Sangat Mengairahkan

1206 Words
Di dalam ruang kerja milik Brian, terlihat Manda sedang membersihkan kaca serta meja berada di ruang itu, wajah Manda terlihat sangat cemberut karena Brian selalu saja membuatnya kesal, ingin rasanya Manda menghajar Brian tetapi tenaganya tentu saja kalah dari tenaga lelaki itu. Padahal ketika ia bertemu dengan Brian, ingin rasanya memberikan pelajaran kepada lelaki itu karena ulah Brian dirinya harus menangung malu di depan banyak orang. Namun, saat dirinya diancam oleh Brian membuat Manda langsung saja menciut ketakutan. Tentu saja Manda takut dirinya di pecat karena mencari sebuah pekerjaan itu bukanlah hal yang paling mudah baginya, apa lagi ketika Brian mengancamnya bahwa Brian tidak akan membiarkan orang lain menerimanya bekerja di mana-mana, sehingga Manda pun akhirnya pasrah saja menerima nasibnya yang selalu sial saat ini. "Cepat bersihkan dengan sebersih mungkin!" ucap Brian dengan tegas dan Manda pun sedikit terkejut dengan ucapan Brian barusan. "Ba-baik, Pak," ucap Manda dengan terbata-bata karena sangat takut dengan bosnya marah lagi dengannya. "Hei! Kamu! Kemarilah!" perintah Brian dengan tiba-tiba. "Maaf Pak, saya sedang bekerja nanti saja!" ucap Manda. "Manda!" panggil Brian lagi karena gadis itu tidak menghiraukan dirinya. "Bos gila!" maki Manda dalam hatinya. "Jangan membuatku untuk melakukannya seperti malam tadi!" ancam Brian dan seketika Manda diam membisu mendengarnya, seluruh tubuhnya bahkan terasa sangat kaku sehingga sangat susah ia gerakan. Perkataan Brian benar-benar membuat Manda sangat takut karena ia tahu bos nya itu benar-benar orang yang tidak memiliki rasa malu sama sekali menurut Manda. "Urat malunya sepertinya sudah putus!" gumam Manda menatap tajam ke arah Brian, sedangkan Brian hanya tersenyum devil saja melihat Manda menatapnya seperti itu. "Cepat kemarilah!" perintah Brian dengan santai sambil melambaikan tangannya ke arah Manda dan Manda hanya mengelengkan kepalanya. "Akh! Sangat gerah!" ucap Brian sambil membuka kancing bajunya hingga d**a bidang milik Brian terpampang jelas di hadapan Manda saat ini. Manda hanya meneguk ludahnya berkali-kali sekarang, apa lagi ketika mengingat permainan panas mereka tadi malam dan tentu saja Manda juga menikmatinya. "Cih! Sepertinya bos ku sengaja ingin memancingku, dia kira aku bisa tergoda dengan tubuhnya itu? Lagian, kenapa aku harus tergoda dengan tubuhnya? Dia kan laki-laki, seharusnya aku lah yang membuatnya tergoda!" gumam Manda dalam hatinya, ia tiba-tiba saja berpikir untuk mengerjai Brian kembali. "Tunggu saja pembalasanku!" ucap Manda dengan penuh kelicikan, lalu Manda pun memulai permainannya dengan berpura-pura merapikan roknya ketika Brian sedang asik melihat komputernya dan kemudian Manda pun menampakan paha mulusnya dengan mengangkat roknya awalnya di bawah lutut menjadi di atas lutut. "Apa yang sedang gadis itu lakukan?" gumam Brian, matanya langsung saja melotot melihat pemandangan yang sangat mengairahkan itu. Entah kenapa Brian sangat cepat breaksi ketika melihat tubuh Manda, padahal banyak gadis di luar sana yang memakai pakain mini namun tidak ada satupun yang bisa mengoda hatinya seperti Manda. Brian berusaha mengatur nafas melihat Manda yang semakin membuatnya b*******h, bahkan dasinya yang terikat rapi di lehernya pun dengan secara perlahan Brian lepaskan karena merasa sangat panas dan gerah. "Manda, kemarilah!" perintah Brian karena ia sangat berharap menyentuh tubuh Maya dengan tangannya itu. "Maaf, Pak. Pekerjaan saya belum selesai," ucap Manda beralasan. "Berhasil!" ucap Manda dalam hatinya. "Tinggalkan saja, cepat kemarilah!" ucap Brian lagi yang sudah tidak tahan dengan gairah yang sudah menguasai dirinya saat ini, apa lagi ketika melihat Manda membungkuk di hadapannya begitu terpampang jelas kedua benda kenyal yang sangat Brian sukai. Pikiran Brian semakin tidak karuan, ia kembali teringat dengan kejadian tadi malam begitu membuatnya semakin menginginkan tubuh Manda sekarang. "Akh! Maaf Pak saya ingin pergi ke toilet sebentar dan sepertinya perut saya sangat sakit!" ucap Manda berekting. "A-pa?" ucap Brian terbata-bata karena ia tidak habis pikir dengan ucapan Manda barusan. "Permisi Pak, perut saya benar-benar sangat sakit!" ucap Manda yang langsung saja berlari kecil menuju arah pintu. "Hei! Saya tidak mengijinkan ... Akh ya sudahlah!" kesal Brian ketika melihat Manda sudah hilang bagaikan di telan bumi saat ini. "Lalu, bagaimana dengan ini!" ucap Brian melihat ke arah miliknya yang sudah menegang itu, lalu Brian pun mengacak-ngacak rambutnya frustasi karena keinginanya tidak terpenuhi. Sedangkan disisi lain, Manda terlihat sangat bahagia setelah mengerjai bosnya dan Manda pun mengerjakan pekerjaan lain sekarang bersama karyawan-karyawan lainnya, walaupun banyak sebagian mereka tidak menyukainya namun Manda berusaha untuk tetap santai dan tidak memperdulikan apa yang orang katakan tentang dirinya. "Kamu Manda, kan?" tanya seseorang dengan tiba-tiba, sehingga membuat Manda sangatlah terkejut. "I-ya, ada apa?" tanya Manda terbata-bata. "Syukurlah, kenalkan namaku, Amel," sapa seorang gadis cantik berusia 25 tahun itu yang juga karyawan di perusahaan tempat Manda bekerja. "Oo," jawab Manda singkat karena dirinya juga bingung ingin berkata apa dengan gadis di hadapannya. "Aku temannya Topan, kamu kenalkan?" tanya Amel. "Iya, kenal," jawab Manda dengan singkat. "Kamu maukan berteman denganku?" tanya Amel dengan penuh semangat dan Manda hanya mengerutkan keningnya saja mendengarkan perkataan Amel barusan. "Boleh," jawab Manda dengan singkat, lalu Amel pun menceritakan tentang dirinya yang mau berteman dengan Manda dan setelah mendengarkan penjelasan Amel, Manda menjadi paham bahwa Topan sendiri yang meminta supaya Amel menemani Manda. "Apa kamu tidak masalah berteman dengaku?" tanya Manda dengan sedikit ragu. "Tidak sama sekali karena aku pernah berada di posisi kamu saat ini, jadi aku tahu bagaimana rasanya tidak memiliki seorang teman ataupun di lecehkan," ucap Amel dengan wajah sedihnya dan terlihat Manda sangat prihatin dengan nasib Amel, walaupun sebenarnya nasibnya sama dengan Amel tapi Manda lebih memperdulikan kehidupan orang lain yang sangat menyedihkan menurut Manda. "Oh, iya. Ini sudah siang, sebaiknya kita berdua makan di kantin saja, yuk!" ajak Amel dan Manda terlihat mengelengkan kepalanya menolak ajakan Amel. "Kenapa?" tanya Amel. "Tidak apa-apa," jawab Manda berusaha menutupi apa yang sedang terjadi pada dirinya beberapa waktu tadi. "Tenanglah, aku ada disisi mu," ucap Amel berusaha membuat Manda yakin bahwa dirinya bisa melindungi Manda. "Tapi—" ucap Manda terpotong. "Sudah, ayo!" ajak Amel dengan menarik lengan kiri Manda menuju ke arah kantin dan terlihat orang-orang memandang Manda dengan tatapan tidak suka, Manda berusaha untuk sekuat mungkin menghadapi pandangan yang membuat hatinya terasa sangat nyilu itu. "Sebaiknya aku tidak makan disini," ucap Manda yang sudah tidak tahan mendengar bisikan orang-orang terhadapnya. "Manda, tenanglah. Selagi kamu tidak bersalah, sebaiknya kamu abaikan saja mereka. Itu sudah hak mereka untuk berbicara walaupun membicarkan keburukkan kamu, tapi kamu harus yakin bahwa omongan mereka tidak akan membuat kamu lemah, kamu pasti kuat menghadapinya," ucap Amel berusaha untuk membuat Manda tenang dan tidak sakit hati dengan omongan orang lain. "Hm, baiklah terima kasih sudah mengingatkan aku dan terutama sudah mau menjadi teman ku," ucap Manda yang penuh haru. "Sama-sama, ayo makan sekarang!" ucap Amel dan mereka berdua pun mulai memakan makanan yang sudah di sediakan oleh karyawan kantin itu. Namun, kedua gadis itu tidak tahu bahwa ada seseorang yang sedang memandang dari salah satu antara mereka berdua dari kejauhan dan orang tersebut tentu saja Brian. Setelah menunggu cukup lama, Brian sangat kesal dengan Manda yang tidak kunjung kembali sehingga dirinya pun keluar mencari keberadaan Manda dan ternyata Manda sedang menikmati makanan di kanting. Melihat itu, Brian menjadi sangat marah besar kepada Manda yang sudah berani membohonginya sehingga Brian pun memiliki suatu rencana untuk gadis nakalnya itu. "Gadis nakal, tunggu pembalasan ku karena kamu sudah berani melawanku jadi kamu harus menerima resikonya nanti!" ucap Brian dengan dingin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD