Fira masih berada dibutiknya meski ini sudah memasuki maghrib. Pekerjaannya sedikit menumpuk karena dia membagi waktunya dengan promosi lagu dan hal lainnya yang terkait dengan debut Album nya.
"Ra, loe gak balik?"
Tanya Emil yang sudah bersiap-siap akan pulang.. Butik mereka memang buka hingga jam sembilan malam, tapi baik Fira dan Emil selalu pulang sore hari sebelum maghrib, kecuali memang harus lembur.
"Bentar lagi deh, loe pulang aja. Gue gak apa-apa, tanggung banget ditinggalin."
Fira sedang mendesain satu baju pesanan teman mereka. Desain ini akan dia berikan kepada penjahit yang mereka pekerjakan di butik ini untuk membantu Fira.
"Entar loe pulang sama siapa?" tanya Emil lagi, dia yakin Fira akan sampai larut malam jika sudah seperti ini.
"Tenang aja, bentar lagi juga kelar . loe deluan aja, gue bisa pesan taksi."
"Oke see you, besok loe jangan telat ya. gue udah janji sama model-model yang kita pakai buat acara fashion show ." Fira mengangguk tanpa menoleh kearah Emil.
Setelah kepergian Emil suasana terasa hening disekitar Fira. segitu fokusnya sampai dia tidak tahu kalau Brian mengamatinya. Fira mendengar suara adzan dan dia mengucap alhamdulillah, dilihatnya jam dipergelangan tangannya, jantung Fira hampir saja copot karena terkejut melihat sosok Brian yang ada didepan pintu ruangan kerjanya.
"Aduh Brian kamu kok gitu sih ??" Brian tertawa melihat raut ekspresi Fira.
"Ketawa lagi, awas ah." Fira pergi begitu saja dari depan Brian, tangannya ditarik Brian membuat Fira menoleh otomatis.
"Brian lepasin, jangan bercanda ya. aku mau sholat, jangan jadi setan oke ?"
"Astagfirullah, Ra. Ra tega banget sih ngatain calon suami setan." Fira tidak mendengarkan dia mengelap tangannya yang bekas dipegang Brian.
"Ih, gue gak rabiesan kali. loe mau kemana ?"
"Sholat " jawab Fira sedikit berteriak, sedang Brian tersenyum. Dia merasa sangat kotor saat ini karena sudah lama meninggalkan kewajibannya sebagai seorang muslim. Brian mengikuti Fira hingga sampai di depan pintu kamar mandi butik itu, dan lagi-lagi Fira terkejut.
"Astagfirullah, Brian kamu kenapa sih ? awas nanti wudhu aku batal kesenggol kamu." Brian menggeserkan tubuhnya agar Fira bisa leluasa berjalan menuju ruang sholat yang ada di butik. saat memakai mukena Brian masih melihat wajah Fira yang terlihat begitu teduh dan menyejukkan hatinya. Fira melihat kearah Brian yang masih berdiri didepan pintu toilet yang tak jauh dari ruang sholat.
"Brian, " panggil Fira yang dijawab oleh senyuman pria itu.
"Sholat yuk ?" ajak Fira, Brian terusik dengan ajakan itu. selama ini selalu mamanya yang menyuruhnya dengan lembut seperti Fira untuk sholat. sudah lama Brian meninggalkan sholat sejak kematian mamanya. Brian masih diam melihat wajah Fira yang seakan seperti wajah mamanya.
"Brian ?" panggilan Fira membuat Brian kembali dari lamunannya.
"Ah iya,"
"Kamu mau kan sholat berjamaah sama aku ?" Brian masih diam tidak bisa menjawabnya."Setan nya jangan dipelihara,"
"Oke, kamu tunggu. aku ambil air wudhu dulu." Fira mengangguk dan tersenyum.Tak lama Brian keluar lalu membentangkan sajadah untuknya didepan Fira. Mata Fira tak lepas memandangi cara Brian memulai sholat, dan akhirnya mereka sholat berjamaah bersama. Selesai sholat Fira melihat Brian yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Fira tersenyum melihat itu, dia bahagia bisa sholat berjamaah bersama Brian.
"Kita makan yuk? Nanti kamu lanjutkan lagi pekerjaan kamu, kalau mau" Brian yang melihat Fira melipatkan mukena terpana begitu saja.
"Aku udah makan tadi sore bareng Emil. Kamu ada apa kesini? Apa ada yang penting?"
Brian mengangguk tiba-tiba karena pertanyaan itu.
"Apa?" tanya Fira lagi yang membuat Brian bingung ingin menjawab apa.
"Bisa temani aku membeli cincin?" Lama Fira mengamati raut wajah Brian, membuat Brian risih sendiri dengan tatapan wanita itu.
"Maksudku, aku ingin kamu bantu aku memilihkan cincin buat seseorang. Kamu mau kan?" Lalu sebuah senyuman membuat Brian kembali terpesona.
"Kamu mau melamar pacar kamu ya?"
"Ha? Buk.. bukan. Hanya aku ingin memberikannya saja. Tapi kalau dia mau aku lamar itu lebih bagus."
Fira menggelengkan kepalanya, dia berdiri ingin kembali ke ruangannya.
"Hei.. Kamu kau kemana?"
"Mau menyelesaikan pekerjaan ku setelah itu baru aku bisa menemanimu." Brian tersenyum girang, dia sangat bahagia. Meski dia tidak tahu kenapa mau mengajak Fira membeli cincin.
"Ra...,". Panggilnya lagi.
"Iya..." jawab Fira dari ruangannya.
