Senyum puas terbit di bibir pria tampan dengan jas mahal dan setelan kemeja yang baru saja berdiri dari kursi dan pergi dari persidangan setelah membuat pembunuh ayahnya masuk ke dalam penjara.
"Andreas, kami pulang."
"Iya, Ibu."
"Kau masih ada kerjaan?"
"Iya, Ibu. Aku harus ke kantor, banyak urusan dan pekerjaan yang harus diselesaikan setelah Ayah meninggal."
"Jaga dirimu baik-baik, Ibu hanya punya dirimu sekarang, Nak."
Ibu Andreas yang bernama Lady memeluk lembut puteranya lalu pergi dengan wajah lesu dan kelelahan. Di usia tua seperti ini, seharusnya ibunya tidak menghadapi masalah seperti ini.
Kematian ayahnya sudah membuat ibunya seperti kehilangan tujuan hidup dan semua itu karena dokter bodoh yang lalai menjalankan tugasnya yaitu Balerin.
"Aku bersumpah akan membuat hidupmu menderita, Balerin."
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Kasus yang menimpa Balerin membuat surat izin praktek dokternya dicabut, ia dikeluarkan dari rumah sakit, tak punya pekerjaan, dan sekarang mendekam di penjara.
Tak cukup semua itu, Balerin harus mendengar kabar duka dari ibunya yang sudah meninggal. Semua cobaan ini membuat ibunya lelah di usia senjanya, terlebih penyakit mematikan dalam tubuh ibunya sehingga ibunya memutuskan menyerah pada kehidupan ini.
Balerin hanya bisa menangis di pusaran tanah sang ibu, ia merasa menyesal dan bersalah karena tak bisa menemani ibunya di akhir hidupnya. Polisi tak memperbolehkan ia menjenguk ibunya, namun untungnya ia masih diberi izin menghadiri pemakaman ibunya walaupun harus ditemani oleh tugas polisi dalam pengawasan yang ketat.
"Maafkan Lerin, Bu."
"Bukannya membahagiakan Ibu di usia tua, namun Lerin malah menambah beban Ibu."
"Semua ini salah Lerin, Bu."
"Bahkan Lerin engga ada di samping Ibu ketika Ibu menghembuskan nafas terakhir."
"Waktumu sudah habis, ayo kembali ke Penjara."
Satu jam yang diberikan oleh kepolisian untuk menangisi kematian ibunya rasanya tak cukup. Namun Lerin tak bisa menolak sehingga ia langsung mengecup nisan ibunya dan mengucap kata perpisahan pada makam ibunya lalu berdiri dan membiarkan tangannya diborgol oleh polisi. Sepanjang jalan keluar dari makam, Lerin masih menangis dan air mata mengalir semakin deras di pipinya.
Saat hendak masuk ke dalam mobil polisi, Lerin melihat pria di pengadilan sedang tersenyum lebar sambil menyenderkan tubuhnya di mobil mewahnya. Lerin tahu dirinya salah atas kematian ayah Andreas namun bukan berarti pria itu harus menjadi iblis dengan bahagia di atas kematian ibunya.
[][][][][][][][][][][][][][][][][][][][]
Selama seminggu ini, Lerin seperti mayat hidup yang terus melamun di sel dan menjauhi narapidana lainnya. Terkadang ia menangis atau hanya diam sendirian. Narapidana lain pun jadi kasihan pada Lerin setelah tahu apa yang menimpa gadis cantik itu.
"Makan! Sejak kemarin kau tidak makan, jangan buat Polisi di sini susah!"
Seorang polisi wanita masuk ke dalam penjara dan membentak Lerin namun hal itu tak membuat Lerin takut, terbukti ia tetap diam seakan polisi itu tak ada di depannya.
Karena sudah terlalu marah dengan sikap pembangkang Lerin, polisi wanita itu keluar dari sel dan kembali ke dalam sel dengan membawa seember air lalu menyiramkannya pada Lerin.
Tahanan perempuan yang lain terkejut dengan perlakuan polisi itu, mereka semakin kasihan pada Lerin terlebih saat melihat tubuh Lerin bergetar tanda kedinginan. Namun tidak dengan polisi wanita itu, ia tidak kasihan pada Lerin malah ia puas telah menyiksanya.
"Itu hukuman untukmu, jangan berani melawan ku atau kau akan mendapat hukuman yang lebih dari ini. "
Setelah mengancam, polisi itu keluar dari sel dan meninggalkan Lerin yang kedinginan. Salah satu tahanan langsung bergerak ke arah Lerin dan menyelimuti tubuh Lerin dengan selimut putih untuk tidur miliknya agar Lerin tidak kedinginan.
"Selimut ini untukmu, aku tahu kau bersedih karena takdirmu tapi bertindak seperti ini akan lebih menyusahkanmu."
"Terima ..... kasih."
Dengan nada terbata-bata, Lerin membalas ucapan perempuan yang mungkin usianya sepuluh tahun lebih tua darinya. Setidaknya masih ada orang baik yang dihadirkan Tuhan untuknya walaupun di dalam sel penjara.
"Sama-sama."