Natalie dan Abigail hanya memperhatikan Natasha dengan sebal yang duduk menghadap cermin besar di kamarnya.
Gadis itu sejak tadi terisak isak karena terharu katanya.
Namun menurut Natalie dan Abigail pula Natasha sudah terlalu berlebihan bahkan empat orang make up artist didatangkan oleh Kim sudah berulang kali memperbaiki make upnya yang berantakan.
" Nona Tasya.. tolonglah jangan menangis nanti make upmu akan rosak lagi.." kata wanita yang sedang menguleskan lipstick di bibirnya.
" Apa katamu.." tanya Natasha sambil menoleh pada wanita itu membuatkan lipstick di bibirnya tergores hingga ke mukanya.
" Tasya..." Geram Natalie sambil memandang sahabatnya itu, dia ingin marah tapi takut akan memperburukkan suasana.
" Nata.." bisik Abigail di telinga Natalie, d**a gadis itu turun naik karena menahan marah.
" Kamu harus sabar.."
" Tolong perbaiki lagi make upnya.." kata Natalie sedikit kesal.
" Baik Nona.." jawab mereka dengan sabar.
" Tasya... Tolong jangan menangis lagi, pernikahanmu tinggal setengah jam lagi.." kata Abigail.
Natasha hanya mencebikkan bibir, matanya juga sudah kembali berkaca kaca melihat dirinya sendiri di cermin, dia terlihat sangat cantik dengan balutan gaun pengantin putih.
Semantara Nick, Kim dan Lee sengaja menghilangkan diri sejak tadi karena tak ingin melayani drama queen Natasya.
***
" Tuhan! Izinkan berkatMu menyertai perjalanan hidup sahabatKu, berikan dia kebahagiaan.." Doa Dylan sambil melihat Brian yang sedang menyisir rambutnya sendiri, pria psikopat itu ternyata bisa juga ingat tuhan
Berbeda dengan Natasha yang didatangkan juru make up yang handal.
Brian justru lebih suka tanpa bantuan sesiapa, dia mengambil arloji mahalnya yang masih dalam kotak, dan memakaikan di tangannya sendiri, kemudian menatap lagi wajahnya di cermin sehingga perhatiannya teralih pada Dylan yang sedang melamun.
" Dimana gadismu itu, Lan.." tanya Brian sambil memandang Dylan dari cermin.
" Di kamar.."
" Masih tidur.." pancing Brian, apalagi dia melihat kemesuman Dylan dan gadis tawanan Dylan di balkon malam tadi.
" Sepertinya.."
" Kalah dong berarti.." Brian tersenyum penuh makna, membuat Dylan salah tingkah.
" Apa maksudmu.." tanya Dylan setelah berhasil mengontrol tingkah lakunya.
Brian tak menjawab sambil teringat, kejadian tadi malam yang ingin dilupakannya.
Melihat kemesuman Dylan pada gadis tawanan itu membuat Brian salah tingkah sendiri.
Brian melihat bagaimana Dylan memuja dan kenikmatan penyatuannya dengan Sarah, sehingga dia tak menyadari Brian yang melihat mereka walaupun hanya sekilas.
Wajah Brian memanas melihat adegan panas itu, dia sampai lupa tujuannya ingin datang ke kamar Dylan, dan seperti orang linglung dia kembali ke kamarnya sendiri.
" Apa yang kamu fikirkan.." tanya Dylan membuyarkan lamunan Brian.
Brian menggeleng kepala sambil menundukkan memperbaiki kerah bajunya.
***
Kim, Nick dan Lee masuk kamar Natasha, mereka datang karena telah di cari wanita itu sejak tadi.
Natasha membentangkan tangan meminta di peluk, Lee dengan langkah perlahan mendekati gadis itu.
" Doa yang terbaik untukku dan Brian ya.." pinta Natasha dengan suara lembut.
Itu suara Natasya yang mereka kenal selama ini. " Pasti.." jawab Lee sambil mengeratkan lagi pelukannya.
Natasha mendongak memandang Lee, sosok pria yang paling dingin antara berteman prianya, namun sebaliknya dia membenci kekerasan.
" Kami adalah keluargamu, kami akan selalu berdoa untuk hubungan kalian berdua.." Lee berkata terkesan dingin dan datar.
Natasha tersenyum, dia tak terasa karena sudah terbiasa dengan sifat dingin Lee.
" Nick.." mata gadis itu berkaca kaca saat bertemu pandang dengan Nick.
Nick terus maju dan menarik Natasha dalam pelukannya.
Nick adalah sosok kakak laki laki yang baik, sifatnya yang ceria.
Natasha masih ingat lagi, Nick pernah membunuh salah satu teman sekelas Natasha karena membully gadis itu, dan sejak saat itu tidak ada lagi berani menganggunya.
" Jangan menangis.." Nick memegang kedua pipi gadis itu sambil tersenyum hangat.
Setelah itu Kim juga turut memeluknya, salah satu sosok kakak yang baik adalah Kim.
Sifatnya yang kelam tenang namun bisa menjadi sosok yang kejam saat teman temannya ada yang terusik.
Natasha semakin terisak isak, gadis itu begitu sensitif semenjak hamil.
" Jangan menangis, Tasya, nanti make up kamu berantakan lagi.." tegur Nick pelan karena tak ingin menyinggung perasaan gadis itu.
" Tidak, aku hanya sedih karena telah mendahului kalian yang lebih tua.."
Kata kata gadis itu membuat ketiga pria itu yang tadi teringat masa lalu mereka, mendadak kesal dengan ucapan gadis itu.
***
Natasha terpaku saat melihat pemandangan yang indah di hadapannya begitu kakinya menyentuh halaman gereja.
Bentangan karpet merah bertabur bunga mawar menyambut langkahnya menuju ke altar gereja.
Alunan muzik beautiful in white mulai di perdengarkan.
Gadis itu jalan seorang diri, karena dia adalah ada yatim piatu, wajahnya tampak murung, uluran tangan seseorang membuat gadis itu mendongak.
" Nick?"
Air mata gadis itu mengalir ke pipi melihat tangannya di lingkarkan di lengan pria itu, dia terharu.
" Sebagai kakak, biar aku yang menghantarmu kebahagiaanmu.." Nick tersenyum.
Di belakang Kim sedang berganding tangan dengan Natalie, Semantan di sisi kanan Lee dan Abigail juga lakukan hal yang sama.
Ke empat orang itu mencari tempat duduk, Semantara Nick menghantar ke depan altar gereja.
Pendeta memberi isyarat pada Nick agar menyerahkan Natasya pada Brian.
" Sebentar.." halang Nick membuat Brian dan pendeta mengerutkan keningnya. " Apa kau yakin bisa menjaga Tasya dengan baik, setelah melihat wajah mesummu, aku mulai ragu.." ucap Nick dengan lantang.
Untung saja yang ada di hari pernikahan Brian dan Natasha hanya anak buah mereka, sehingga tak perlu begitu merasa malu dengan kelakuan mereka.
" Nick, jangan bercanda.." geram Brian sambil menarik paksa tangan Natasha.
Pendeta yang merupakan salah satu anak buah Brian, juga terdiam menyaksikan.
Pendek cerita pernikahan Brian dan Natasha mereka tak menghadirkan orang luar, hanya mereka dan beberapa anak buah mereka dan pelayan.
Untuk seketika mereka semua hanya menyaksikan aksi tarikan tarikan Brian dan Nick.
Sehingga suara tembakan membuat suasana yang tadi riuh terus automatik sunyi.
Nick dan Brian memandang kearah Dylan yang melepaskan tembakan tadi.
" Serahkan Natasha padanya, Nick.." perintah Dylan dengan tegas.
" Brian Samuel, hari ini aku menyerahkan adikku kepadamu, jaga dia dengan baik kalau tidak aku akan menembak kepalamu.."
" Kau tidak perlu Khawatir kakak ipar.."
" Siapa juga yang mau jadi kakak iparmu?"
" Lah.. tadi katanya adikku.." sindir Brian lalu tersenyum pada calon isterinya.
Pendeta menghela nafas sebelum mengucapkan janji pernikahan.
" Tuhan.. lancarkanlah acara ini, berikanlah kemudahan untukku dan dia.." Brian memegang erat tangan Natasha.
Kim dan yang lain tampak menautkan kedua jari jemari dan memejamkan mata.
" Di depan tuhan yang malah kuasa, saya Brian Samuel...." ucap Brian dengan mata berkaca kaca, dia terus menatap gadis itu dengan penuh cinta.
Selama bertahun tahun mereka menyembunyikan hubungan mereka karena takut yang lain tak merestui, namun siapa sangka malah mereka sudah sejak lama tahu tapi hanya mendiamkan diri.
Setelah gadis itu mengucapkan janji, Brian menatapnya dengan kagum, air mata pria itu juga tak dapat lagi dia bendung.
" Aku mencintaimu, Honey.." bisik Brian dan ingin memeluk gadis itu, namun dia halang pendeta.
" Pakaikan dulu cincinnya.."
Pendeta menyerahkan cincin, Brian memasang cincin di jemari Natasha begitu sebaliknya.
" Kini saatnya anda memberikan ciuman kasih sayang pada istri anda.."
Belum sempat Brian melakukan apapun Natasha sudah melingkarkan tangannya di leher pria itu dan menciumnya dengan rakus.
Kim dan hanya lain hanya bisa melongo melihat aksi Natasha begitu juga dengan Dylan.
Semantara pendeta hanya bisa menggelengkan kepala, perkahwinan aneh yang pernah dia nikahkan.
Natasha melepaskan ciumannya sambil tersenyum bangga, Brian dengan wajah memanas karena malu menundukkan kepala, tiba tiba dia mendengar suara seksi gadis itu berbisik di telinganya.
" Malam ini, ayo bercinta sampai pagi.."
~ Bersambung ~