Pagi itu, Dylan dan Lee telah tiba di markas satu, Lee yang tak suka menyaksikan kekejaman Dylan memilih menunggu Dylan di luar ruangan penyiksaan.
Dengan sebatang rokok, dia mengisap kuat, setiap orang di dalam sana berteriak kesakitan, justru dia seperti turut merasakan
Sakit, keringat membasahi dahinya, salah satu kelamaan Lee adalah takut melihat darah!
Semantara di dalam ruangan penyiksaan, Dylan sedang menekan nekan hujung besi yang panas itu di muka Juan Marley hingga berlubang.
" Bagaimana rasanya?" Tanya Dylan sambil menyerahkan besi tersebut pada anak buahnya. " Panaskan kembali.."
" Kau pengecut, Dylan!" Teriak Juan dan dia tak merasa takut, sekalipun dia mati, karena dia sudah tak rugi mati di tangan saingan bisnesnya itu, sesuai rencana pasti, anak buahnya telah membakar markas Dylan yang berada di Turki, itu kenapa Dylan sangat marah padanya saat ini, itu pasti!
Dylan hanya tersenyum sinis mendengar kata orang tua itu. " Ya.." dia manggut manggut, kemudian meminta tablet dari pengawal.
" markasku yang terbakar di Turki cukup kau bayar dengan nyawa anak istrimu.."
Juan terperanjat kaget, kemudian Dylan menunjukkan tablet itu kearah Juan Marley.
" Saya tidak pernah berurusan denganmu selama ini tapi kau sendiri cari masalah.."
" Tolong jangan bunuh keluarga saya.." Juan Marley mengiba, anak isterinya yang terikat dengan wajah penuh luka. " Jangan lakukan! Saya akan melakukan apapun.."
" Apapun?" Dylan tersenyum sinis. " Aku ingin kau mengembalikan seperti sedia kala markasku.."
Dylan memandang Juan dengan hujung mata tajamnya, Juan tampak kaget mendengar kata Dylan yang mustahil dia lakukan, apalagi mengembalikan seperti semula, itu mustahil!
" Bagaimana?" Tanya Dylan dengan senyuman di wajahnya. " Masamu tinggal lima detik.."
Juan Marley menggelengkan kepala, dia memohon untuk tak membunuh keluarganya!
Dylan hanya tersenyum, tapi percayalah tidak ada sesiapa yang bisa mengubah keputusannya.
" Aku mohon.." lagi lagi Juan Marley memohon. " Aku akan memberikan apapun asal jangan membunuh keluargaku.."
" Masamu sudah tamat.." kata Dylan sama sekali tak tersentuh dengan permohonan Juan Marley, hal itu juga sontak membuat Juan Marley kaget.
" Bunuh mereka semua.."
" Argh! Jangan.." pria itu merebut tablet dari tangan Dylan. " Tidak jangan!" Teriaknya dengan linangan airmata. " Hiks.. Hiks.. anakku! Istriku.." pria itu membanting tablet Dylan yang hanya di biarkan Dylan.
Hanya butuh berapa detik, ruangan keluarga Juan Marley terus banjir darah, semua tewas mengenaskan.
Juan Marley mendongak memandang Dylan yang sedang tersenyum mengejek kearahnya.
" Berbuatan pengecut! Keluarga saya tidak ada urusan denganmu.." Juan Marley teriak penuh emosi.
" Saya tahu.." jawab Dylan tenang tapi kemudian dia tersenyum lagi, hal itu membuat Juan Marley yang baru kehilangan seluruh keluarganya terpukul.
" Kalau kau sudah tahu kenapa kau—"
Juan Marley tak melanjutkan kata katanya saat peluru menebus kepalanya, dia tewas dengan mata terbuka.
" Ambil jantungnya dan berikan pada comel pasti dia menyukainya.." kata Dylan kemudian meninggalkan ruangan penyiksaan.
" Udah selesai, Lan?"
Dylan berdesis kesal, melihat Lee masih berdiri menunggunya depan pintu.
" Cari tahu siapa yang menyuruh mengambil chip waktu itu.."
" Bukankah yang mengambil chip itu sudah kau bunuh?"
Dylan melirik pria itu dengan ekor matanya kemudian mulai melangkah sambil berkata.
" Yang menyuruh bukan yang mengambil.."
Lee mengangguk mengerti. " Lalu apa kita kembali ke rumah utama malam ini.."
" Tidak.."
Mendengar itu Lee mendadak lemas, padahal dia sudah berjanji dengan yang lain malam ini mereka akan berkumpul lalu bermain truth or dare.
" Ada apa.." tanya Dylan yang melihat kemurungan di wajah secretary sekaligus temannya itu.
" Aku sudah berjanji dengan lain kalau malam ini kami akan bermain truth or dare.."
" Ck.." Dylan menggelengkan kepala, mereka tak pernah berubah, masih seperti anak anak, fikir Dylan.
" Ayo!"
" Apa kita akan kembali ke rumah utama malam ini, Dylan.."
" Tidak.." tegas Dylan. " Kita akan kembali ke rumah utama kalau orang yang menyuruh mengambil chip itu sudah kau temukan.."
***
Semantara dirumah Utama Nick dan yang lain sama sekali tak menyadari Lee tak bersama mereka saat ini, mereka hanya asyik bermain sendiri.
Kekacauan yang terjadi berapa hari yang lalu kini telah di selesaikan Dylan dalam sekelip mata, hanya saja Dylan mengalami kerugian kecil di Turki, tapi itu bukan masalah besar bagi Dylan.
Kini... Mereka sedang bersantai di ruang tamu setelah mereka selesai makan malam.
Tanpa mereka sadar di salah satu kamar terdapat seseorang disana sedang melihat kearah mereka.
" Abi, truth or dare.." tanya Nick pada Abigail karena botol tersebut menunjuk kearah Abigail saat itu.
" Sebentar.." Abigail merasa ada yang memperhatikan mereka dari dalam gelap itu.
" Kenapa?" Tanya Kim heran dan turut melihat kearah gadis itu memandang. " Siapa disitu?"
Orang di hujung sana, kaget, dalam gelap sekalipun ternyata mereka masih bisa melihat dan merasakan keberadaannya.
" Sepertinya itu gadis tawanan Dylan.." kata Brian. " Gadis kecil?"
" Kamu mau selingkuh ya?" Tanya Natasha tak suka Brian memanggil gadis itu 'gadis kecil'
" Memangnya kalian ada hubungan apa?" Tanya Natalie heran dengan perubahan Natasha yang semakin genit saja pada Brian.
Nick beranjak dari duduknya dan menghampiri gadis itu. " Apa yang kamu lakukan disini.." Nick mencengkam lengan gadis itu sangat kuat sambil menatapnya tajam.
" Tidak, Tuan.. saya hanya mau melihat kalian bermain saja.." jawab gadis itu sambil meronta minta di lepaskan.
" Lepaskan dia, Nick.." kata Abigail sambil menghampiri mereka. " Kamu mau ikut bermain.."
" Apa boleh.." tampaknya gadis itu sudah tak begitu takut, atau sudah terbiasa.
" Bolehlah.. ayo!"
Nick yang ingin protes tak jadi saat mendapati tatapan tajam dari Abigail.
Sarah melihat kearah pintu utama, seperti mencari seseorang. " Apa yang kamu cari? Mencari jalan keluar?" Tanya Nick sambil memandang wajah gadis tawanan Dylan itu.
" Apa kamu mencari Dylan?" Tanya Kim yang menyadari gadis itu bukan mencari jalan keluar tapi matanya itu lagi mencari seseorang.. Dylan misalnya?
" Dylan?" Tanya Sarah karena tak mengetahui nama pria psikopat itu.
" Ya Dylan! Pria yang memperkosamu di markas satu.." jawab Nick lantang.
" Memperkosa?"
Natalie dan Abigail langsung memberi tatapan maut kearah pria itu. " Apa? Memang benarkan.."
" Tidak perlu di dengarkan dia.." kata Abigail yang duduk di sebelah Sarah. " Dylan tidak ada disini sekarang jadi kamu aman.."
" Ayo mulai lagi.." kata Brian sambil menyingkirkan tangan Natasha yang terus bergelanyut manja padanya.
" Tasya, kalau kamu ingin bermanja nanti saja ya.."kata Brian pelan karena takut ada yang mendengarnya.
" Kalian kenapa sih?" Tanya Kim heran pada kedua temannya itu yang aneh sejak kebelakangan ini.
" Tidak apa apa.." jawab Brian sedikit gugup.
" Ulang lagi.." kata Nick saat botol yang di putarkannya menunjuk kearah Sarah.
" Nanti kan kearah dia.." cegah Natalie.
" Memangnya dia ikut bermain.." Nick tersenyum mengejek.
" Iya.. truth or dare.." tanya Abigail pada Sarah.
" Truth.." jawab Sarah sedikit takut dengan tatapan mata Nick terus tertuju kearahnya.
Nick mengambil kertas yang tergulung dalam botol dengan jengkel lalu membaca buku.
" Siapa nama mama kamu.."
" Saya tidak tahu.." jawab Sarah membuat mereka semua kaget.
" Tidak tahu bagaimana?" Tanya Brian kurang faham dengan gadis itu.
" Karena sejak kecil aku di asuh oleh keluarga angkatku, aku kira mereka adalah keluargaku tapi ternyata tidak! Lalu aku mencari papa dan mama.."
Cerita Sarah, tidak ada yang memotong ucapan gadis itu, semua hanya terdiam, raut kesedihan jelas terpancar dari wajah cantik Sarah.
" Hingga kemudian aku berkerja di rumah tuan Jackson sebagai asisten anaknya, karena hanya Tuan Jackson yang boleh menolongku dengan syarat aku harus menjaga anaknya dengan baik, tapi tidak lama kerja aku malah di culik.."
Sarah memandang takut takut satu persatu wajah wajah menyeramkan itu, semua masih terdiam, tak bisa mencerna maksud gadis itu, kenapa keterangan gadis itu berbeda dengan biodata lengkap Sarah yang mereka baca dengan teliti waktu Lee dan Nick menculik gadis itu.
Sarah dengan takut takut berkata lagi.
" Sebenarnya tujuan kalian menculik ku kenapa?"
" Kamu Flora Jackson, bukan?" Tanya Natasha memastikan.
" Flora Jackson?" Tanya Sarah bingung. " Aku Quin Sarah.."
— Bersambung —