Bab 5

979 Words
        Sarah sedang berkutat dengan pekerjaannya, Sarah sibuk memeriksa berkas yang di pegangnya. Kemudian telpon kantornya berbunyi dan dia mengangkatnya dan tak setelah itu dia bangkit berdiri dan masuk ke dalam ruangan Fandy dengan terburu-buru. "Kamu kena... " Omongan Sarah terhenti karna Fandy di depan pintu dan langsung memeluknya. Fandy membawanya ke dalam ruangan dan mengunci pintu sambil memeluk Sarah. "Aku kira kamu kenapa-napa." Sarah memukul bahu Fandy. "Aku memang kenapa-napa tau. Aku sakit karna merindukanmu." Sarah tersenyum mendengar perkataan Fandy kemudian Fandy membawa Sarah ke sofa ruangan tersebut dan memangku Sarah. Sarah mengalungkan tangannya ke lehar Fandy, sehingga tersingkaplah rok Sarah naik ke atas dan memperlihatkan paha mulus Sarah. "Kayaknya aku harus memindahkan meja kerjamu di dalam ruanganku, agar aku leluasa melihatmu." "No, kalau kamu mindahkan meja aku ke sini yang ada aku ga akan kerja dan kamu juga ga akan kerja." "Tapi setiap saat aku selalu merindukanmu." "Alah kamu gombal." Fandy mengelus pipi Sarah dengan lembut, Sarah tersenyum mendapatkan perhatian yang tulus dari Fandy. Sarah memejamkan matanya menikmati sentuhan Fandy. "Kamu tau betul gimana dulu aku saat kehilangan kamu. Itu hal yang sangat sulit bagi aku, dan semenjak pertemuan kita di kembali aku sudah berjanji dengan diriku sendiri aku tidak akan pernah melepaskanmu. Aku janji itu."         Sarah tersenyum mendengar perkataan Fandy, dia sangat tersanjung. Ini yang selalu membuat Sarah merasa bahwa dirinya benar dicintai Fandy. Fandy selalu bisa membuat Sarah menjadi wanita yang bahagia. "Terimakasih sudah menjadikan aku wanita yang beruntung karna bisa mendapatkan kamu." "Aku yang sangat beruntung punya kamu, terimakasih sudah mencintaiku dengan tulus. Aku sangat mencintaimu."         Sarah memenjamkan matanya dan merasakan bahwa keningnya hangat. Fandy mencium kening Sarah dengan sangat lembut dan penuh cinta. Kemudian Fandy mencium kedua mata Sarah, hidung Sarah, kemudian terakhir di bibir Sarah. Fandy mengecup bibir Sarah sangat lembut dan dia sangat menikmati itu. Begitupun juga Sarah sangat menikmati sentuhan bibir yang di berikan oleh Fandy.         Lama mereka saling merasakan kecupan itu hingga akhirnya mereka menghentikannya karna Hp Fandy berdering. Sarah membenamkan kepalanya di ceruk leher Fandy dan memeluk Fandy. Nyaman. Itu yang selalu dia dapatkan jikalau bersama dengan Fandy. Dia ingin terus merasakan kenyamanan ini dan hanya di dapatkan jikalau bersama Fandy. Sarah memejamkan sejenak matanya. "Hallo." Fandy mengecup kepala Sarah dan mengelus bahu Sarah. Fandy tersenyum dan sangat senang apabila Sarah bersikap manja seperti butuh perlindungan dari Fandy. "Oh iya gausah. Karna aku ga bakalan pulang. Aku bakalan keluar kota." Sarah mengernyitkan keningnya bingung dan menatap Fandy dengan bingung. Fandy tersenyum melihat kebingungan Sarah. "Minggu baru pulang. Ada kerjaan kantor ke Yogyakarta." "Tidak perlu, baju kantorkan ada. Sampaikan saja salamku pada Ivana. Baik terimakasih." Fandy mematikan telvonnya kemudian meletakkan hpnya ke atas meja. Fandy menatap Sarah sambil tersenyum. "Kamu kan ga ada jadwal ke luar kota, atau aku yang lupa ya?" Fandy tersenyum kemudian mengelus pipi Sarah. "Kamu ga lupa kok. Aku emang ga ada jadwal kesana. Aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersama dengan orang yang ku cintai. Sarah Dimitri." Sarah tersenyum mendengar jawaban Fandy. "Beberapa hari kedepan waktu aku buat kamu. Aku akan menginap di apartemenmu. Aku merindukanmu." Fandy mengedipkan matanya pada Sarah, Sarah tertawa. "Kamu genit." Fandy mencium bibir Sarah. ******** "Terima kasih sayang." Fandy mengecup kening Sarah lama. Fandy dan Sarah berada di apartement Sarah, mereka baru menghabiskan malam yang penuh dengan kenikmatan dunia.         Mereka sama-sama mengatur deru nafas mereka yang tidak beraturan habis percintaan mereka. Fandy memejamkan matanya sambil merengkuh Sarah di pelukannya. Sarah menatap langit-langit kamarnya. Dia teringat dengan perkataan Edo waktu itu. "Fan." Sarah memanggil Fandy. "Yes baby?" Fandy mencium kepala Sarah dengan sayang. "Aku mau nanya boleh ga?" Fandy tertawa mendengar perkataan Sarah. "Kenapa harus nanya sayang? Jelas boleh lah. Kamu mau nanya apa?" "Kamu sayang ga sama aku?" "Ya sayanglah." "Cinta ga sama aku?" Fandy mengernyit bingung kenapa Sarah tiba-tiba bertanya hal ini pada dirinya. "Kamu ga yakin sama aku?" "Bukan gitu, aku cuma mau tau aja." "Kamu tau betul bagaimana perasaanku sama kamu Sarah Dimitri. Aku sangat menyayangi dan mencintai kamu." Sarah teersenyum mendengar perkataan Fandy. "Lalu kalau disuruh pilih, kamu bakalan pilih siapa, aku atau istri kamu?" Fandy menatap Sarah begitu juga dengan Sarah. "Sayang," "Aku butuh jawaban Fandy. Aku butuh jawaban bukan alasan." "Kamu sudah tau pasti jawabannya." Sarah kecewa dengan perkataan Fandy. Sarah membelakangi Fandy. Fandy benar Sarah tau betul jawaban Fandy bahwa Fandy tidak akan mungkin meninggalkan istrinya. "Sayang, kamu taukan aku tidak akan bisa." "Cukup." Sarah mengatakannya dengan serak, Sarah menyesali dirinya kenapa dia harus mempertanyakan suatu hal yang dia tau pasti jawabannya apa. Sarah menanyakannya kembali karna dia berharap Fandy akan mengubah keputusannya ternyata tidak. Fandy tetap dengan jawaban pertamanya. "Sayang, aku sayang kamu, aku cinta kamu. Hanya kamu Sayang, hanya kamu yang mempunyai hati aku, tidak orang lain hanya kamu. Tidakkah itu cukup bagimu? Aku benar-benar mencintaimu sayang. Hanya kamu. Aku mohon percaya sama aku. Cuma kamu yang aku cinta." Fandy terus mengatakan kata cinta pada Sarah. Yah Fandy memang hanya mencintai Sarah tapi hanya sebatas itu. Itu yang membuat hati Sarah terluka.         Tetapi disatu sisi lain Sarah senang karna hanya dirinya yang dicintai Fandy. Hanya dirinya yang selalu ada dihati Fandy. Tapi disatu sisi lain hal yang membuat Sarah tidak bisa menerima ini, dihati kecilnya dia juga ingin hidup bersama dnegan Fandy hanya berdua saja. Mereka menjalankan hidup berdua tanpa ada halangan dan dosa apapun. Bukan seperti ini tapi Sarah sadar hal itu tidak akan mungkin terjadi apabila masih ada istri Fandy. Bolehkan Sarah sedikit egois untuk memiliki Fandy seutuhnya?         Fandy membalikkan badan Sarah dan menatap Sarah. Fandy menghapus air mata Sarah dan mencium kedua mata Sarah, hidung dan berakhir dibibir Sarah dengan lembut. Fandy selalu memperlakukan Sarah dengan baik dan lembut. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Tetaplah disisiku sayang selamanya tetaplah selalu ada bersamaku. Jangan tinggalkan aku sayang karna aku mencintaimu." Sarah senang dan sedih mendengar perkataan Fandy senang karna pernyataan cinta Fandy sedih karna tidak bisa memiliki Fandy seutuhnya.         Fandy mencium kening Sarah lama kemudian Fandy mencium bibir sarah dengan lembut dan semakin dalam hingga tangan Fandy kembali menyentuh bagian-bagian sensitif Sarah. Mereka melakukan lagi,lagi, dan lagi yang membuat mereka menikmati indahnya bercinta sampai pagi hingga akhirnya mereka sama-sama mendamba dan terpuaskan satu sama lainnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD