Dini segera keluar dari mobil Tara begitu mereka tiba mobil berhenti di halaman rumah besar keluarga Santoso. Dia ingin secepatnya mencapai kamarnya, beristirahat dan tidur. Kepalanya semakin berdenyut saja, ini adalah waktu dia tidak tidur terlama seumur hidupnya. "Makasih, Ta," ucap Dini masih berusaha tersenyum sambil menahan denyutan di kepalanya yang semakin menjadi. Dia membungkuk di depan mobil Tara, menumpukan kedua tangan pada bingkai kaca jendela mobil di bagaian bawah. "Aku masuk dulu, ya?" Tara mengangguk. Dia sudah sangat ngeri melihat wajah Dini yang semakin pucat saja. Sepertinya dampak kurang tidur membuat Dini terlihat seperti mayat hidup. "Kamu nggak mampir dulu?" tanya Dini menawarkan. Dia selalu melakukannya setiap kali Tara atau siapa pun teman yang mengantarkanny