Menikahlah lagi

1313 Words
"Seharusnya apa yang aku berikan kepadamu itu lebih dari sekedar cukup Jika kamu bisa menggunakannya secara baik, Andai di akumulasi uang dari Aku bekerja lembur dan juga ngojek, dalam sebulan itu kamu menerima hampir mendekati 10 juta, lalu bagian mana yang kamu katakan aku tidak bertanggung jawab?" kata Aidil yang mulai kecewa karena usahanya Tak dihargai sama sekali. "Apakah jika aku menjatuhkan talak kepadamu maka kamu akan berhenti untuk menyakitiku? Aku lelah kamu sakiti secara mental seperti ini Raina! Aku lelah!"akhirnya Aidil berkata dengan lemah. Mendengar ucapan dari suaminya tersebut membuat Raina merasa terancam, tentu saja dia tak mau kehilangan suaminya tersebut, masih ada cinta yang sangat besar dalam hatinya untuk laki-laki yang sudah dikhianatinya itu. Raina tiba-tiba tersimpuh di bawah kaki sang suami, dijatuhkannya rasa ego dalam hatinya untuk keutuhan rumah tangga dan untuk kata talak yang jangan sampai keluar dari mulut suaminya tersebut. "Ampuni aku Mas, Tolong jangan jatuhkan talak mu, Aku meminta maaf!"kata Raina menghiba dan memohon maaf kepada sang suami. Hati seorang Aidil terenyuh, selama pernikahan mereka, baru kali inilah istrinya itu mampu menjatuhkan harga dirinya dan bersimpuh untuk meminta maaf. Selama ini tak sekalipun Raina mau melakukan hal itu, jangankan bersimpuh dan mengakui kesalahannya, kata maaf saja Tak pernah terucap meskipun sudah nyata-nyata dirinya bersalah. Aidil yang memang sangat bucin kepadanya pun langsung meraih pundak istrinya tersebut untuk diajaknya berdiri, demi anak semata wayang mereka, Aidil mencoba menekan egonya dan memaafkan kesalahan yang sudah dilakukan oleh sang istri. Tanpa Aidil sadari bahwa penghianatan yang sudah dilakukan oleh Raina sudah berjalan cukup lama, dan bahkan kegiatan ranjang pun sudah sering dilakukannya dengan lelaki selingkuhan Raina tersebut. "Tenanglah,,, kita perbaiki bersama rumah tangga kita! aku memaafkan mu!"kata Aidil memeluk sang istri. Dalam pelukan Aidil Raina pun tersenyum licik, ia tak menyangka jika sang suami akan luluh begitu saja dan sangat mudah memaafkannya. Tiba-tiba saja Dia teringat dengan tawaran yang diberikan oleh Andara, seorang wanita berkelas yang minta untuk menjadi istri dari suaminya. Fikiran culas seorang Raina pun bekerja, ia merasa inilah saat yang tepat untuk sang suami mau menerima tawarannya. "Mas,, menikahlah lagi! agar aku merasa tak terlalu berkubang dalam kesalahan yang sudah aku lakukan!"kata Raina tiba-tiba. Aidil pun kaget dengan apa yang diucapkan oleh sang istri, ditatapnya dalam-dalam mata dari istrinya tersebut mencari keseriusan ucapan yang baru saja terlontar. "Menikah lagi? permintaan konyol Seperti apa ini Raina? punya istri satu saja aku belum mampu membahagiakannya? Kenapa harus mencari beban lagi yang lain? ada-ada saja kamu itu?"jawab Aidil. "Kalau satu kesalahan dibalas dengan kesalahan yang lain, lalu apa gunanya memaafkan dan meminta maaf? Kamu kira aku sepicik itu?"kata Aidil lagi. "Aku mau memaafkan mu bukan berarti ingin membalas perlakuanmu, tapi aku memaafkan mu karena aku ingin memberikan kesempatan untuk berubah, karena apa? saat kamu melakukan kesalahan, itu artinya akulah sebagai imamnya yang tak mampu mengarahkan mu dalam kebaikan! Aku gagal sebagai suami!"lanjut Aidil yang merasa istrinya dikuasai rasa bersalah dan takut dibalas. "Tapi bagaimana jika Ibu Andara yang menjadi calon istrimu? Apakah kamu akan menolaknya?"kata Raina yang tak menyerah dengan keinginannya. Ia merasa tak ada salahnya jika berbagi suami dengan wanita tersebut, toh Apa yang di tawarkan oleh wanita tersebut sangat menggiurkan menurutnya, apalagi ini adalah kesempatan langka. Mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya membuat Aidil tertawa terbahak-bahak, ia merasa istrinya tersebut tengah juga segar api cemburu, dan merasa kalau istrinya itu salah paham karena kedatangan bosnya tersebut tadi. "Kamu cemburu Raina? cemburu mu itu tak pada tempatnya, mana mungkin seorang wanita kaya raya yang merupakan bos dari tempat ku bekerja mau sama aku yang notabene adalah orang yang di gajinya!"jawab Aidil menggelengkan kepalanya. "Kamu tak sadar Mas? Apakah kamu tidak merasakan kalau bosmu itu menaruh hati kepadamu? menikahlah dengannya Mas, aku rela dimadu jika wanita itu adalah ibu Andara!"kata Raina masih tidak menyerah. Aidil Tak mendapati nada-nada candaan dalam ucapan yang dilontarkan oleh sang istri, kemudian dia pun menatap serius ke arah istrinya tersebut. "Apa yang ingin kamu sampaikan Raina? aku menangkap hal lain dari apa yang kamu ucapkan sedari tadi!"kata Aidil yang kini berkata dengan serius. "Kalau kamu menikah dengan Ibu Andara, kamu tak perlu banting tulang bekerja siang dan malam untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah yang tak seberapa itu!"jawab Raina. "Maksudnya...?"tanya Aidil masih belum bisa menangkap Apa yang dimaksud oleh istrinya. "Aku akan mendapatkan 10% dari harta yang dimiliki oleh ibu Andara kalau kamu mau menikah dengannya, aku mohon menikahlah dengannya!"jawaban Raina benar-benar membuat Aidil merasa kaget tak percaya. "Kamu berniat menjual ku? Raina Raina,,, Kenapa di otakmu itu hanya ada uang uang dan uang? tak cukupkah cinta dan kesetiaan yang kuberikan kepadamu selama ini? Sampai hati kamu ingin menjual ku kepada wanita lain hanya untuk kemewahan dan iming-iming harta!"kata Aidil Tak habis pikir. "Tapi mas...?"ucapan Raina tertahan saat melihat tangan Aidil terangkat ke atas tanda dia tak mau membahasnya lagi. "Aku tak akan menerima tawaran gila mu, satu istri saja kepalaku hampir pecah dengan tuntutan yang tak mampu kuberikan, kamu minta aku menambah istri lagi? waras kamu?"kata Aidil. "Di dunia ini tak ada wanita yang benar-benar ikhlas untuk berbagi suami, Aku sudah memberikan kesetiaanku kepadamu, kenapa malah kamu menyuruhku untuk mendua? sampai kapanpun aku tak akan melakukan hal gila itu!"kata Aidil kemudian. "Istirahatlah ini sudah malam, tak perlu ada pembahasan konyol lagi, kita fokus ke rumah tangga kita dan putra semata wayang kita!"putus Aidil yang kemudian masuk ke dalam kamar untuk istirahat. *** Keesokan harinya, seperti biasa Aidil berangkat bekerja saat sang istri masih terlena di alam mimpinya, aidil sama sekali tak pernah memper masalahkan hal itu, setiap dia berangkat bekerja dia selalu menyempatkan diri untuk membersihkan rumah terlebih dahulu, hal itu dilakukan bukan karena dirinya takut kepada sang istri, melainkan karena dia merasa kasihan kepada istrinya tersebut. Aidil takut jika istrinya itu akan merasa kecapekan jika pekerjaan rumah dibebankan sepenuhnya kepadanya karena selain pekerjaan rumah ada putra semata wayang mereka yaitu Gibran yang membutuhkan perhatian dari sang ibu. Sesampainya di resto, dia pun bersama teman-temannya yang lain langsung membersihkan resto dan membuka nya, sementara para koki sudah bersiap di belakang dengan menu-menu yang tersedia, semua pekerja Resto melakukan tugasnya masing-masing tanpa pengawasan maupun perintah dari pemilik resto tersebut. Kerjasama yang solid antara mereka meskipun tanpa pengawasan sungguh sangat bisa diacungi jempol, hal itu tak luput dari pengawasan Andara yang sengaja memantau mereka lewat CCTV. Dari arah dapur Resto di depan semua pekerjaannya bekerja sesuai tugas masing-masing, Andara selalu memperhatikan CCTV yang ada lebih tepatnya dia lebih senang melihat pujaan hatinya yaitu Aidil. Tepati jam 09.00 pagi Andara sampai di Resto tersebut, dia pun menyapa semua pegawainya dengan ramah. "Mas Aidil, Tolong ambilkan sarapan untuk saya ya? laper banget ini! Aku ingin menu lalapan saja!"kata Andara kepada Aidil. Jika biasanya Aidil akan bersikap biasa saja, tapi tidak dengan hari ini, usai perbincangannya dengan sang istri semalam, membuat Aidil canggung Bos wanitanya tersebut. Ia merasa salah tingkah dan kurang konsentrasi dengan apa yang diminta oleh sang majikan. "Maaf Bu, Ibu bilang apa tadi?"kata Aidil memastikan pendengarannya. "Saya belum sarapan Mas Aidil, bisa minta tolong untuk ambilkan menu sarapan untuk saya?"kata Andara mengulangi permintaannya. "Mas Aidil sudah sarapan belum? Kalau belum kita sarapan bersama, Saya tunggu di meja nomor 7 ya?"kata Andara. "Ibu menginginkan menu apa?"tanya Aidil lagi. "Terserah Mas Aidil sajalah, Saya manut dengan menu yang kamu sediakan, temani saya sarapan ya?"Andara kembali mengulang perkataannya untuk meminta Aidil menemaninya sarapan. Aidil gelagapan mendengar ucapan yang terlontar dari bosnya, ia merasa canggung dan tak seperti biasanya yang dengan senang hati menemani Bosnya itu untuk makan, meskipun kadang dia hanya meminum minuman saja untuk menemani Bosnya itu makan. Sikap Aidil yang tak biasa belum tertangkap oleh Andara, dia masih belum menyadari bila pegawainya tersebut yang merupakan seseorang yang berhasil merebut hatinya itu sudah mengetahui keinginannya untuk menikah dengannya meskipun dengan pemikirannya sendiri. Aidil pun mengambilkan menu sarapan pagi yang biasanya sangat diinginkan oleh bosnya tersebut, menu sederhana yaitu tempe goreng sambal terasi dan lalapan, tak lupa jeruk hangat sebagai pendampingnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD