Bab 4

792 Words
        Sarah pulang ke apartementnya, dia melepaskan sepatunya dan meletakkan ke rak sepatu, dia tersenyum melihat ada sepatu Edo di rak sepatunya. Sarah kembali berjalan menuju kamarnya. Ketika dia masuk Edo baru keluar dari kamar mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, Edo masih memakai handuk untuk menutupi pinggangnya. Sarah membaringkan dirinya di tempat tidur sedangkan Edo menuju lemari untuk mengambil baju. "Malam ini mau makan apa ra?" "Udang goreng tepung sama tempe bacem kayaknya enak ya do?"         Sarah melihat Edo sudah menemukan bajunya lalu dia memiringkan tubuhnya ke arah lain agar Edo bisa memakai bajunya, Edo tersenyum karna Sarah tau kebiasaan mereka. "Sayurnya cah kangkung mau ga ra?" "Lo tau gue ga suka kangkung do. Sawi putih aja ya do." Edo tertawa, dia tau betul bahwa Sarah tidak menyukai kangkung dan sangat menyukai udang. "Gue udah siap ra. Yaudah kalau gitu gue masakin ya." Sarah membalikkan badannya dan tersenyum pada Edo. "Makasih ya do." "Mandi ra, jangan kemalaman." Edo keluar dari kamar dan menuju dapur, sedangkan Sarah langsung menuju kamar mandi. ***** "Udah siap belum do?"         Sarah datang ke dapur dan duduk di meja makan, Edo masih berkutat di dapur. Edo melirik Sarah sebentar kemudian melanjutkan dengan masakannya "Ra rambutnya keringin dulu nanti masuk angin." "Entaran aja deh do. Lagi males mau makan dulu."         Edo berdecak kemudian menyuci tangannya di bak cuci piring. Kemudian menarik tangan Sarah dan menuntun Sarah kembali ke kamar. "Jangan di biasakan malas ra, kalau udah sakit aja baru deh." Edo mendudukan Sarah di depan meja rias kemudian mengambil hairdryer kemudian mengeringkan rambut Sarah. Sarah tersenyum melihat Edo dari kaca kemudian Sarah mengambil loution dan memakainya di tangan dan kakinya. "Kok tumben lo cepat pulang?" "Salah gue cepat pulang?" "Enggak juga biasanya lo bakalan pulang malam kan karna sama Fandy." Sarah menghela nafas. "Fandy pergi makan malam keluar sama anak dan istrinya." Edo tertawa mengejek ke Sarah. "Fandy udah punya keluarga, sedangkan lo? Cuma duri di tengah-tengah keluarga mereka. Hubungan lo sama Fandy itu salah ra. Lo pantas bahagia ra. Lo pantas di cintai dengan benar dan lo pantas mendapatkan laki-laki yang lebih baik."         Sarah membalikkan badannya dan mengambil hairdryer dari tangan Edo kemudian mematikkannya dan meletakkannya di meja. Sarah menatap Edo. "Do gue tau gue salah, tapi gue ga bisa bohongi perasaan gue, kalau gue cinta Fandy. Apakah perasaan gue salah do?" "Lo ga cinta Fandy ra, lo hanya emosi sesaat. Lo hanya merasa kalau lo masih punya rasa sama Fandy, lo masih merasa memiliki dan terluka atas apa yang udah Fandy lakukan dulu sama lo. Lo memikirkan ego lo sendiri ra. Lo yang buat diri lo semakin terluka bukan bahagia. Coba gue tanya sama lo, kalau emang Fandy pria baik-baik dia ga akan selingkuhin istrinya. Atau kalau emang Fandy bener cinta sama lo, apa Fandy mau ninggalin istrinya demi lo? Enggakkan! Fandy bukan pria baik-baik dia egois karna dia mau keduanya tidak salah satunya. Enggak lo dan enggak istrinya."         Sarah terdiam mendengar perkataan Edo. Edo bener bahwa Fandy tidak bisa memilih antara dirinya Hana istrinya. Tapi saat itu Sarah tidak mempersalahkannya, lalu kenapa saat ini Sarah bimbang? Edo duduk di hadapan Sarah dan menggenggam tangan Sarah. "Ra gue kayak gini karna gue mau lihat lo bahagia. Gue ga mau lihat lo hancur ra, gue juga ga mau lo ngerusak kebahagiaan orang lain ra. Gue mau lo bahagia tapi tidak dengan merusak keluarga orang lain. Lo bukan orang jahat ra. Sarah yang gue tau itu baik dan ga akan mungkin merusak kebahagiaan orang lain."         Edo memeluk Sarah dan menepuk bahu Sarah. "Gue cuma mau lihat lo bahagia ra." Sarah menganggukkan kepalanya. Edo tersenyum atas jawaban Sarah. Edo memang ingin melihat Sarah bahagia bukan seperti ini. ***** "Do, lo cari pacar lagi gih." "Kok tiba-tiba lo nyuruh gue cari pacar?" Sarah dan Edo berada di ruang tv, di pangkuan Sarah ada cemilan keripik ubi. "Gapapa, biar lo ada temennya selain gue." "Sama lo aja gue udah ngerasa cukup ra. Lagian lo udah siap kehilangan gue?" "Enggakla, mana mau gue kehilangan lo. Kalau gitu jangan cari pacar deh sama gue aja ya." "Pasti ra, gue akan selalu sama lo." Sarah tersenyum kemudian memeluk Edo dari samping, Edo membalas pelukan Sarah. "Mama udah kangen banget sama lo, kata Mama lo sombong banget ga mau main kerumah lagi." "Haha yaudah nanti ada waktu luang gue ke rumah lo deh, nanti sekalian gue nginap."         Sarah sangat dekat sama Mama Edo, bahkan Sarah sudah menganggap Mama Edo adalah mamanya sendiri. "Oh iya satu minggu ke depan gue ga bisa nemenin lo ra, biasa gue ada kerjaan." "Iya tapi lo harus hati-hati. Pokoknya lo harus balik lagi ke gue dengan keadaan baik-baik. Janji sama gue ya do?" "Iya Ra." Hanya itu yang Edo bisa bilang, dia selalu berusaha untuk balik baik-baik saja. Walaupun sebenernya dia tidak yakin, suatu saat nanti pasti dia tidak akan balik lagi kepada Sarah entah kapan, tapi hal itu pasti terjadi. "Karna lo mau pergi, lo temeni gue tidur malam ini ya." Edo tersenyum kemudian mereka masuk ke kamar Sarah untuk tidur bersama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD