51. Cara Membujuk Ala Mafia

1157 Words
Sarah yang tidur sambil memeluk bantal membulatkan mata, kenapa dia bisa ada dalam kamar? Seingatnya dia tidur diruang tamu semalam karena menunggu Kim. " Mungkin tuan kim membawaku ke sini.." Gumamnya sambil merangkak turun dari atas ranjang. Dia melangkah keluar dari kamar itu sambil memegang perutnya, dia sudah sangat lapar sekali. Saat dia membuka pintu, ia di kejutkan dengan seorang yang terduduk di lantai membelakanginya. Dylan? Ya, gadis itu terus mengenali pria itu meskipun dia sedang membelakanginya saat ini. Bahu pria itu bergetar di iringi isakan. " Tuan?" Pria itu terdiam, lalu menoleh ke belakang. " Apa yang sudah terjadi?" Gumam gadis itu melihat mata pria itu yang memerah dengan linangan air mata di kedua pipinya. Pria itu tampak mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya. Lalu beranjak dari duduknya, dan meletakkan foto itu di tempat semula. Dylan lihat gadis itu tampak waspada. " Apa yang tuan lakukan disini?" Tanya gadis dengan suara bergetar. " Seharusnya aku yang bertanya.." jawabnya sambil melangkah. Sarah terus mundur detik berikutnya berlari masuk ke kamar dan menguncinya. Dan kini sudah malam, Sarah masih duduk di atas ranjang sambil memeluk lututnya, dia sudah sangat lapar, namun takut keluar dan akan ketemu pria itu lagi. Dia memandang jam di atas meja, sudah pukul lapan malam. " Seharusnya pria itu sudah pulang.." kata gadis itu lalu turun dari atas ranjang. " Tenang sayang mama tak akan membiarkan kamu kelaparan.." Dia keluar dari kamar dengan perlahan, dan lampu di seluruh ruangan itu sudah menyala. Sarah segera waspada jangan jangan pria itu yang menyalakan lampu. Namun detik kemudian dia coba berfikir positif, pria itu sudah pergi. Fikirnya sambil menarik nafas dalam. Dia melangkah ke dapur untuk memasak, karena dia sudah kelaparan. Tetapi setibanya di dapur, dia melihat makanan yang sudah sedia terhidang di meja makan. Dia melihat piring yang masih ada sisa, seketika karena lapar bayangan Dylan yang terus menghantuinya sejak tadi hilang begitu saja. " Bodoh amat dengan sisa makanan orang! Aku lapar.." Dia menarik kerusi lalu duduk disana, saat suapan pertama masuk ke dalam mulutnya. Gadis itu terdiam, dia tak mengunyah, kenapa rasanya makanan itu begitu enak. Dia memandang ada ikan goreng, telur dan sosej goreng, makanan yang begitu biasa tapi kenapa rasanya enak sekali? Gadis itu melanjutkan makannya tanpa pedulikan itu bekas siapa? Dan saat yang sama, Dylan kembali ke dapur, masakannya itu benar benar tak enak sampai dia muntah, selain rasa masakannya yang sangat asin dan gosong juga separuh masak, itu yang membuatnya muntah. Pria melongo melihat makanan di atas meja sudah habis dan gadis itu juga tak sadar dia sudah berdiri di belakangnya. " Enak sekali, siapa ya yang masak?" Gumam Sarah sambil meletakkan gelas di atas meja. " Parfum ini juga wangi sekali.." katanya sambil mengedus aroma parfum yang tiba tiba memenuhi ruangan itu. Kemudian gadis itu terdiam, dia mengenali aroma parfum itu, sambil meneguk salivanya dia menoleh ke belakang dan melihat Dylan sedang melihat kearahnya juga. " Aarhh!" Teriak gadis itu dengan panik ia beranjak berniat mau lari walau itu akan sia sia. Dan benar saja, pria itu dengan santai menarik pinggangnya, berikutnya membawa tubuh mungil itu duduk di kerusi. " Akhirnya tertangkap juga.." bisik Dylan sambil menggigit daun telinga Sarah. Sarah masih meronta di atas pangkuan pria itu, namun sekuat apapun dia, tenaganya tak sebanding Dylan. " Apakah ini bisa membuatmu tenang?" Tanya Dylan sambil menodongkan pistol ke pinggang gadis itu. " Hiks.. Hiks.." tiba tiba gadis itu menangis, dan juga sudah tampak pasrah, dia sudah tak berontak lagi. " Maaf.." bisik Dylan serba salah, lalu memeluk perut Sarah dan meletakkan pistol itu di atas meja makan. " Maaf kalau aku menakutimu.." Sarah masih terisak isak tanpa suara, dan Dylan masih terus mengucapkan kata maaf. Sehingga akhirnya gadis itu lebih tenang lalu bertanya. " Sejak dulu aku sering bertanya apa salahku pada kalian.." Dia juga kembali menangis. " Kenapa aku sering mendapatkan perlakuan tak adil? apa karena aku anak yatim piatu?" Dylan hanya terdiam, membiarkan gadis itu meluahkan semua sakit hatinya. " Sejak kecil aku berusaha berbuat yang terbaik agar aku di terima baik oleh orang sekitarku, tapi sampai sekarang aku di perlakukan tak adil.. apa salahku?" " Kamu tidak salah, sayang.." Dylan mengeratkan lagi pelukannya sambil mengaitkan dagunya di bahu gadis itu. " Aku janji setelah ini akan berusaha melindungimu, dari apapun itu.." Sarah masih terdiam, dia yang kemarin sudah berusaha kuat dan berhasil, tapi kenapa saat berdekatan dengan ayah dari bayi dalam kandungannya dia kembali lemah. Hamil? Dia tiba tiba cemas bagaimana kalau pria itu tahu dia hamil, akankah pria itu akan membunuhnya? " Kenapa sayang.." tanya Dylan saat merasakan tubuh gadis itu yang bergetar ketakutan. " Jangan membuatku takut, katakan kenapa?" " Tolong jangan mengangguku.." kata Sarah sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Dylan. " Baiklah.." Dylan melepaskan Sarah. Dia hanya melihat Sarah yang berlari masuk ke dalam kamar. " Ternyata membujuk seorang wanita lebih susah daripada membunuh seratus orang pengkhianat.." keluhnya. Dia mendongak ke atas melihat lampu terang yang menerangi ruangan itu. Tiba tiba dia mendapatkan idea brilliant, Biasanya wanita akan takut tidur dalam gelap? Kemudian pria memandang pistol diatas meja yang di letakkannya tadi. " Tenang sayang... Aku tak akan menggangumu tapi kau yang akan mendatangiku nanti.." *** Sarah baru keluar dari kamar mandi, dengan hanya memakai jubah handuk separas paha. Dia melangkahkan kakinya sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Tiba tiba lampu di ruangan itu mati, gadis itu yang memang takut dalam kegelapan automatik panik. " TUAN?!" Tanpa berfikir panjang gadis itu terus mencari Dylan. " Tuan?" Dalam kegelapan itu Sarah berjalan perlahan menuju ruang tamu. Di ruang tamu itu sangat gelap karena gorden yang biasa tak pernah di tutup di ruang tamu itu, kini semua di tutup tepat. " Tuan? Aduh.." tiba tiba gadis itu menabrak dinding dan tak lama kemudian dia menangis karena ketakutan. " Tuan.. aku takut, jangan tinggalkan aku.." Isak gadis itu dan sekali lagi menabrak dinding. Tiba tiba terdengar suara tembakan. " Aarhh!" Teriaknya dan terus berlari tak tentu arah. Hingga tiba tiba dia masuk lagi dia sebuah ruangan yang dia tak tahu. " Tuan?" Sarah mencium aroma parfum pria itu dalam ruangan itu. " Tuan.. apa anda ada disini.." Hening. Gadis itu terus melangkah ke depan, mengikuti aroma parfum itu. " Tuan? Tiba tiba kakinya menabrak ranjang dan tangan gadis itu automatik mencari cari sosok Dylan disana. " Hiks.. Hiks.. tuan?" Harapannya kembali hampa karena sepertinya Dylan tak berada dalam kamar itu. Dia merangkak naik atas ranjang itu sambil terisak isak. " Semoga hantunya tidak jadi datang.." katanya sambil melipat kedua tangannya berdoa. Dalam kegelapan itu, Dylan berusaha menahan tawanya agar tak meledak mendengar doa lucu gadis itu. Sarah menarik selimut sehingga tiba tiba dia menyentuh sesuatu.... Tangan? " Tuan?" Sarah membawa tangan itu ke hidungnya, benar itu tangan Dylan. " Tuan Dylan?" " Hmm.." pria itu hanya berdeham pelan. " Dari tadi saya memanggil anda, kenapa anda diam saja?" " Aku hanya menghormati permintaanmu untuk tak menganggumu.." jawab pria itu tanpa merasa bersalah. ~ Bersambung ~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD