Delapan

1018 Words
Mata Ken tak pernah lepas dari Shaila kemanapun wanita itu pergi. Ketiga temannya sudah pergi entah kemana setelah Ken memperingatkan ketiganya untuk menjauhi Shaila karena itu adalah targetnya. Bahkan dengan brengseknya Daniel mengatakan jika Ken sudah bosan bisa memberikan Shaila padanya. Sampai matipun Ken tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, sumpah serapah ia luncurkan untuk teman sialannya itu. Ken tak banyak bicara saat banyak orang yang mendatanginya untuk mengobrol, ia terlalu fokus pada Shaila yang pergi kesana-kemari dan yang sangat membuat Ken kesal adalah mata semua lelaki tertuju pada wanita itu. Wanita yang akan menjadi miliknya sebentar lagi. Hingga kesempatan itu tiba, Ia lihat Shaila menjauh dari kerumunan dan segera ia mengikutinya. Ternyata wanita itu menuju toilet, tanpa ragu Ken ikut masuk kedalam toilet wanita yang sepi itu bahkan menguncinya dari dalam. Bersandar pada pintu hingga wanita itu keluar dari salah bilik yang ada disana. Berjalan pelan menuju wastafel mencuci tangan dan memperhatikan wajahnya. Dari sini Ken dapat melihat jelas lekuk tubuh yang sangat menggiurkan milik Shaila. Lelaki manapun pasti suka dengan tubuh wanita macam ini, b****g besar dan p******a besar bahkan mungkin terlalu besar untuk tubuh yang bisa dikategorikan ramping. Kakinya yang jenjang dan mulus berhasil membuat Ken entah untuk keberapa kali menelan ludah. Wanita ini benar-benar ingin ia miliki saat ini juga, meski bukan yang pertama tapi Ken tak masalah asal ia jadi yang terakhir dan satu-satunya. Tubuh wanita seperti ini terlihat sangat profesional mengenai aktivitas 'ranjang', Ken yakin wanita ini pasti sudah sering dibobol dan entah mengapa hal ini membuat Ken semakin tidak senang. Dipikirnya juga pastilah sulit bagi anak orang kaya yang suka foya-foya hidup miskin. Lihat saja pakaiannya, wanita ini memakai pakaian asli dari designer ternama, tak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu jika hanya mengandalkan uang kantor saja. Pasti ada penyokong lainnya juga, rasa kecewa dan kesal entah mengapa berkecamuk dalam dirinya. Sungguh ini bukan dirinya sekali. "Sudah cantik, tidak perlu diperhatikan terus. Kamu berhasil menjadi bintang malam ini." Ken menatap tajam wanita itu dengan rahang mengeras karena menahan emosi akibat pemikirannya sendiri. Wanita itu tampak terkejut saat mendengar suaranya. "Anda? Kenapa ada disini?" Tak memperdulikan raut gelisah wanita didepannya Ken berjalan penuh kepastian kearahnya. "Apapun bisa aku lakukan. Termasuk mendapatkan kamu." Dengan gerakan cepat ia membawa tubuh indah itu hingga membentur tubuhnya kuat, dan sialnya Ken dapat merasakan p******a besar itu. Bercampur amarah dan nafsu Ken menarik tengkuk Shaila dan mencium bibirnya kasar tak memberi kesempatan untuk wanita yang membuatnya tergila-gila itu bicara. "Hmmpp.." Ken semakin menggila saat merasakan manisnya bibir wanita ini seolah akan menjadi candu kedepannya. Meski Shaila terus memberontak, Ken tak akan melepaskannya. Ia malah memeluk pinggang ramping Shaila hingga semakin menempel pada tubuhnya tak memberi kesempatan untuk lolos. Ia cukup kesal saat Shaila tak juga membuka mulutnya, ia memancing wanita itu dengan meremas bokongnya cukup kuat membuat Shaila menjerit kaget dan memberinya kesempatan untuk mengeksplor isi mulut Shaila tak kurang satupun. Membelit lidah gadis itu mengulumnya juga berbagi saliva. Tangannya pun yang berada di bawah tak bisa diam, terus mengusap dan meremas b****g seksi itu tak memperdulikan punggungnya dipukul sedemikian rupa oleh Shaila supaya terlepas. Rasanya Ken semakin dibuat gila saat p******a besar itu terus membentur dadanya, ini benar-benar gila dan cukup membuat Ken sangat frustasi apalagi miliknya yang sudah menegang minta dipuaskan. Sekuat tenaga Shaila mencoba melepaskan dirinya dari rengkuhan Kendrick juga melepaskan ciuman paksa ini. Tapi apa daya tenaga mereka berbeda dan Ken sudah terbutakan. Ciuman itu berlangsung beberapa menit hingga akhirnya Ken menurunkan ciumannya ke rahang dan leher Shaila, dengan tangan yang tak pernah berhenti dibawah sana. "Hah.. hah.. hah.." Deru nafas memburu dari Shaila semakin membuat Ken bersemangat. Ia memberikan beberapa tanda di leher wanita itu, tanpa menyadari pertahanannya lemah dan membuat Shaila berhasil mendorongnya menjauh. "Anda sungguh kurang ajar. Sangat tidak pantas Anda berbuat demikian terhadap saya, ini pelecehan dan saya bisa saja melaporkan hal ini." Ken memasukkan kedua tangannya di saku celana, seraya dalam hati menenangkan miliknya, ia menatap Shaila arogan. "Kau tak akan pernah menang. Aku yang berkuasa disini, jadi menurutlah. Aku tahu kau butuh uang banyak untuk memenuhi gaya hidup anak orang kayamu. Jadilah simpanan ku, apapun akan aku berikan. Bahkan jabatan manager yang kau impikan itu tak akan cukup untukmu." Shaila mengepalkan tangannya emosi, pria ini memandang dirinya begitu rendah. Seorang simpanan katanya? Sampai kapanpun Shaila takkan sudi jadi seorang simpanan, lebih baik ia bekerja keras dan kelelahan karenanya dari pada menjadi simpanan kemudian merusak masa depannya. Selain itu ia pun kesal karena pria didepannya ini tahu ia berasal dari keluarga kaya serta memandang dirinya sebagai anak orang kaya yang hanya tahu menghabiskan uang orangtua. Pria seperti ini tak bisa diberi penolakan baik-baik, harus ada penolakan yang menyakiti egonya yang tinggi. "Saya tidak tertarik menjadi simpanan Anda. Itu akan membuat hidup saya semakin runyam dengan hubungan simpanan, saya lebih tertarik melakukan One Night Stand dengan pria kaya yang hanya ada hubungan semalam. Uang yang dihasilkan pun masih dapat memenuhi kehausan atas gaya hidup saya." Emosi Ken semakin terpancing, wanita ini bahkan mengatakan hal tersebut dengan sombongnya dan membanggakan pekerjaannya sebagai jalang satu malam seolah-olah menjadi simpanannya adalah hal yang lebih hina. "Tidak kuduga kau adalah wanita yang tak tahu malu. Bilang saja jika kau tak akan pernah puas dengan satu p***s karena hasrat jalangmu. Tidak perlu kau membanggakan pekerjaan satu malammu itu karena aku muak mendengarnya." Rasanya ingin sekali Shaila mencakar wajah atasannya ini, merobek mulutnya hingga tak bisa mencaci dan menghina nya lagi. Tapi disini ia wanita dan jika adu fisik jelas ia akan kalah, pertarungan kata yang menjadi penentu siapa pemenangnya. Ia sudah dicap buruk maka lebih baik ia semakin dipandang buruk oleh pria ini karena jika ia membela diri pun takkan ada gunanya. "Jika muak maka tak perlu didengarkan dan tak perlu dilihat. Sejauh ini seharusnya Anda cukup paham dimana batasan Anda." Setelah berkata demikian Shaila melangkahkan kakinya menuju pintu keluar, tetapi sialnya pintu itu tak bisa dibuka sama sekali. Berusaha keras Shaila terus menarik narik gagang pintu toilet, ia benar-benar terkunci disini. "Sudah aku katakan jika akulah penguasanya disini." Shaila menyandarkan tubuhnya di pintu menatap atasannya awas. "Apa sebenarnya mau Anda?" Vote and Comment!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD