Teresa menatap Dewa lekat-lekat seiring dengan hembusan napas pelan. Senyum dari bibir tipis dan merah muda itu terulas begitu indah seindah mentari yang bersinar di pagi hari. Netra sesejekuk embun itu terus saja menatap Dewa. Membuat getaran di hati lelaki itu kian menyeruak di dalam dadaa. Satu kedipan Teresa berhasil membuatnya hanyut seolah terhipnotis untuk sama-sama menurunkan deretan bulu mata lentiknya turun mengikuti. Satu kali jentikan jari membuat Dewa seketika mengerjapkan mata seiring kedua sudut bibirnya yang tertarik tersenyum simpul. Menundukkan kepala beberapa saat kemudian menatap Teresa lagi. "Kamu nggak tau aku, Kak. Kalau kamu memang berpikir aku adalah gadis s m a yang sering mojok di sekolah itu bukan lagi. Sekarang aku menjadi sesosok Teresa versi dewasa deng