Brian Sangat Marah Besar

1092 Words
Setelah selesai makan siang di kantin, kini sekarang Manda kembali ke tempat dirinya bekerja, begitu juga dengan Amel teman barunya. Mereka berdua awalnya sangat kesusahan untuk berpisah karena selama mereka berdua saling kenal mereka berdua merasakan sama-sama saling nyaman. "Baru lima menit berpisah dengan Amel, aku jadi merindukannya," gumam Manda dalam hatinya, lalu melanjutkan pekerjaannya yang lain lagi. "Tumben bos aneh itu tidak mencariku, biasanya sudah ada di depan mata dengan tingkah anehnya!" ucap Manda yang sedikit heran. "Sudahlah! Kenapa juga aku harus memikirkan dirinya?! Cih!" kesal Manda. Manda terus saja bekerja sehingga tidak sadar bahwa waktu jam kerja sudah habis. Tanpa sengaja Manda melihat seorang karyawan yang juga berkerja sama seperti dirinya membawa tas dan menuju ke bawah dan akhirnya Manda tersadar bahwa sudah waktunya untuk pulang. Manda pun dengan segera menuju ke loker untuk mengambil tasnya. "Akhirnya pekerjaan hari ini selesai juga, benar-benar cukup melelahkan!" gumam Manda sambil melangkahkan kakinya pergi lewat pintu belakang karena Manda tidak ingin lewat lagi di bagian depan dan demi untuk menghindari orang-orang yang mencemooh dirinya. Ketika Manda sangat asik berjalan di tempat bagian yang sepi, tiba-tiba saja Manda merasakan mulutnya di bekap dengan sangat kuat sehingga Manda berusaha untuk memberontak dan melepaskan diri. Namun, kekuatannya tentu saja kalah karena seseorang yang membekap mulutnya benar-benar terasa sangat kuat sehingga Manda sangat kesulitan untuk menyingkirkan tangan orang itu dari mulutnya. "Hem!" Manda berusaha untuk teriak dan berharap orang-orang bisa mendengar teriakannya, tapi sayangnya tidak ada satupun orang yang berada di sekitarnya saat ini. "Sttt! Diamlah!" perintah seseorang kepada Manda dan Manda berusaha untuk melihat orang yang memakai masker tersebut. "Si-apa? Kenapa kamu membawa ku kemari?" tanya Manda dengan terbata-bata. Manda melihat di sekitar sekelilingnya terlihat banyak barang-barang yang seperti di tempat gudang. Bahkan ruangan tersebut Manda melihatnya sedikit gelap dan bahkan lampu saja tidak hidup hanya mengunakan cahaya dari lubang-lubang di dinding saja. "Aku ingin keluar dari sini, lepaskan!" ucap Manda namun seseorang itu tidak menghiraukan ucapan Manda. Justru Manda melihat laki-laki tersebut sedang membuka kancing celananya dan perasaan Manda menjadi tidak enak sekarang, sehingga Manda pun berpikir untuk kabur saja dari orang yang tidak ia kenal sama sekali itu. "Sebaiknya, aku pergi saja dan laki-laki ini terlihat tidak beres sama sekali!" gumam Manda dalam hatinya, ketika Manda ingin kabur tiba-tiba saja tangannya di tarik dengan sangat kasar sampai-sampai kepala Manda terbentur meja dengan cukup keras dan mengakibat kepala Manda berdarah. "Akh!" pekik Manda, ia merasakan kepalanya benar-benar terasa sangat sakit saat ini, bahkan mata sebelahnya terasa kabur karena darah dari kepalanya mengalir mengenai kelopak matanya dan Manda pun dengan segera mengelap darah tersebut, supaya penglihatannya kembali normal lagi. "Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku?" tanya Manda berusaha untuk bangkit berdiri, sedangkan laki-laki yang memakai masker hitam itu hanya diam saja menatap Manda yang terluka. Orang tersebut seperti tidak ingin sama sekali berbicara dengan Manda karena dirinya takut ketahuan oleh Manda. "Dasar laki-laki pengecut, apa mau kamu sebenarnya?" tanya Manda yang sudah sangat kesal. "Cih!" Orang tersebut hanya berdecih saja mendengar ucapan Manda barusan. Baginya ucapan Manda hanya terdengar lucu saja di telingganya. "Kamu ingin tahu?" tanya orang tersebut yang akhirnya membuka suara dan Manda tampak berusaha untuk mengenal suara tersebut. "Kamu ingin uang ku? Aku tidak punya uang sama sekali karena aku hanyalah gadis miskin, sebaiknya kamu lepaskan saja aku!" ucap Manda. "Diam! Aku hanya ingin tubuh indah mu itu saja! Paham!" bentak laki-laki itu, lalu mengambil sebuah tali yang sepertinya sudah di sediakan terlebih dahulu oleh orang itu. "Lepaskan!" ucap Manda, lalu menendang bagian intim laki-laki itu sehingga laki-laki tersebut sangat mengaduh kesakitan sambil memegang bagian yang di tendang oleh Manda barusan. "Kau!" geram laki-laki itu sambil menampar kedua pipi Manda dengan cukup keras sehingga kedua pipi Manda terasa panas dan sakit, bahkan di ujung bibirnya mengeluarkan darah. "Tolong! Tolong!" teriak Manda dengan sangat nyaring. Manda berharap orang-orang bisa mendengar teriakannya dan menolong dirinya. "Diam!" bentak laki-laki itu, lalu dengan sangat kasar laki-laki itu menyumpal mulut Manda mengunakan sebuah kain sampai mulut Manda penuh. "Hem!" teriak Manda sekuat mungkin supaya teriakannya sangat nyaring dan berharap orang lain bisa mendengarnya. Namun, semuanya hanyalah sia-sia kini Manda sudah sangat kelelahan untuk berteriak bahkan kepalanya berdenyut sakit karena luka di kepalanya. Sehingga Manda hanya bisa menangis, entah apa yang akan terjadi padanya nanti dan Manda tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain berdoa berharap ada sebuah kejaiban untuk membantunya yang sedang dalam keadaan bahaya seperti ini. Manda terus menutup matanya saat merasakan laki-laki itu meraba tubuhnya dan air matanya tidak berhenti mengalir membasahi pipinya, Manda benar-benar tidak sangup merasakan jijik dengan laki-laki yang menyentuh tubuhnya. Ketika laki-laki itu ingin membuka baju Manda, tiba-tiba saja terdengar pintu di dobrak dengan sangat kuat dan Manda seketika berhenti menangis, begitu juga dengan laki-laki yang ingin melakukan aksinya tiba-tiba ikut berhenti, laki-laki tersebut sangat geram dengan orang yang sudah menganggu kegiatan panasnya yang sebentar lagi akan membuatnya semakin b*******h. "Jangan menyentuhnya!" peringat seseorang yang tidak lain Brian, lalu langsung saja menghajar orang tersebut tanpa ampun. "Kamu!" ucap Brian ketika masker laki-laki itu terlepas, lalu kembali menghajar orang tersebut hingga seluruh wajah orang itu lembam dan berdarah. "Kenapa kamu melakukan ini pada gadis ku? b******k!" ucap Brian dengan sangat marah besar kepada laki-laki pengantar makananya yang dia angap baik selama ini dan justru ingin melecehkan Manda. "Manda," ucap Brian dengan lemah, lalu ia menghampiri Manda dan melepaskan semua ikatan yang mengikat tangan dan kaki Manda dengan cukup erat itu, lalu mengambil kain dari mulut Manda. "Pak," ucap Manda yang langsung saja memeluk Brian dengan sangat lega. "Tenanglah," ucap Brian memeluk erat Manda. "Aku akan membereskan laki-laki b******k itu terlebih dahulu," ucap Brian sambil melepaskan pelukan Manda dengan lembut dan Manda tampak sangat berat melepaskan pelukan tersebut karena dirinya benar-benar sangat trauma apa yang sudah terjadi padanya barusan. "Sebentar saja," ucap Brian berusaha membuat Manda yakin padanya dan Manda mengangukkan kepalanya dengan lemah. "Dan kamu! Aku akan mem—" ucap Brian terpotong ketika melihat tukang pengantar makanan tersebut tiba-tiba saja mati mengenaskan karena di tembak. "Sial! Siapa yang sudah berani melakukan ini?" ucap Brian dengan dingin, lalu ia melihat ke arah jendela tersebut dan Brian melihat seseorang dari gedung sebelah pergi begitu saja, sayangnya Brian tidak bisa mengenal orang tersebut karena orang tersebut terburu-buru pergi menghindar. Sedangkan Manda langsung saja pingsan ketika melihat tukang pengantar makanan itu mati dengan sangat mengenaskan di depan matanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD