Sampai di rumah sakit tempat di mana July di rawat, Prima tergesa-gesa masuk ke kamar rawat July. Saat memasukinya, rasa amarah dan kecewa yang Prima bawa luruh seketika. July nampak pucat dengan selang infus yang menancap di tangan kirinya. Mereka saling memandang dalam diam, banyak hal yang mereka pikirkan tapi tak ada satupun yang keluar dari mulut mereka berdua. Prima mendekat, duduk di kursi kosong yang ada di sebelah ranjang July. Makan siang masih tertutup plastik dan belum terbuka sama sekali. "Kamu belum makan?" tanya Prima, ia tak tahu harus memulai bicara dari mana, tentu saja hatinya kini sedang kalut dan bingung, perasaannya tak menentu, pikirannya terus tertuju pada Mira. Belum lagi ia cemas dengan rumornya di kantor. "Apa pedulimu, mas?" sahut July. "Jika aku tak peduli