," gumam Cassandra sambil sekuat tenaga menahan emosinya yang nyaris meledak.
Valentino tertawa kecil. "Ya, saya tahu apa maksud Anda. Saya juga tidak menyangka Celine bisa punya pemikiran seperti itu," katanya.
Cassandra berpikir keras. Mungkinkah Celine bertindak atas suruhan Valentino? Tidak mungkin pria ini ceroboh percaya begitu saja pada ide- ide kekasihnya. Celine tidak sepintar itu. Kenapa Valentino begitu yakin dengan keabsahan produk mereka?
Cassandra tersenyum tipis dan menyorot antusias pada foundation- foundation di hadapannya.
"Bagaimana, Nona Cassandra? Anda berminat pada tawaran saya? Kita bisa negosiasikan nilai kontraknya, saya jamin Anda tidak akan kecewa."
Cassandra mengusap- usap botol silikon transparan berbentuk tetesan air itu dan berujar penuh pertimbangan. "Bisakah saya membawa produk ini dulu? Saya ingin mencobanya di rumah dan akan saya katakan pendapat pribadi saya setelah saya mencobanya. Itu akan lebih fair jika saya mempromosikan produk ini karena saya benar-benar menyukainya."
"Baiklah, tidak masalah, silakan dibawa dan gunakan sesuka hati Anda. Masih ada tenggat waktu sebulan lagi, kami masih bisa membuat penyesuaian jika ada yang tidak berkenan."
Cassandra mengangguk- angguk. "Terima kasih, Pak Valen. Saya pastikan akan mengulik seteliti mungkin produk ini."
"Sama-sama. Saya tunggu kabar baik dari Anda," ujar Valentino semringah.
Susah dipercaya ada pikiran licik dari wajah setampan Valentino de Dimer. Akan tetapi Cassandra yang tahu betul tampang dan penampilan bisa sangat menipu, tidak jatuh pada pesona pria itu. Valentino de Dimer tetaplah orang nomor 1 yang akan menjadi tersangka jika foundation Diva For Me adalah milik Novantis Cosmetics yang mereka curi.
Cassandra pulang diantar ajudan Valentino dan sesampainya di apartemen, ia membuka ponsel dan menelepon seseorang yang merupakan sumber pencemaran, yaitu Novan Aaron Sebastian!
Cassandra membuka blokir nomor telepon Aaron dan menghubungi pria itu.
Aaron sedang rapat bersama staff kantornya ketika teleponnya menyala panggilan masuk. Ia nyaris jatuh dari kursi melihat identitas pemanggil. Bunyi kelabakan Aaron menarik perhatian hadirin. Aaron agar sungkan berujar pada mereka. "Maaf, aku harus menerima panggilan ini." Lalu ia beranjak keluar dari ruang rapat.
Gabriel duduk tenang mengamati, meskipun dalam hati ia keheranan telepon dari siapa sampai membuat Aaron salah tingkah.
Di lorong gedung, Aaron bersuara riang menyahut teleponnya. "Akhirnya kau meneleponku juga, Ell? Ada apa? Apa kau sudah insyaf sekarang?"
Elliana bukannya sedang bercanda, ia menggeram membentak Aaron. "Bapak ke apartemen saya sekarang juga! Ada hal yang sangat penting yang harus kita diskusikan."
"Hah? Apa?"
"Pokoknya ke sini sekarang juga!"
Tuut tuut tuuut. Panggilan langsung diputus Elliana. Aaron terperangah. Jika saja ia pernah meniduri Elliana, mungkin ia akan khawatir Elliana hamil di luar nikah hasil perbuatannya. Sayangnya itu tidak terjadi. Pikirannya langsung tertuju pada masalah temperamen Elliana. Jangan- jangan Elliana atau Cassandra berkelahi lagi dengan seseorang. Apakah Celine atau Billy? Atau Valentino?
Pikiran selanjutnya adalah mengajak Gabriel pergi bersamanya. Aaron menelepon Gabriel dari luar ruang rapat itu. Namun rupanya telepon Gabriel sedang sibuk ada panggilan lain.
Gabriel semula waswas siapa yang menelepon Aaron. Tebakannya adalah Elliana, tetapi untuk urusan apa, ia jadi cemburu. Ketika nomor Cassandra meneleponnya, Gabriel mendapat hidayah jadi dewa penolong lagi.
"Ada apa, Ell?" tanyanya dengan suara direndahkan.
"Bapak Gabriel ...," isak Elliana yang segera berubah jadi tangis keras. "Huk hu hu hu huk huwaaaa ...." Gabriel lari keluar dari ruang rapat, membuat seisi ruangan keheranan dan bergumam bergunjing.
"Ada apa, Ell? Cepet bilang ada apa?" bentak Gabriel ketika ia di lorong yang sama dengan Aaron.
Aaron tercenung memandanginya, kaget melihat Gabriel panik. Jika Gabriel secemas itu, maka apakah yang terjadi pada Elliana? Apakah sesuatu yang buruk? Apakah diperkosa Valentino? Tidak mungkin .... Yang ada mungkin sosis Spanyol Valentino berubah jadi kornet.
