Gadis berjalan menyusuri trotoar pagi ini, ia berangkat terlalu pagi dan membuatnya memilih untuk turun dari angkot agak jauh dari letak sekolah.
Namun tak lama, terdengar teriakan yang memanggil namanya dari belakang membuat Gadis menghentikan langkah kakinya.
"Bisa kita berangkat bersama?" tanya Bela tersenyum.
Gadis berpikir sejenak, "Baiklah" jawabnya kembali berjalan.
Perjalanan menuju sekolah begitu hening, tidak ada sepatah katapun yang Gadis dan Bela ucapkan hingga tiba-tiba ada sebuah motor yang hampir saja menabrak Bela.
"Hei!!" teriak Gadis menarik tas si pemotor. "Jika kamu tidak bisa mengunakan motor, berjalanlah!" ucap Gadis mendorong keras tubuh laki-laki itu.
Bela membelalakkan matanya, ia kaget melihat sikap Gadis saat ini. Ini kali pertama menyaksikan langsung kemarahan Gadis.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Bela ketakutan saat Gadis menghampirinya.
Gadis melihat Bela dari ujung kepala sampai ujung kaki, "Seharusnya aku yang bertanya, ayolah kita akan terlambat nanti" ajak Gadis berjalan cepat.
Dalam hati Bela bertanya-tanya, ia merasa begitu aneh dengan sosok teman sebangkunya ini. 'Kenapa teman-teman begitu takut padanya?' batin Bela.
***
"Gadis!!" teriak Langit di koridor sekolah.
Gadis dan Bela menghentikan langkahnya, lalu balik kebelakang melihat sosok yang memanggil namanya begitu kencang.
"Kamu memukul Bima?" tanya Langit, melihat kondisi Gadis. "Apa semuanya baik-baik saja?" tanya lagi, memutari tubuh Gadis.
Gadis memukul lengan Langit, "Hei, apa yang kamu lakukan! Diam lah" bentak Gadis, melangkahkan kakinya.
"Argh dasar wanita keras kepala!" gerutu Langit, mengikuti Gadis.
Bela yang berada di samping Gadis heran dengan perlakuan Langit. "Kenapa laki-laki itu berani begitu padamu?" tanya Bela penasaran.
Gadis melirik Bela, "Dia bukan manusia, jadi ya begitulah" jawab Gadis sambil menaikan kedua pundaknya.
Langit menjepit kepala Gadis dengan ketiaknya, membuat Gadis mengerang dan menginjak kaki Langit. "Langit, ku bunuh kau" teriak Gadis kesakitan, lain dengan Bela yang tertawa melihat tingkah kedua manusia ini.
Langit tertawa, ia merangkul tubuh Gadis yang masih merapikan poninya. "Hai, kamu pasti murid baru itu ya? Aku Langit" kenalnya memberikan tangannya untuk dijabat.
Bela membalas jabatan tangan Langit, "Bela"
"Bertemanlah dengan manusi garang ini" godanya mencolek dagu Gadis lalu segera berlari.
"Hai Langit!!" pekik Gadis mengarahkan kepalan tangannya pada Langit.
Gadis dan Bela sampai di dalam kelas, beberapa pasang mata menatap mereka seolah mengetahui apa yang terjadi. Namun Gadis dengan begitu santai melenggang bebas menuju bangkunya diikuti Bela dibelakang.
"Kenapa dengan mereka?" tanya Bela berbisik.
Gadis mengeluarkan buku catatannya, ia menggeleng. "Aku tidak mau bertanya, apalagi mengetahui masalah mereka" jawab Gadis cuek.
Bela semakin dibuat bingung, sosok Gadis sepertinya berbeda. Di depan Langit dan di depan teman-temannya sungguh berubah.
Bela terdiam sejenak, ia bangkit. "Aku ke kamar kecil dulu" pamitnya, diangguk Gadis yang sudah terlarut dalan catatannya.
Di saat Bela keluar dari kelas, kini beberapa pasang mata menatapnya. Bahkan ada yang sambil berbisik. Bela berusaha tidak peduli dengan orang-orang disekitarnya saat ini dan terus melangkah menuju kamar mandi.
Saat berada di dalam kamar mandi, samar-samar ia mendengar perbincangan di luar. mereka begitu jelas membicarakan Gadis dan juga dirinya.
"Kamu dengar? Gadis mendorong tubuh Bima. Apa dia tidak tahu jika Bima anak dari guru BK?"
"Seperti baru tahu Gadis saja, dia wanita sedikit gila"
"Murid baru itu juga, cupu sekali ... kamu harus lihat seragamnya, bahkan lebih modis nenekku daripadanya"
Bela menahan napasnya mendengar perbincangan di luar, ia mengurungkan diri untuk keluar dari kamar mandi, menunggu hingga gerombolan para pengosip itu hilang.
***
"Gadis!! Kamu dipanggil guru BK" ucap Firman, sang ketua kelas saat Gadis baru saja menempelkan bokongnya di bangku.
Bela meremas ujung rok seragam, ia mengetahui apa yang akan terjadi pada Gadis.
"Argh, apalagi ini!" gumam Gadis segera bangkit namun tiba-tiba tangannya di tahan Bela.
"Bisa aku ikut?" tanya Bela, Gadis melepaskan genggaman Bela.
"Hanya aku yang dipanggil"
Dengan harap-harap cemas, Bela membiarkan Gadis keluar dari dalam kelas. "Apa yang harus aku lakukan sekarang" ucapnya.
Gadis berjalan dengan begitu santai menuju ruang BK, ia tidak mengetahui soal Bima yang nyatanya adalah anak dari guru.
"Siang Bu" ucap Gadis sedikit membungkukkan tubuhnya saat berhadapan dengan guru BK.
"Bisa duduk sebentar, saya ingin bertanya. Apa benar kamu bersikap kasar pada Bima?" tanya Ibu Vita, guru BK mencoba mengorek jawaban Gadis.
"Benar, tapi saya punya alasan. Bima sangat ceroboh, dia tidak bisa mengendarai motor dengan baik. Sepertinya dia lebih baik membawa sepeda saja" jelas Gadis.
Ibu Vita mengerutkan keningnya. "Maksud kamu? Apa dia melakukan hal gila dengan motornya?"
"Dia mungkin sedikit gila Bu, Bela hampir saja di tabraknya. Jika tidak di balas, maka Bima akan seenaknya melakukan itu lagi" tambah Gadis. "Apa Bima melaporkan ini semua pada Ibu? Haha sungguh manja" gumam Gadis sedikit terkekeh.
Ibu Vita merasa tak enak, ia menghela napas. "Baiklah Gadis kamu bisa langsung masuk ke dalam kelas lagi, tapi maaf ... meskipun kamu mempunyai alasan k*******n itu tidak baik. Jadi Ibu akan menghukum kamu juga Bima agar adil" jelas Ibu Vita.
"Dihukum Bu?" teriak Gadis.
"Kamu dan Bima, ibu hukum untuk membersihkan lapangan sekolah hari ini" perintah Ibu Vita membuat Gadis lemas.
***
"Dasar manja, untuk apa kamu mengadukan semuanya pada Ibu Vita, hah? Apa kamu sudah tidak punya Ibu untuk tempat mengadu?" cerocos Gadis tidak terima jika dirinya harus membersihkan lapangan sekolah yang cukup besar, ralat sangat besar.
Bima menatap Gadis, "Apa kamu tidak salah bicara? Ibu Vita itu Ibuku ... jadi tentu saja aku akan mengadu jika muridnya ini beringas!" balas Bima. Gadis terdiam, ia menelan air liur yang terasa berat. "Kerjakan saja hukumanmu!"
Gadis mengepalkan tangannya, "Kamu juga harus mengerjakannya!" teriak Gadis.
Bima memutar bola matanya, "Aku anak guru disini, cepat kamu kerjakan atau akan aku adukan" ancam Bima.
Gadis tidak bisa tinggal diam kali ini, ia mencengkram erat sapu yang berada di tangannya sambil berjalan mendekati Bima. "Sebentar, boleh aku bertanya sekali lagi? Barusan kamu bilang apa?" tanya Gadis dengan tatapan sinisnya membuat Bima memundurkan langkah kakinya.
"Wanita gila! Kamu ingin memukulku?"
"Tentu saja aku ingin memukulmu, jadi cepat lakukanlah hukumanmu!" ancam Gadis.
"Wanita gila!!" ucap Bima gusar, ia mengambil sapu lalu berlari menjauh dari Gadis yang terus menatapnya.
Disudut lapangan terlihat Langit yang memperhatikan gerak-gerik Gadis. Ia tersenyum, "Dia hanya ingin terlihat kuat saja" ucapnya, mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya.
"Gadis galak!!" panggil Langit berteriak. "Kemarilah, kegalakanmu akan berkurang jika kekurangan cairan!" tambahnya lagi, membuat Gadis melotot dan berjalan menghampiri Langit.
***