Jbles …. Bian menutup pintu dan tetap berdiri di sana selama beberapa saat. Sebelumnya ia hanya ingin mengatakan, meminta agar Raga melupakannya. Toh kejadian itu telah lama berlalu dan tak ada seorangpun yang tahu. Ia terlalu kasihan menyaksikan Raga seperti ini. Ia ingin Raga menikmati kehidupannya sebagai seorang laki-laki bahkan kini telah menjadi pria yang sukses. “Hah …” hela nafas panjangnya lagi-lagi lolos dari mulut. Rasanya percuma juga memberi wejangan pada Raga mengenai hal tersebut. “Setidaknya dia tidak jatuh padaku,” gumamnya yang kemudian melangkah meninggalkan ruangan Raga. Sementara di dalam ruangan sendiri, saat ini Raga tengah menikmati makan siang yang Bian belikan untuknya. Sepertinya Bian benar, bahkan ia bukan bagian dari anak buahnya tapi bisa diberlakukannya