Aaron mendatangi Gabriel dan sayup- sayup mendengar suara tangis Elliana. "Pak, kenapa jadi begini, Pak?"
"Apanya yang begini? Cepat jelasin Ell, apa yang terjadi?" desak Gabriel.
Elliana tersedu- sedu. "G- gak bi- bisa ... Saya ... Gak bisa ... Jelasin ... Huk huk huuu ...."
Aaron mendesah gelisah. "Uuh, Elliana kam.pret! Di saat begini dia malah menye!"
"Kamu kenapa? Kecelakaan kah? Sakit kah? Cepet bilang kamu di mana biar aku datangin ke sana," ujar Gabriel lagi.
Gadis itu malah menangis semakin kejer.
Aaron yang sebal bukan kepalang mengambil ponsel Gabriel dan meneriaki Elliana. "Heh, bacot! Lu nangis kek ditinggal kawin CEO ama tunangannya aja. Bukannya kamu didikan preman? Yang garang dikit dong ah!"
Elliana menyahut sambil nangis tetap. "Hu hu huuu, kalo lo kawin guwe kagak bakalan nangis kek gini, berengsek! Yang ada gue bakalan nyanyi lagu 'Kulepas dengan Ikhlas' kelees. Udah lo bedua cepetan ke apartemen gueee, hu hu huuuu."
"Aaargh!" Aaron geram sekali karena tidak jelas sebab Elliana menangis kek patah hati gitu. Ia berujar pada Gabriel. "Riel, cepet kita ke apartemen Elliana!"
"Yuk!" seru Gabriel mengambil langkah lebih dahulu dari Aaron. Keduanya berlarian meninggalkan selasar kantor.
Gabriel dan Aaron sangat cemas selama di perjalanan. Setibanya di depan pintu apartemen Elliana, mereka sedikit lega gadis itu membukakan pintu dan kaki berpijak di lantai. Artinya ia masih hidup dan bukan hantu gentanyangan. Wajah Elliana merona sendu dan mata sembap akibat menangis.
"Kamu kenapa, Ell?" tanya Aaron dan Gabriel bersamaan sambil melangkah masuk. Sementara Elliana berjalan di depan mereka.
Sampai di ruang tengah, Elliana berdiri dan menunjuk koper di atas meja. Koper itu terbuka dan di dalamnya terlihat jejeran botol gemuk. "Itu! Coba liat itu," isaknya.
"Emangnya ada apa sih?" gerutu Aaron, bersamaan dengan Gabriel duduk di sofa dan menarik koper itu agar sama- sama melihat isinya dengan saksama. Dan seketika kedua pria itu mematung bak jadi batu. Mata Aaron dan Gabriel terbuka lebar dan lidah kelu kehabisan kata- kata. "Ini 'kan ...."
"Iya, benar. Itu semua foundation yang sama persis dengan produk Novantis Cosmetics," sela Elliana.
Aaron dan Gabriel menoleh ke arahnya perlahan-lahan, karena mereka sama terkejutnya dengan Elliana ketika pertama kali melihat produk itu.
Gadis itu berjongkok seraya meremas kepalanya dan menangis lagi. "Kenapa bisa Diva Cosmetics mengeluarkan produk yang sama dengan kita, di saat bersamaan pula?"
Aaron dan Gabriel mencoba berpikir jernih. "Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya mereka.
"Inilah proyek yang dimaksud Valentino de Dimer. Bahkan dia ingin Cassandra yang jadi model dan BA. Gimana saya gak syok coba? Kenapa formula dan konsep kita bisa ditiru pek ketiplek kayak n****+ plagiat?"
Aaron tergagap. "Aku ...." Apa mungkin Yosephina? Celine? Billy? Valentino?
Gabriel masih bisa bersikap datar walaupun ia tak kalah terkejutnya. "Kalau kita tetap launching lalu kalah saing, bisa - bisa kita yang dituduh copy cat. Aku dan Elliana bisa terancam dipenjara," gumamnya tanpa mau menoleh pada Elliana, tidak tega melihat kekecewaannya.
"Bukan hanya itu," imbuh Aaron. "Jabatanku di Novantis juga jadi taruhan. Aku harus resign jika proyek ini gagal."
Elliana mengucek matanya yang perih karena menangis lagi. "Hu hu huuu, gimana ini? Belum lagi rilis sudah gagal."
"Enggak, Ell, nggak. Jangan ngomong kek gitu. Masih ada yang bisa kita usahakan," ujar Gabriel berusaha menghibur.
"Usahakan bagaimana, Pak? Bukannya saya yang bicara nantangin dewan direksi waktu itu? Saya sadar kok situasi terburuk saya yang bakalan jadi kambing hitam. Duh, mana waktunya mepet banget .... huuuu uuuu." Elliana membenamkan wajahnya di lutut.
Gabriel dan Aaron saling pandang. Mereka harus melakukan sesuatu atau Elliana yang akan jadi tumbal semua kesalahan.
***
Bersambung ....