Gadis Sebenarnya

876 Words
Dengan peluh keringat Gadis sampai di dalam rumah, ia terlihat begitu lelah. Bagaimana tidak lelah? Tiga perempat luas lapangan ia bersihkan karena Bima entah kabur kemana. "Anak Mama sudah pulang? Kenapa layu gitu?" tanya Mama Gadis yang tengah berada di ruang TV. Gadis memasang wajah mengemaskan, sambil mengerucutkan bibir. "Aku lelah Ma" ucapnya memeluk tubuh mamanya manja. "Uh, anak Mama ini sungguh sangat manja. Bagaimana sikapmu jika kamu di sekolah?" tanya mama mencium rambut Gadis. "Aku selalu menggemaskan Ma" jawab Gadis, oh tentu saja itu dusta. Sejak kapan Gadis menjadi sosok yang menggemaskan jika berada di sekolah? Menyeramkan masih mungkin. "Ayo mandi, Papamu akan datang" perintah Mama. Raut wajah Gadis berubah, seolah ia tidak menginginkan kedatangan papanya itu. "Dia datang?" "Gadis, ia papamu!" Tanpa mau membahas kembali, Gadis segera bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Sekarang ia harus segera mandi, karena tubuhnya sungguh beraroma tidak sedap. *** "Stop!!" teriak Gadis saat melihat mamanya tengah ditampar oleh papanya sendiri. Gadis berlari, mendorong kencang tubuh pria yang sama sekali ia enggan memanggilnya papa. "Gadis apa maksud kamu!" bentak papanya kesal. Gadis merangkul tubuh sang mama yang terkulai lemas di ranjang. "Ma, ayo lawan jangan diam saja!" pinta Gadis pada mama. "Apa yang kamu ajarkan pada anak manja ini? Sehingga ia berubah menjadi beringas?" tanya papa Gadis tetap emosi. "Gadis pergi ke kamar sekarang, Nak" pinta mama lemah. "Papa, Gadis bukan anak manja lagi! Anak yang akan diam saja jika melihat Mamanya di perlakukan seperti ini!" jawab Gadis tanpa ada guratan ketakutan pada papanya. "Jika Papa hanya pulang untuk menyiksa Mama, tolong pergi saja lagi" Tangan sang papa mengepal, sepertinya ia benar-benar emosi. "Gadis!! Apa kamu kurang dididik juga di sekolah?" Tanpa menjawab pertanyaan dari papanya, Gadis bergegas keluar dari kamar orangtuanya. "Kamu harus belajar lebih! Papa akan memasukan kamu les!" teriak sang papa yang masih bisa didengarnya. Gadis mendecakan mulutnya, "Lakukanlah sesukamu!" ucap Gadis sambil keluar dari rumah. Dengan hanya mengenakan piyama sutra berwarna merah, Gadis berjalan menyusuri komplek perumahan. Entahlah, dia saat ini mau kemana. Setibanya di taman, Gadis segera memilih untuk duduk dibangku taman yang hanya sedikit disinari cahaya lampu. Ia kembali mengingat masa lalunya, masa dimana ia begitu bahagia akan keharmonisan keluarga. Papa Gadis memang seorang tempramen, namun masih dalam batas wajar. Tapi setelah bertemu tante Tasya, ia semakin beringas. Satu hal yang Gadis tau, tante Tasya itu adalah teman dekat mamanya bahkan mama selalu bercerita tentang apa yang terjadi pada dirinya. Ternyata, tante Tasya adalah serigala berbulu domba. Dia malah menggoda suami temannya sendiri. Ini salah satu hal yang membuat Gadis tidak suka bercerita pada siapapun, ia memilih menyimpan semuanya sendiri. Gadis berubah, semenjak SMA. Tidak ada lagi Gadis yang ceria, humoris dan menyenangkan. Kini berubah menjadi Gadis yang galak, penyendiri dan menakutkan. Gadis menghapus air mata yang tak terasa menetes di pipinya. Ia berusaha sekuat mungkin, satu yang Gadis harus lakukan. Menjaga sang Mama. Tiba-tiba tubuh Gadis dirangkul oleh sosok laki-laki yang harumnya begitu ia kenal. "Tidakkah menyeramkan melihat wanita berambut panjang berada di taman malam-malam seperti ini?" suara milik Langit seolah menghangatkan hatinya. Tanpa menatap wajah Langit, Gadis segera bersembunyi di dadanya. Ia kembali terisak-isak. "Jangan melihatku, aku ingin menangis sebentar saja" pinta Gadis. Langit memeluk tubuh Gadis sambil menepuk-nepuk punggungnya pelan. *** "Kamu tau? Semalam aku bermimpi sangat menyeramkan" cerita Langit yang tiba-tiba sudah berada di hadapan Gadis yang tengah membaca novel di dalam kelasnya. Gadis melirik Langit, keningnya mengkerut. "Wanita galak itu menangis!" kekeh Langit yang segera mendapatkan pukulan dikepalanya. "Astaga, kamu beringas sekali!!" ucap Langit menahan tangan Gadis agar berhenti memukulinya. Disaat itu, tepat Susi berlari ke arah bangku Gadis. Wajahnya terlihat pucat. "Gadis, Bela menangis di kantin" cerita Susi. "Hah? Kenapa bisa?" tanya Langit. "Dia menumpahkan minumannya pada Lulu, kakak kelas kita, habislah dia" tambah Susi lagi. Gadis terdiam, ia sungguh tidak pernah mau mencampuri urusan orang lain. Jangankan mencampuri, berbicarapun sepertinya ia sangat enggan. Langit menatap Gadis, seolah ia menunggu apa yang akan wanita ini lakukan. "Itu bukan urusanku" jawab Gadis ketus, kembali membuka novelnya. Langit menggelengkan kepalanya, ia sendiri bingung akan tingkah Gadis. Meskipun Langit dan Gadis berteman sejak kecil karena tinggal dalam satu kompleks, satu yang langit tidak bisa tebak. Pikiran Gadis. Ya, tentu saja, semua orang tidak ada yang bisa membaca pikiran Gadis. Bel masuk berbunyi, Langitpun sudah sedari tadi meninggalkan kelas Gadis. Namun ada yang kurang, sosok Bela sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya. Hingga tiba Bu Wiwit, guru matematika yang mulai mengabsen satu persatu. "Bela Kharisma? Dimana Bela Kharisma?" tanya Bu Wiwit melihat keseluruh murid. "Bela di UKS Bu" jawab Bianca. Diangguk Bu Wiwit mengerti. Gadis melihat ke arah Bianca mendengarkan apa yang dibicarakan, "Bagaimana dia masuk ke dalam kelas dalam kondisi basah kuyup bau jus tomat? Hahaha" kekeh Bianca. Lengan Gadis mengepal, pikiran dan hatinya seolah bersebrangan saat ini. *** "Ada apa disana?" tanya Langit melihat kerumunan di kantin sepulang sekolah. "Gadis, dia berkelahi dengan Kak Lulu!!" jawab salah satu siswi. Langit panik, ia segera menuju ke dalan kerumunan mencoba mencari tahu kebenarannya. Benar saja, terlihat Gadis tengah menjabak rambut Lulu, kakak kelasnya itu. "Lain kali berhati-hati jika ingin melakukan sesuatu!!" pesan Gadis tanpa mau melepaskan tangannya dari rambut Lulu yang sudah mengerang kesakitan. "Wanita gila!! Ternyata benar kamu itu gila!!" teriak Lulu berusaha melepaskan lengan Gadis. "Bagus jika kamu tau aku ini gila!" ucap Gadis tanpa merasa bersalah. Langit terdiam, ia tidak menyangka jika Gadis akan melakukan hal seperti ini untuk membela Bela, teman sebangkunya. Suasana semakin ramai, ketika guru-guru datang untuk melerai keduanya. Gadis dan Lulu dibawa memasuki ruang BK. "Apa ada sedikit perubahan pada dirinya?" ucap Langit saat melihat Gadis berjalan melewatinya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD