Chapter 16 : sss

1597 Words
Playlist :  Marsmello feat Khalid - Silence • ••••• "Megan. Aku punya rencana, aku yakin kita bisa bersama!" Bersamaan dengan pesan tersebut, Megan berhenti melangkah, membaca satu pesan dari Axel. Yah! Markus menyadap ponsel milik Megan. Semua aktivitas yang ada pada gadis itu tersalin seutuhnya pada ponsel Megan. "Megan, kau tidak apa-apa?"tanya Taylor. Menatap gadis itu tampak ragu setelah membaca pesan dari Axel. "Yah! Aku mau pulang!"balas Megan mengabaikan pesan dari Axel. Ia menelan ludah, dan langsung menonaktifkan ponsel miliknya. Markus tersenyum, merasa tenang atas reaksi Megan. ____________________________ Pagi ini terlihat cerah, meskipun tampak sibuk, langit Amerika bersinar terang, padat dengan manusia yang memiliki semboyan bahwa 'mereka hidup untuk bekerja, bukan bekerja untuk hidup'. "Nona kau tidak bisa-" "Markus!"tegur Lanna Russer tegas. Ia mengeratkan tangan pada tali tas. Menatap punggung Markus yang perlahan berbalik ke arah nya. Wanita itu menerobos masuk, mengabaikan Taylor dan seluruh penjaga. "Maaf sir, aku-"Taylor bungkam saat tangan pria itu tampak mengirim signal, agar ia segera menyingkir. Taylor diam, mengangguk pelan, lalu bergerak menjauh. "Tiga menit untukmu!"ucap Markus, kembali sibuk dengan ponselnya. Memerhatikan kegiatan Megan yang sedang asik mengirim pesan pada Caroline. Semua percakapan mereka tersalin. God, tidak ada lagi ruang privasi untuk Megan. Lanna melangkah cepat. Menjatuhkan tasnya ke lantai, ia bergerak cepat hingga menggapai dan langsung memeluk erat tubuh Markus. "I'm sorry,"ucap Lanna serak. Markus diam, merasakan hangat pelukan wanita itu sekian detik, lalu mengedarkan mata pada seluruh tempat yang bisa ia jangkau. Sekadar memberi waktu. "Aku sudah memaafkan mu,"balas Markus datar. Melepas pautan wanita itu dan berputar hingga kedua bola mata mereka bertemu lekat. "Aku tidak bisa melupakan mu, sama sekali tidak, Markus. Aku masih sangat mencintai mu." "Tapi aku tidak!" "Markus..." "Lanna please, kau tahu maksudku, kau pernah bilang bahwa aku hanya menyakitimu, jadi sekarang aku bersumpah untuk tidak menyakitimu,"tukas Markus. Membuat wanita itu diam sambil menggigit bibirnya kuat. "Aku tidak bermaksud. Saat itu, Andrea memengaruhi ku dan aku tidak-" "Jika kau mencintaiku, maka tidak akan ada celah untuk mu berkhianat. Aku-memberikan segalanya untukmu,"potong Markus. Mengedarkan mata pada tiap bagian wajah wanita tersebut. "I know, but please. Aku butuh kesempatan kedua darimu Markus. Aku akan melakukan apapun untuk hubungan kita. Aku akan bersikap baik,"pinta Lanna. Memerhatikan kedua gerakan mata Markus. "Tidak! Kau tidak perlu melakukan apapun. Aku tidak butuh apapun darimu, kau tahu, bahwa aku mencintai gadis lain sekarang,"jelas Markus tegas. "Hubungan mu dengannya terlihat kacau." "Menurutmu, tapi tidak menurutku. Kau tahu, Lanna? Enam tahun lalu, aku memang benar-benar hancur. Tapi sekarang, aku menyadari banyak hal. Kekejaman yang pernah kau ciptakan dalam hubungan kita membuatku nyaman, aku menemukan kehidupan baru. Aku ingin mengejar gadis yang sulit aku dapatkan, agar dia tidak menjadi seperti kau!" Lanna diam, mengepal tangannya kuat. Sudut mata wanita itu berkaca-kaca, ia tampak terluka. "Apa dia sangat penting untukmu?"tanya Lanna. Menunggu jawaban Markus yang cukup lambat. "Yes! Sangat penting. Bahkan lebih penting dari kau!"jawab Markus tegas, seraya mundur empat langkah perlahan. Menciptakan jarak yang cukup jauh di antara mereka. "Kau tidak akan pernah mendapatkan gadis itu,"ucap Lanna pelan. "Kau juga tidak akan pernah mendapatkan ku kembali." "I hate you, Markus." "Aku tidak ingin membohongi mu, jadi terimalah!"ucap Markus, memerhatikan Lanna sigap. Wanita itu mengusap sudut mata yang tampak berair, bibir Lanna bergetar. Ia menunduk, lalu menggigit bibirnya keras. Beberapa detik kemudian, tanpa mengeluarkan sepatah katapun lagi, Lanna bergerak, memungut kembali tas nya dan segera berlari keluar. Markus mengeluh pelan, memastikan hingga Lanna hilang dari pandangannya. "Sir,"tegur Taylor membuat pria itu mengalihkan pandangannya. "Ponselku tidak berhenti berdering sejak kau bicara pada Lanna." "Lalu?"tanya Markus penasaran, hingga menegak kan tubuh nya. "Megan menjual mu di aplikasi Online Shoping 'sss' dengan harga 10 dollar. Sejak penawaran itu di buat, ponselku terus berdering, mereka ingin membeli mu, sir." Markus mengepal kedua tangannya kuat-kuat, menatap iPad yang di arahkan Taylor padanya. Ia menatap laman penjualan itu jelas dan tampak menyimpan dendam yang sangat dalam. "Siapkan mobilku dan tutup laman sialan itu sekarang!"perintah Markus terdengar serius. __________________ "Rasakan kau!"pekik Megan lantang, seraya tertawa keras. "Aku yakin kera tua itu pasti sangat laku." Drrrtttt!! Ponsel Megan bergetar, membuatnya kembali meraih benda tersebut untuk memeriksanya. Seketika, wajah gadis itu berubah. Ia mengeluh kasar, membaca pesan masuk dari Axel. "Kau dimana? Aku benar-benar ingin menemui mu." "Megan please." "Aku tidak ingin kehilanganmu!" Megan menelan ludah, menatap tiga pesan yang baru saja masuk itu. Ia mengeluh pelan, lalu menekan keypad ponselnya hati-hati. "Baiklah!"jawab Megan singkat. "Thanks. Aku menunggumu di mansion.Tempat ini paling aman." Segera! Megan bergerak, menyiapkan diri secepat mungkin dan berangsur pergi menuju mansion yang sempat di janjikan Axel padanya. Yah! Tempat yang akan mereka tempati jika menikah nanti. ___________________ "Minumlah, aku buatkan kau juice kesukaan mu, Apple!"jelas Axel melempar senyuman khas nya. Megan diam, menatap minuman yang malah membuatnya ingat seseorang, pria yang memanggilnya dengan sebutan tersebut. Apple. Arg! Ia mendadak tidak ingin minum. "Kenapa?"tanya Axel. "Tidak! Aku belum haus,"ucap Megan sengaja mencari alasan tepat. Axel mengangguk, ia menatap Megan begitu lekat. Seakan tidak ingin sedetikpun berhenti untuk memandangi Megan. "Maaf,"ucap Axel parau. Megan hanya diam, memperhatikan pria itu. "Maaf karena akhirnya hubungan kita sekacau ini. Aku tidak pernah menyangka, bahwa akan ada masa seperti ini. Semua sangat baik dalam dua tahun, 'kan? Kita saling mencintai, menjaga dan-" "Axel. Aku bimbang!"potong Megan seakan menyiratkan sebuah arti. "Apa kau mencintaiku, Megan?"tanya