Sean duduk termenung setelah kepulangannya dari Graham Company karena masih memikirkan perkataan dari Jazlyn. Samar-samar, pria itu mendengar suara seseorang yang sedang mengerang kesakitan. Tubuhnya pun bergerak mengikuti naluri secara alami. Selangkah demi selangkah ditelusuri sumber suara tersebut. Saat kakinya berhenti disebuah ruangan milik Gissila, Sean melihat sesuatu dari celah pintu. Ada dua orang bertanduk sedang sujud memohon ampun. Dan ditangan ibunya, terdapat cambuk panjang berwarna hitam. Mata pria itu melebar ketika Gissila melayangkan cambukan itu. Secara reflex, ia mundur selangkah sambil menggelengkan kepalanya. “Aku pasti bermimpi,” sanggah Sean diiringi dengan berjalan mundur hingga menabrak sebuah guci sampai pecah. Pria itu tersungkur dilantai dengan tatapan koso