"Aku beli makan dulu ya, biar hemat waktu. Nanti takut kemalaman kalau harus singgah makan dulu, kamu ada mau pesan gak?"
"Enggak, aku kenyang."
"Bye... Calon istri. Ditinggal sebentar ya." Fira menggelengkan kepalanya melihat Brian. Brian yang terkenal play boy dan dingin itu ternyata tidak ada baginya.
Brian dimata Fira bukanlah pria seperti yang biasa diberitakan di acara-acara gosip, pria itu malah terlihat tidak terlalu memperdulikan masalah percintaan dan selalu saja membuat Fira tertawa dengan semua gombalan receh nya.
Selesai dengan pekerjaanya, Fira berjalan keluar dari ruangannya dan melihat Brian yang sedang duduk dimeja pantry butik mereka.
"Udah siap pak bos?" tanya Fira mendekati Brian.
"Udah adek, ayo kita pergi." Brian menggenggam tangan Fira tapi ditarik lagi oleh Fira.
"No pegang-pegang ya." kata Fira galak.
"Idih calon istri pelit amat, kemarin aja banyak wartawan gak nolak di rangkul. Ini pegang dikit aja gak mau." Brian berjalan keluar butik sambil mengomel.
"Kamu lucu tau gak kalau lagi ngambek." Kata Fira mencubit gemas pipi Brian. Kapan lagi bisa cubit-cubit pipi Brian Wisnu.
Brian berdecak kesal, baru kali ini dia dibuat seperti ini oleh artis nya.
Setelah pamit pulang dengan karyawan butiknya, Fira masuk kedalam mobil Brian. Lalu mereka pergi dari sana.
Selama diperjalanan Fira terus bersenandung, dan suaranya benar-benar membuat Brian bahagia. Suara Fira bagaikan candu buat Brian, setiap pagi dia akan menghidupkan rekaman suara Fira di apartemen nya.
"Kamu mau kasih cincin sama siapa sih?" tanya Fira penasaran.
"Ya sama calon istri lah."
"Ih Brian aku tau. Tapi maksudnya siapa wanita itu? Kok aku gak pernah tahu kamu punya pacar."
Brian tersenyum, lalu sebelah tangannya menyentil kening Fira pelan.
"Aduh.." kata Fira kesal.
"Rahasia. Nanti kamu kaget waktu aku kasih tau,"
"Pede banget sih." Fira sebenarnya kesal, tapi apa mau dikata. Si empunya gak mau kasih tau sama dia.
Tak lama mereka sampai di sebuah mall, dan Brian memakai topi. Brian menyuruh Fira juga memakai masker yang ada dimobilnya, ini agar mereka lebih aman dari kejaran para penggemar Brian dan juga Fira yang sekarang sudah menjadi penyanyi baru tanah air.
"Aku pegang tangan kamu ya? Biar aman." Fira hanya bisa mengangguk dengan peemintaan Brian itu. Dia tahu apa yang dikatakan Brian benar, bisa saja nanti ada yang mengenali mereka.
Saat masuk kesebuah toko perhiasan, Brian dan Fira dilayani dengan baik. Saat Fira melihat-lihat model cincin, jarinya tiba-tiba dimasukan Brian sebuah cincin berlian yang sangat indah. Cincin solitaire itu sangat pas dijari manis Fira.
"Kamu suka gak sama yang ini?" Fira masih membisu dengan tingkah absurd Brian untuknya ini. Apa Brian tidak tahu kalau Fira jadi merona dan salah tingkah saat ini.
"Ra, gimana? Bagus gak? Kamu suka?" Karna tidak mendapatkan respon dari Fira, Brian mencubit gemas pipi Fira.
"Aduh apa sih?"
"Kamu suka gak sama yang ini?" Fira tersenyum dan mengangguk.
"Suka, simple dan elegant. " Brian tersenyum puas, pelayan toko itu tersenyum-senyum melihat bagaimana cara Brian memperlakukan Fira.
"Eh tapi size cincin nya emang udah pas segitu?" tanya Fira lupa bertanya size cincin pacar rahasia Brian itu.
"Udah pas. Pas banget malah. " Fira mengangguk dan menunggu Brian menyelesaikan transaksinya.
***
Mobil Brian sudah tiba didepan pagar rumah Fira, malam ini dia begitu bahagia karena menghabiskan malam bersama.
"Ra, makasih ya udah mau nemenin aku. "
"It's oke pak manager. Besok jadi kan promo di stasiun tv yang kamu bilang itu? "
"Jadi, besok aku jemput aja. Setelah itu baru kita urus urusan butik kamu. " Fira mengangguk, dan turun dari mobil.
Sebelum pulang Brian membuka sedikit kaca mobil untuk melihat Fira lalu melambaikan tangannya.
Saat sudah masuk kedalam kamarnya Fira berinisiatif mengirimkan Brian pesan singkat.
"Makasih Brian, semenjak ada kamu semua urusanku terasa lebih mudah. Thanks ya... "
Dengan cepat pesan itu dibalas Brian yang kini sedang menghirup sesuatu.
Dia tersenyum sambil mengetik balasan pesan itu.
"Apapun untuk calon istriku, "
Fira menggelengkan kepalanya, tidak ada perasaan kalau Brian memang serius mengatakan itu. Karena Brian sudah terlalu sering menggodanya dengan hal semacam itu. Dia menganggap Brian sebagai teman dekatnya tak lebih dari itu.
Karena Fira hanya menunggu seseorang yang mengatakan cinta kepadanya dan memiliki maksud serius dengannya. Tidak seperti Brian yang hanya selalu menggodanya.
TBC...