Axel seraya menelan ludahnya. "I don't know,"balas Megan pelan, sambil menitikkan air matanya. Ia menunduk, lantas merasakan jemarinya di remas erat. Axel memegang tangannya kuat. "Megan aku mencintai mu. Selalu mencintaimu." "Aku juga Ax, tapi tidak bisa lagi,"Megan melepaskan jemarinya, memalingkan pandangan ke arah lain. "Megan. Aku tidak peduli bahwa kau tidur dengan pria lain. Aku tidak bisa-" "Aku tidak hanya tidur Ax. Aku bercinta, menikmati sentuhannya, bahkan jantungku pernah berdebar. Aku salah!"ucap Megan tegas seraya memukul dadanya cukup kuat. "Aku akan membuatmu melupakannya. Kita mulai semuanya dari awal, aku punya cara tepat agar kita bisa keluar dari semua ini, lalu menikah tanpa aku harus menerima tawaran kedua orang tuaku!"tawar Axel, mengusap sudut wajah Megan begitu lembut. "Megan ku mohon!"pinta Axel penuh harap. Kembali menangkap jemari Megan dan menyatukannya rapat. "Aku mohon!"ucap Axel lagi. Megan berpikir keras, memerhatikan wajah pria itu dengan segala upaya. "Aku mau,"ucap Megan, sambil mengangguk pelan. "Dan itu tidak akan pernah terjadi tanpa izinku!" Deg!! Kedua pasang mata yang baru saja saling ingin meraih itu bergerak cepat. Menatap ke arah sumber suara pada seseorang yang mendadak muncul di sisi pintu. Ia melangkah lebih dekat, hingga Megan dan Axel langsung berdiri tegap. "Mommy!"ucap Axel menatap lekat pada Maureen. Plakk!! Megan di tampar keras, hingga wajah gadis itu berpaling ke sisi lain. Megan diam, memegang pipinya yang terasa panas. "Mom! Apa yang kau-" "Pergi dari sisi anakku! Kau sama saja seperti ibumu, penguras harta milik orang lain!"ucap Maureen tegas, menatap penuh kuasa pada Megan. Gadis itu mengepal kedua tangannya, membalas tatapan tajam Maureen. "Penguras? Lalu apa bedanya dengan kau? Keluarga yang menjual anaknya sendiri untuk menyelamatkan harta. Memalukan!"balas Megan membuat Maureen mengepal tangannya kuat. Kembali, ia mengangkat tangannya mencoba menampar wajah Megan untuk kedua kalinya. Tap!!! Gadis itu menahannya tangan Maureen begitu kuat, hingga sulit untuknya bergerak. Sudut mata Megan memicing tajam bersama senyuman nya yang tipis. "Kau kurang ajar!"pekik Maureen lantang, menatap Axel yang diam tanpa pembelaan. "Jangan pernah coba-coba menghina keluargaku!"balas Megan tegas, seraya melepas cengkeramannya saat merasakan pemberontakan Maureen yang semakin keras. Ia melirik pada Axel sejenak, lantas melepaskan cincin yang melingkar di jari manisnya. Red Garnet Ring. "Aku tidak membutuhkan nya,"ucap Megan seraya mengembalikan benda pemberian Axel. "Megan." "Jangan pernah menemui ku lagi!"Megan meraih tangan Axel, meletakkan cincin tersebut di telapak tangannya, lalu segera berbalik arah untuk menjauh. "Megan please! Megan.... Megann!!!!!" "Axel stop!"pekik Maureen mencoba menghentikan langkah putranya yang mengikuti Megan. Namun, teriakan tersebut sama sekali tidak di indahkan. Axel tetap mengejar gadis tersebut hingga sampai ke pekarangan Mansion. Megan mendadak berhenti, memerhatikan Markus berdiri di depan mobilnya. Pria itu tersenyum tipis, setelah menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Taylor akan membawa mobil mu, masuklah,"tawar Markus tanpa mengalihkan pandangannya. "Megan...."tegur Axel membuat gadis itu segera menoleh ke arahnya sejenak. "Megannn!!"pekik Axel kembali, terdengar lebih keras saat gadis tersebut melangkah turun dari tangga. Megan menerima tawaran Markus, ia masuk ke dalam mobil pria itu, meninggalkan Axel segera. Tidak sia-sia ia menyadap isi ponsel Megan. Markus lagi-lagi menang. ____________________ "Kenapa kau menatapku, berengsek?"tanya Megan dengan segala umpatan kasarnya. "Kenapa kau menjual ku di sss?"balas Markus membuat gadis itu menoleh cepat. Megan tersenyum. Mengingat lelucon yang sudah dilakukannya. "Aku yakin, banyak yang memperebutkan mu,"ucap Megan membuat Markus memalingkan wajahnya ke arah lain. Menatap jalan padat yang ada di Florida. "Apa kau suka dengan kebodohan ini, Megan?"tanya Markus. Memalingkan kembali pandangannya. "Yah! Aku sangat suka!"balas Megan melempar senyumannya lebar. "Jika kau suka, ini tidak jadi masalah buatku!"jawab Markus menatap lekat wajah Megan. Seketika senyuman Megan pudar, ia menelan ludah dan merasa cukup bersalah. "Ah yah! Kenapa kau bisa ada di halaman mansion Axel?"tanya Megan serius, saat hal tersebut terlintas di otaknya. "Aku tahu semua hal yang berkaitan dengan Apple!"balas Markus tidak mungkin menjawab pertanyaan Megan dengan benar. Gadis itu mencebik, membuang mukanya ke arah lain. "Kita mau kemana?"tanya Megan memerhatikan GPS milik sopir. "Menurutmu?"tanya balik Markus. "Jika melihat isi otakmu, kau mungkin akan membawaku ke hotel atau ke mansion,"jelas Megan. "Kau salah. Aku ingin makan! Tapi jika kau mau, kita bisa melakukan semua pikiran hebatku setelah makan." "Tidak!!!"tukas Megan cepat. Mendelik tajam ke arah lain dan melipat kedua tangannya di d**a. Menunggu kapan mobil itu tiba di restauran, Megan juga merasa lapar. Drrrtttt!! Ponsel Megan kembali bergetar. Ia mengeluh pelan dan cepat meraih benda tersebut. Namun, ia melirik pada Markus, ponsel pria itu ikut berbunyi nyaring. "Kenapa?"tegur Markus membuat gadis itu fokus pada ponselnya. Kesempatan, untuk Markus bisa mengurangi volume ponselnya. "Aku di rampok, tapi seorang gadis menyelamatkan ku. Aku akan mengadakan pesta kecil dengannya di mansion Maxent. Kau harus datang, Okay!" Megan mengeluh lega, membaca pesan Caroline. Ia tersenyum, merasa begitu lama tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya. Ah! Ia sibuk sendiri. Megan merindukan Frosbyte squad. Caroline, Avril, dan Ovia. Megan bahkan rindu bertengkar dengan Red Girl Squad, yang selalu menjadikan Luiz sebagai pemicu pertengkaran mereka. Tapi- Megan tidak ingin menyalahkan, Luiz memang tampan. Kakaknya itu cukup diminati banyak para gadis. "Okay. Aku tidak akan terlambat."balas Megan pada pesan Caroline. _____________________ Bagaimana untuk part ini? Komen dan Vote yang banyak yah. Follow Ig shineamanda9 •• Sampai di part ini, bagaimana pendapat kalian tentang cerita ini? Keluarkan aja pendapat kalian yah. Shine gak marah ataupun tersinggung Kok. Kritik & saran di persilakan. Makasih ❤ •••••• Markus Gringer Grint
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD