Yura menopang dagunya mulai bosan, dia meneliti setiap interior rumah Armin, gaya rumahnya yang mewah dan klasik, bercat putih menenangkan fikiran dan menyejukan pandangan. Ini sesi pertama mereka bertemu secara eksklusif di rumah Armin. Namun Armin masih belum muncul sejak dua puluh menit yang lalu, sejak dia menerima telepon dari seseorang. "Hay.. kau siapa? " Seorang wanita paruh baya yang cantik dan elegan tersenyum begitu menawan, kelihatannya dia baru datang karena masih menenteng kantung belanjaan. "Ah.. anu" Yura ragu untuk menjawab. "Dia Yura temanku bu, kenapa datang?" Yura menghela nafas lega saat Armin muncul. Tunggu kenapa teman? Aku pasiennya!. Apa karena tidak membayar dia tidak menganggapku pasien. Batin Yura protes. Bibir Yura sedikit terbuka, dia menahan nafasnya.