Seperti dugaan Kanaya mama dan calon kakak iparnya tengah sibuk dengan berbagai macam paket. Ia merasa bersalah karena baru bisa pulang di sore hari. “Kanaya, kamu baru pulang, Nak?” tanya Shita. Kanaya langsung duduk di samping mamanya. Sudah berpuluh-puluh kado yang mereka bungkus. “Buat apa sih, Ma?” tanya Kanaya. “Buat tamu undangan yang datang. Ini kenang-kenangan buat mereka.” “Bungkus pakai plastic saja.” “Nggak cantik dong, Nay,” sahut Silvi. Kanaya lupa jika calon kakak iparnya menginginkan semua serba sempurna. Kanaya menghitung berapa banyak uang yang sudah mereka habiskan untuk acara pernikahan. Kalau suatu hari nanti Kanaya menikah ia ingin pernikahan sederhana yang disaksikan oleh keluarga saja. Hemat dana. “Kamu ngelamun apa, Nay?” “Eh, enggak, Ma.” Kanaya segera s