Sebagai seorang manager, sudah tugas Brian menemani Fira apapun itu jadwal nya. Seperti saat ini, Fira sedang bernyanyi disebuah acara dan Brian melihat Fira dari belakang panggung. Nama Fira kian melejit saat Brian memgorbitkannya, ditambah dengan kemampuan Fira bernyanyi dengan suara yang merdu membuat Fira semakin banyak penggemar dan juga tawaran di beberapa acara saat ini. Tapi Brian berusaha memilih acara-acara yang memang bisa dihadiri Fira, sesuai keinginan wanita itu kalau dia ingin kesibukannya sebagai designer tidak diganggu dan itulah yang berusaha Brian jaga.
Brian melihat wajah Fira yang terasa sangat menghayati lagu nya, wajah Fira tidak terlalu cantik dibandingkan dengan artis-artis yang berada dibawah naungan managment nya. Tapi Fira sangat manis dan juga sangat enak untung Brian pandangi terus-menerus, apalagi pribadi Fira yang juga membuat Brian nyaman dekat dengan wanita itu. Fira bukan tipe wanita glamour ataupun wanita yang hoby pamer di sosmed. Terakhir yang membuat Brian ingi terus dekat dengan Fira adalah suara Fira, suara emas Fira menjadi obat penyemangat dan penenang bagi Brian. Pernah saat didalam mobil dia merasa sangat murka dengan kesalahan karyawannya dan suara Fira yang bersenandung mampu membuat suasana hatinya membaik.
Brian terkejut karena seseorang menarik tangannya tiba-tiba.
"Hai Brian, aku terkejut melihat kamu disini. Aku sangat merindukanmu, kamu ada waktu malam nanti ?aku lagi buat party, kamu mau kan datang ?"
Ini adalah Amel, salah satu dari beberapa wanita yang pernah tidur denganya. Tapi Amel dan dirinya tahu kalau mereka hanya partner satu malam, jadi mereka tidak pernah canggung saat bertemu seperti ini.
"Akan aku usahakan mel, " jawab Brian mencoba santai. Tapi sepertinya Amel sangat betah bermanja dengannya . Fira yang datang mendekati mereka terlihat terkejut tapi mencoba tersenyum.
"Ehm...kamu sudah selesai ?" Tanya Brian kepada Fira , dan Amel terlihat tak suka melihat cara pandang Brian kepada Fira.
"Jadi bener Bri, kalau kamu langsung turun tangan jadi manager ini penyanyi baru ?"
Kata Amel terlihat tak suka.
"Mel bisa lepaskan rangkulan kamu ?"
Amel melepaskan rangkulannya dan berbisik kuat sengaja agar Fira mendengarnya.
"Aku tunggu kamu malam ini ya, aku bakal puasin kamu lebih dari sebelumnya."
Brian hanya tersenyum miring, suara serak Amel yang dibuat-buat tentu saja Brian tahu maksudnya begitu juga Fira.
"Jangan marah ya, dia memang suka bercanda." Kata Brian kepada Fira yang terlihat menahan tawa.
"Selera kamu yang seperti itu ya ?waw....seksi sih tapi , "
" Apaan sih Fir, kamu mau ngatain aku ya ?"
"Enggak, aku cuma mau bilang dia seksi sih. Tapi kok kamu tadi kayaknya gak tergoda ?" Fira tertawa pelan karena takut ada yang mendengar.
"Itu karena aku tergoda denganmu Fira" kata Brian di dalam hatinya.
"Ya sudah ayo ke butik. Pekerjaan kamu masih banyak disana ."
"Aku bisa naik taksi kok, kamu sholat jum'at aja ya ? Setelah sholat baru ke butik . Aku mau minta tolong arahkan model-model yang kita pakai buat acara besok. Kan sore ini bakal gladi resiknya."
Brian terdiam, Fira seperti sedang mengingatkannya lagi untuk sholat. Dan Brian hanya bisa mengikuti kemauan Fira saat ini.
Setelah Fira naik taksi Brian pun mengambil mobilnya dan akan pergi, dia tidak tahu kalau seseorang sedang mengikutinya saat ini.
*****
Malam pun datang, semua pekerjaan Fira dan Emil untuk acara fashion show butik mereka sudah selesai. Tempat yang dijadikan sebagai tempat acarapun sudah selesai dihias , semua itu tak lepas dari bantuan Brian yang saat ini terlihat menghisap rokok dihujung halaman hotel. Fira yang melihat itu dari jauh langsung mendekati Brian.
"Loe pulang aja Mil, gue naik taksi aja."Emil mengangguk dan pergi setelah mengatakan hati-hati kepada Fira.
Brian bersandar ditiang lampu penerang halaman hotel itu memikirkan tentang bagaimana dia terasa gemetar saat akan mengambil air wudhu, bagaimana hatinya berdesir aneh saat kakinya menginjak masjid. Meski akhirnya dia tidak melanjutkan langkah kakinya, dia berbohong kepada Fira kalau dia sholat. Padahal dia sama sekali tidak melakukannya, sekarang Brian merasa sangat berdosa.
"Brian "
Uhuk...uhuk...uhuk....
"Fir...kok ngejutin gitu sih ?"
"Aku gak maksud bikin kamu kaget kok, kamu aja yang sibuk banget mikirin dosa kamu." Brian diam , dia tidak berkutik saat candaan Fira terkena langsung ke hatinya.
"Kamu kenapa masih disini ? Gak pulang ?" Brian membuang sisa rokoknya ke tong s****h yang tak jauh dari tempatnya.
"Lagi bingung. "
"Bingung apa ?" Tanya Fira .
"Aku bingung cara ngajak kamu kencan " Fira terdiam lalu mendengus.
"Bilang aja mau ditemani beli kado lagi . Buat siapa sih ?cewek tadi ya ?" Brian menggeleng lalu tersenyum.
"Bukan dong, ini buat orang yang special. Ayo mau gak ?"
Fira seperti berpikir dan mengangguk.
Brian begitu bahagia, meski Fira tidak mau diajak kencan, tapu sepertinya ini juga cukup baik.
Jalanan yang macet membuat Brian harus betah didalam mobil tanpa melakukan apapun selain berbicara seperlunya dengan Fira. Jika saja wanita disebelahnya ini adalah wanita lain, tentu saja sudah banyak hal yang akan dia lakukan. Misalnya memberikan vitamin kepada bibirnya.
Tak lama mobil Brian terparkir disebuah restoran, membuat Fira bingung.
"Katanya mau beli sesuatu." tanya Fira yang melihat Brian membukakan pintu mobil untuknya.
"Perut ini minta diisi calon istriku, jadi ayo kita makan dulu."
Baru dua langkah mereka menjauh dari mobil sudah ada beberapa kamera dan yang menyorot mereka dan tiga orang wartawan yang menghalangi jalan mereka.
"Brian..Brian...bisa jelaskan kalian sedang apa malam ini disini ? Apakah kalian berkencan ?"
Tanya salah seorang wartawan itu. Membuat Brian tak habis pikir, kenapa dia lupa menyuruh Fira memakai topi atau apapun tadi.
"Tidak, kami hanya ingin makan malam saja. Tidak harus kencan baru makan malam bukan ?"
"Apakah kalian sedang menjalin hubungan ? Bisakah memberikan sedikit informasi mengenai hubungan kalian saat ini ?"
"Kami hanya akan makan tidak ada hal lainnya. Maaf bisa biarkan kami masuk ? Kami sudah lelah dan ingin segera makan. Permisi".
Brian menggenggam tangan Fira yang mengikutinya dari belakang. Mereka memang terlihat seperti pasangan kekasih saat ini, dan para pencari berita itu mengabadikan moment itu.
****
Fira dan Brian saat ini sedang berada disalah satu studio lukisan , setelah makan Brian mengajak Fira kesana. Karena Brian akan bertemu dengan temannya disana.
Fira yang sibuk melihat lukisan-lukisan indah itu tidak sadar kalau Brian sudah selesai dengan urusannya.
"Ayo pulang, aku sudah selesai ".
"Kamu gak beli lukisannya ?"
Brian menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Setelah dari studio lukisan itu Brian mengantarkan Fira pulang kerumahnya, dan tak lama mobil Brian sampai di depan pagar rumah Fira.
Tangan Brian meraih tangan Fira yang akan turun dari mobilnya.
"Ra, kalau aku memintamu menjadi pacarku apa kamu mau ?"
Fira terkejut bukan main. Brian begitu tiba-tiba mengatakan ini semua, tapi Fira mencoba tersenyum walau rasanya sulit karena dia terkejut.
"Aku sadar kalau aku mulai menyukaimu." Fira menutup lagi pintu mobil Brian dan menarik tangannya dari genggaman Brian.
"Kamu menyukaiku karena ini," tunjuk Fira kepada kedua mata Brian.
"Aku nyaman dengan hubungan sebagai temanmu Brian, jadi akan lebih baik jika kita seperti ini "
Brian diam , dia tahu mana mungkin Fira menyukai pria sepertinya. Apalagi jika Fira tahu kalau dia seorang pecandu n*****a, mungkin wanita itu akan lari darinya sejauh mungkin.
TBC...