MS 5: Hidung

1752 Words
ƪ(˘⌣˘)ʃ Hai, ketemu lagi di part 4 Mrs. Substitute. Komen dan follownya di DREAME donks biar Sisil semangat nulis. (っ˘̩╭╮˘̩)っ _ TIDAK ada satu gadis pun memimpikan kekacauan di hari pernikahannya, bahkan seorang Sylvia pun yang notabene bukan mempelai wanita sebenarnya, berharap semua berjalan sesuai rencananya. Namun, apa mau dikata? Pernikahan yang sejak awal sudah didasari pada hal yang tidak karuan hanya akan berbuntut pada rentetan kekacauan. "Bournemouth bangsaaaat!" Makian yang tidak pernah Sylvia duga akan terucap dari mulutnya. Namun, ya, dia meneriakkannya. Tangannya tidak sanggup lagi berpegangan. Tubuhnya merosot di dinding lalu mengenai semak-semak. Dia pun meluncur jatuh dari tambatan kain sprei dan telaknya -- dalam pakaian dalam, di bawah sorotan belasan pasang mata -- dia mendarat di atas wajah Andreas. Kedua pahanya terbuka, mengangkang di wajah pria itu dan hidung mancung pria itu menusuk muara relung kewanitaannya yang belum pernah terjamah apa pun. Sementara wajahnya sendiri terbenam di gundukan selang.ka.ngan pria itu. Pendeta Willis, para pelayan, Dante, dan beberapa penghuni yang datang karena mendengar keributan itu berdiri terpana. "Ah!" pekik Sylvia seraya terbelalak merasakan tusukan tumpul di selangkangannya. Terlupa akan rasa sakit akibat jatuh dari ketinggian 3 meter, Sylvia terpusat pada rasa lemas di kedua kakinya yang tiba-tiba dan dia merangkak beranjak dari pria di bawahnya. Sylvia terduduk di ujung kaki Andreas, merapatkan pahanya, menangkup dengan kedua tangan wilayah sensitif di selangkangannya dan menatap berkaca-kaca pada pria itu. Andreas bangun dan duduk seraya menggosok hidung. Tampak wajahnya merah padam dan melirik tajam pada calon mempelainya yang berpakaian dalam seksi. "Apa yang telah kau lakukan?" tuding keduanya bersamaan. Sylvia merengek hampir menangis. Dalam keadaan hampir telanjang dan kewanitaannya telah disentuh, Sylvia merasa telah berbuat me.sum. "Viscount Bournemouth, kau telah menodaiku. Kau telah merenggut keperawananku. Hiks ...." "Aku ... apa?” Andreas terperangah masih memegangi hidungnya yang terhantam p****t dan merasa sedikit lembap. "Mengambil keperawananmu apa? Dengan hidungku?" Sylvia memeluk tubuhnya yang tergurai semak dan dinding lalu menangis sejadi-jadinya, memekakkan telinga orang yang baru sadar dari mabuk seperti Andreas. Tangan Andreas beralih menangkup kedua telinganya. "Dasar gadis gila! Tidak masuk akal!" makinya. Ia lalu berteriak, "Seseorang, tolong tutup mulutnya! Kepalaku sakit mendengarnya!” Seorang wanita berambut gelap tergerai dan berkulit kecokelatan, mengenakan pakaian pria, mengambil sehelai kain sprei, dan membungkus tubuh Sylvia dengan kain itu. Dia menarik tubuh gadis itu agar berdiri, lalu menyeretnya kembali ke dalam rumah. "Diamlah!" bentak wanita itu. "Tidak ada orang yang menangis sepertimu di hari pernikahannya." "Ada!" isak Sylvia. "Aku. Tentu saja aku menangis karena ini bukan pernikahanku. Hu huaaa ...." Wanita berdarah latin itu memutar bola mata tanpa mengindahkan Sylvia yang tertatih mengikuti langkahnya. Wanita itu bernama Eva. Dia salah satu kru Andreas dalam pelayaran dan Eva tidak memiliki kelembutan seperti kebanyakan wanita. Dia mendorong Sylvia ke dalam kamar asal Sylvia diletakkan. Gadis itu tersungkur di lantai dalam bundelan kain yang membungkus tubuh mungilnya. "Hu hu hu ... Aku sudah tidak suci lagi. Sekarang siapa yang akan menikahiku? Huhu hu ... Bournemouth sialaaan!” Eva memegangi gagang pintu dan sesaat memandang ke sekeliling kamar yang berantakan karena ulah Sylvia. Jendela kamar terbuka lebar dan ranjang tergeser dari posisi awal. Melihat gadis itu kewalahan sendiri, Eva membiarkan kamar itu apa adanya. Dia menutup pintu dan menguncinya lagi dari luar, meninggalkan Sylvia sendirian di kamar itu. Eva menggerutu sendiri. "Dasar jalang! Belum lagi jadi Nyonya Bournemouth dia sudah membuat ulah. Sialan, Andreas! Kenapa juga ia mesti menikah? Sungguh bodoh!" Dante mengomando anjing penjaga agar bersiaga di bawah jendela kamar. Para pelayan membereskan berantakan di taman samping. Mereka mengumpulkan kain-kain kotor dan gaun pengantin yang hancur. Sementara Andreas bangkit dengan kesusahan karena belakangnya sakit bekas terjatuh. Ia menepuk-nepuk pundak dan pantatnya menyingkirkan tanah yang melekat. Seorang pelayan pria tua bangka membantunya. "Anda baik-baik saja, Tuan?" tanya pelayan itu. "Aku baik-baik saja, Tim," jawabnya dengan suara hampir menggerundel karena kesal. "Yah, baju pernikahanku kotor," lanjutnya. "Jangan dipikirkan, Tuan," sahut Tim seraya terkekeh. "Gaun pengantin wanita Anda lebih parah. Hancur." Andreas meringis mendengar pernyataan itu. Teringat tangisan yang merusak gendang telinganya. Pendeta Willis berusaha bersikap bijak. Dengan tenang ia mendekati Andreas dan bertanya padanya. "Maaf, Viscount Bournemouth, jadi bagaimana dengan pernikahannya?” Sebelum Andreas sempat menjawab pertanyaan itu, mereka semua terdiam dan menoleh ke arah luar pagar. Tampak kereta kuda melintasi padang tanah lapang menuju kediamannya. Rahang Andreas mengeras karena mengenali kereta itu. Kereta George Maxwell Alcaster. Andreas menerima kedatangan rombongan Keluarga Alcaster di ruang kerjanya. Andreas duduk di sofa sambil menaikkan satu kakinya dan sebelah tangan bertumpu siku di lengan sofa. Dante berdiri di belakang sofa sambil mengikir kukunya dengan sebilah belati yang mengkilap menyilaukan. Dua bersaudara Alcaster, George dan James, berlutut di lantai semeter di hadapannya dengan muka ketar-ketir. Andreas mendengkus keras lalu membuang muka. "Saya benar-benar minta maaf, Viscount Bournemouth," pelas George. "Semua ini terjadi tiba-tiba dan tidak terduga. Maria melarikan diri dan kami berusaha menemukannya. Namun kami gagal sehingga Sylvia sempat tiba di sini." "Owh, jadi namanya Sylvia?" sinis Andreas. "Putri siapa dia?” "Ya, benar sekali, Tuan. Dia keponakan saya, putri pertama James Alcaster, adik saya.” Jawaban itu diangguki James yang berpakaian lusuh. Andreas menggeritkan gerahamnya menahan marah. Ia tidak menyangka Maria Catherina -- gadis sopan dan lemah lembut itu -- berani berbuat sesuatu untuk menentangnya. Namun seharusnya ia tidak perlu terbawa emosi. Sudah bisa diduga perempuan cantik selalu penuh tipu daya. Andreas pun akan meletakkan tipu daya pada George Alcaster. Ia tersenyum mendecih pada pria itu. Eva datang bersama Sylvia yang berpenampilan acak-acakan dan wajah bersemu habis menangis. Gadis itu mengenakan kain sprei sebagai gaunnya. "Ayah? Paman?" ucap Sylvia harap-harap cemas. Melihat situasi dalam ruangan itu, dia ragu dia akan mendapat kabar baik. Andreas mengangkat dagunya dan berkata tegas pada tamunya. "Jadi kau menggunakan gadis ini sebagai jalan pelarian kau melepaskan putrimu dari ikatan pernikahan denganku. Bagus sekali, Tuan Alcaster!” Ucapan itu membuat James dan Sylvia melotot pada George. Mulut George tampak kelu karena salah tingkah. "Kakak, kau benar-benar menjebak kami?” tuding James. "Eh, eh, tidak, James, bukan begitu .... Viscount, bukan begitu ... saya benar-benar tidak merencanakan ini. Ji-jika Maria sudah ditemukan nanti saya sendiri yang akan mengantarnya kepada Anda, Viscount ...." "Tidak perlu!" tampik Andreas sambil mengibaskan tangan. Ia menatap lekat pada gadis berambut cokelat keemasan yang melongo kebingungan. "Aku tidak perlu gadis yang melarikan diri bersama laki-laki lain. Aku tidak akan menunggu dalam ketidakpastian. Karena aku mendapat gadis ini sebagai gantinya aku tidak bisa menganggap bahwa perjanjian utang piutang kita lunas. Bahkan, faktanya, kalian telah menipuku dan aku bisa menjebloskan kalian ke penjara untuk waktu yang sangat lama. Kecuali, tentu saja jika gadis ini menjadi jaminannya." Sylvia terbelalak mendengar pernyataan itu. Apakah itu artinya dia tetap akan menikah dengan pria sebesar lembu Viking ini? "Aku akan tetap menikah denganmu, manis," ucap Andreas memastikan dugaan Sylvia. Gadis itu mengalihkan pandangan pada paman dan ayahnya. Kedua pria itu saling pandang lalu saling dorong. "Kau tidak bisa melakukan ini, Kak. Kami sudah berusaha membantu. Sekarang selamatkan putriku!" desak James. "Aku tidak membuat keputusan ini, James. Ah! Ini semua keinginan Viscount," kelit George. James tampak geram sekali pada kakaknya. "Kau yang berhutang kenapa kami yang kena imbasnya? Jika tahu akan begini jadinya lebih baik kami tetap di Remington mengurus ladang.” "Tidak perlu khawatir, Tuan James!" tegur Andreas untuk menghentikan kakak beradik itu berkelahi. "Aku ... orang yang cukup penuh pertimbangan terhadap situasi orang yang kesusahan. Putrimu tidak akan menjadi istri yang tersia-sia dalam keluarga ini jika itu yang kau takutkan. Aku memilih putrimu karena aku tidak mau ribet memilah-milah wanita." Andreas lalu bergumam pada Dante dan pria bermata satu itu mendengarkan dengan saksama. "Ambilkan sesuatu dalam peti hartaku untuk kuberikan pada Tuan James Alcaster." Tanpa berucap apa pun, Dante beranjak ke sudut ruangan di mana terdapat sebuah peti kayu hitam seukuran meja tulis. Dante membuka peti itu dan mengambil seraup perhiasan dengan sebelah tangan dan memasukkannya ke dalam kantong kain. Ada beberapa untai benda berharga. Kalung mutiara, kalung emas, kalung bertatahkan permata besar, cincin dengan batu aneka rupa, gelang beragam bentuk dan beberapa koin emas. Dante menyodorkan kantong penuh benda berharga itu pada James Alcaster, tepat di depan wajahnya. Pria paruh baya itu tergagap. "A-apa ini?” tanyanya, tidak berani menyentuh kantong itu. "Sebagai ganti aku menikahi putrimu," ungkap Andreas, membuat seluruh mata memandang padanya. "Sekarang terserah padamu bagaimana kau membujuk putrimu agar bersedia menjadi istriku." James tampak ragu-ragu. Ia menatap sekilas pada Sylvia yang sedang menunggu penuh harap lalu beralih pada setumpuk perhiasan di depan matanya. Perlahan, tetapi pasti, James mengambil perhiasan itu dan takjub karena beratnya. "Sylvia, ini kesempatan langka. Kapan lagi kau akan punya peluang menikah dengan bangsawan dan memberimu harta sebanyak ini? Menikahlah dengannya, Sylvia Setidaknya ini yang bisa kau lakukan untuk mengubah kehidupan keluarga kita." Tidak perlu waktu lama, Sylvia berada di depan Pendeta Willis dan berhadapan dengan Andreas Bradford Bournemouth sebagai calon mempelai pria. Sylvia menikah dalam bungkusan sprei dan tubuh berbaret memar bekas jatuh. Eva yang kasar dan merengut sebagai pendamping mempelai wanita. Upacara sakral itu tidak khusyuk karena Sylvia terisak seperti anak kecil merajuk. Dia tidak menyangka ke kota untuk menghadiri pernikahan sepupunya berujung pada pernikahannya sendiri. Dan bodohnya Andreas tidak mengucapkan janji pernikahan seperti seharusnya karena ia selalu lupa kalimatnya. Dia bahkan lupa nama calon istrinya. "Maaf, sekali lagi. Siapa namamu tadi?" tanya Andreas sebelum memasang cincin pernikahan di jari manis calon istrinya. "Hiks." Sylvia terisak, menutup mata berderai air mata. Dante sebagai pengiring mempelai pria membisiki Andreas. "Namanya Sylvia Karenina Alcaster." "Oh, iya, Sylvia. Maukah kau menjadi istriku?” "Hu hu huaaa." Sylvia menangis keras. Pendeta Willis mengembuskan napas panjang untuk menyabarkan diri. Ia sudah lelah melihat drama hari itu. Ia pun menutup upacara pernikahan dengan ucapan lantang. "Saya umumkan bahwa kalian resmi menjadi suami istri." Andreas semringah dan memasukkan cincin ke jari manis Sylvia. "Kamu boleh mencium mempelai wanita," lanjut Pendeta Willis. Andreas menarik tubuh mungil Sylvia ke dalam dekapannya dan mencium bibir gadis itu dengan penuh hasrat. Hanya James Alcaster yang bertepuk tangan penuh semangat, memandang lega pada kedua mempelai. Sedangkan George Alcaster mendelik tajam pada adiknya seraya bertepuk tangan enggan. Dalam hati George penuh penyesalan. Bagaimana bisa situasinya berubah drastis seperti ini? Viscount Bournemouth ternyata tidak sekikir dugaannya. James bukan hanya menikahkan putrinya dengan bangsawan, ia juga mendapatkan harta yang melimpah. Sungguh sial! * Bersambung .... Hehhehe ( ◜‿◝ )♡ Sampai jumpa di next episode. Jangan lupa komen dan follow. Add Library agar tidak ketinggalan cerita. Promo dulu ya ( ◜‿◝ )♡ Fanpage SISILIANOVEL hadir di f*******: ya, say! Kuy di-follow dan di-like. Akun sss SISILIAARISTA DREAME INNOVEL Akun IG SISILIANOVEL
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD