Part 7
"Aku hanya-eh..??"lea sedikit terkejut saat gavin tiba-tiba menutup pintunya,dan kini hanya ada mereka berdua didalam ruang rapat.
Gavin tersenyum samar melihat tingkah lea,ia segera melangkah maju sedikit berdiri tepat didepan lea"apa yang kau fikirkan bocah...?"
Lea hanya mampu menggelang tanpa mau menatap gavin yang berada begitu dekat dengannya. Entah setan apa yang berada diotak gavin pria itu kini mulai menggoda lea dengan sentuhan'sentuhan kecilnya,dan tentunya sentuhan itu membuat tubuh lea semakin menegang karena gugup.
Tidak tahan dengan raut wajah dan ketegangan lea gavin seketika mengundurkan tubuhnya dan berkata"berhenti menegang seperti itu...akuu tidak pernah bernafsu melihat bocah manja sepertimu..."
Seketika raut wajah kesal lea memuncak,ia segera mendongak menatap gavin tajam"berhenti memanggilku bocah uncle..."
"Dan berhenti juga memanggilku uncle...karena aku tidak setua itu..."kesal gavin sambil melangkah kearah tumpukan berkas.
Lea terkekeh"lalu lea harus memanggilmu dengan apa..??karena bagi lea kau sangatlah pantas dengan panggilan uncle..."
Gavin kini ikut terkekeh mengejek lea"meski aku terlihat lebih tua darimu bocah...aku masih sangat digandrungi oleh wanita...dan aku yakin..kau benar'benar pantas dipanggil bocah karena kau sama sekali belum pernah berpacaran....!!bukankah begitu..??"
Lea menggeram kesal sambil menghentakkan kakinya"lea sudah berumur delapan belas tahun dan lea tidak lagi bocah...lalu dengan berpacaran..tentu saja lea pernah berpacaran ..."bohongnya sambil meremas ujung seragam sekolahnya.
"Waaahh...benarkah..??lalu jika kau pernah berpacaran kenapa kau berteriak saat melihatku b******u dengan jalang itu waktu aku berada diclub kemarin malam...'
Kini lea mulai tampak berfikir ia memggerutui dirinya sendiri karen berbohong,dan bukan hanya itu kini lea tidak tau harus menjawab apa untuk melewan pria menyebalkan yang kini mengabaikannya dan lelbih memilih menatap berkas'berkas yang berada ditangannya"lea hanya sedikit terkejut...karena melihat uncle begitu ganas mencium wanita itu..."
Gavin semakin terkekeh geli mendengar penjelasan lea dan sesungguhnya ia tau jika lea adalah tipe gadis manja dan selalu dijaga oleh kedua orang tuanya,gavin yakin jika lea tidak akan semudah itu menjalin hubungan dengan lawan jenis"kau bilang ciumanku begitu ganas..??ya tuhan jangan bilang kau belum pernah b******u juga sebelumnya..??"
"Eh..?"matilah kau lea,pria itu kini mulai memancingmu semakin dalam untuk berkata bohong.
"Aku yakin itu...dan kini kau mulai tidak bisa lagi berbohong kepadaku...!!sekali bocah akan tetap menjadi bocah..."
Mendengar nada mengejek dari gavin lea mulai geram,ia kini mulai melangkah mendekati gavin,senyum liciknya mulai terbit,meski hatinya berdebar lea harus melakukan ini agar pria yang berdiri angkuh didepannya tau seberapa hebatnya lea meski tidak ia pungkiri jika lea tidak pernah berciuman sekalipun namun egonya dan kemarahannya membuat lea semkin kalap. "Lea tidak lagi memanggilmu uncle..."
"Eh...??"gavin sedikit terkejut saat melihat lea yang tiba'tiba menarik dasinya. Dan kelakuan lea itu membuat wajah gavin sempurna berhadapan dengan wajah cantik lea. Wajah putih mulus dengan blue eyes yang begitu menghipnotis dan juga bibir sexy nan mungil yang begitu meggoda iman.
"Lea akan memanggil kakak selamanga...bahkahan saat kakak menyatakan cinta kakak kepada lea"
"Kau_"seketika bibir lea menempel sempurna dibibir gavin,membuat pria tampan itu seketika membulatkan matanya,terkejut akan serangan tiba'tiba lea dan tunggu gavin ingat jika ruangan ini dilemgkapi dengan camera cctv,gavin segera menarik wajahnya namun lagi'lagi ia kalah cepat,lea kembali menarik wajahnya dan sialnya gavin begitu menikmati permainan lidah lea.
Holy shit...bagaimana bisa aku begitu b*******h saat bocah ini menciumku...
Umpat gavin kesal karena menerima dengan senang hati permainan lidah lea,hingga ia benar'benar tidak sadar jika menjatuhkan berkas yang berada ditangannya begitu saja. Gavin kalap,gavin gila akan permainan lea dan gavin tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini karena mereka berciuman ditempat yang tidak semestinya.
***
Holy shit....
Gavin segera melepas ciuman lea mendorong tubuh lea dan segera berlari keluar ruang rapat menuju ruang cctv,ia tidak mau dicap sebagai pria p*****l yang mau bermain cinta bersama gadis sekolah dan gilanya lagi ia berciuman disekolah. Tempat yang tidak semestinya.
Setelah kepergian gavin lea mengusap sudut bibirnya,puas dengan apa yang telah ia perbuat,ia merasa puas karena gavin sempat menikmati permainannya dan juga ia sangat beruntung kali ini memiliki teman seperti elena yang selalu m***m kepadanya,elena selalu mengiriminya file'file dewasa kedalam ponselnya dan itu terkadang membuat lea geram. Bagaimana ia bisa memiliki teman seperti elena yang begitu m***m tingkat akut. Untuk kali ini lea memaafkan dan sangat beruntung karena elena ia dapat memberi pelajaran gavin. Namun senyumnya seketika menghilang saat lea menatap cctv yang berada tepat dipojok atas.
"Mommy...aaaaa....."lea segera berlari keluar ruangan,fikirannya kalut karena kebodohannya. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa,cctv itu bisa mengancam karir dan juga sekolahnya.

***
Gavin frustasi,sangat..ia benar'benar tidak menyangka jika bocah itu mampu membuatnya begitu b*******h hanya dengan sekali kecupan saja membuat gairah gavin meledak'ledak bahkan sampai sekarangpun gairah gavin masih melum mereda,sial...gumamnya sambil terus mengemudikan mobilnya,setelah menghapus rekaman cctvnya gavin tidak mau lagi berada dilingkungan sekolah,baginya lea adalah hama yang harus ia jauhi,tidak'tidak..gavin tidak ingin menganggap semua orang menganggapnya p*****l karena umur mereka yang nerpaut cukup jauh. Namun pesona bocah sexy itu tidak bisa mengalihkan suasana hatinya. Gavin segera memberhentikan mobilnya disalah satu pusat perbelanjaan terbesar dikotanya dan pusat perbelanjaan itu adalah salah satu aset terbesar dari keluarga gardner grup.
Ia segera melangkahkan kakinya memasuki evelator dipandangnya tubuh atletisnya dari dinding kaca evelator"sial..."dengusnya lagi karena bayangan milea kembali menyambar otak mesumnya. Deting pintu evelator seakan kembali menyadarkan lamunannya,ia kembali melangkah menuju ruang salah satu stan yang sangat ingin ia kunjungi. Namun langkahnya kembali terhenti saat melihat pie kenari yang terpampang jelas didalam etalase yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Sudut bibirnya kembali terangkat nama kala melihat pie kesukaan milea. Ya..tuhan kenapa bayangan bocah bodoh itu selalu menghantuiku...gerutunya sambil kembali melangkahkan kakinya.
"Gavin..."seketika langkah gavin terhenti saat melihat pria yang kini berjalan kearahnya.
"David..."senyum yang sama senyum yang membuat gavin muak bahkan ingin sekali melayangkan tinjunya kepada pria menyebalkan yang berdiri tepat dihadapannya.
"Sudah lama kita tidak bertemu...bagaimana kabarmu friend..?"
"Tidak usah berbasa'basi bajingan..."
David kembali terkekeh mengejek gavin yang sama sekali tidak berubah"aku hanya ingin mengabarkan jika aku dan senna sudah tidak ada hubungan lagi..."
Gavin hanya mengeryit mendengar ucapan david"apa perduliku...??"
David kembali tersenyum dengan senyum yang sangat'sangat menyebalkan"bukankah kau sangat mencintainya...!!ah...aku sangat yakin jika kau masih mencintainya...!!aku sudah sangat bosan dengannya dan kau boleh kembali mengambilnya.."
Gavin mengepalkan kedua tangannya,menahan emosi yang siap maluap namun gavin tetap berusaha tenang,ia tidak mau lagi terlihat bodoh didepan mantan sahabatnya itu"aku tidak sudi memungut sampah yang pernah kau rebut dariku..."
"Wuaah....hebat...bahkan kau sekarang sudah benar'benar menganggapnya sampah...asal kau tau saja...aku sangat'sangat berterimakasih padamu karena kau aku dapat menikmati permainan ranjang senna...ah...bahkan aku sangat yakin jika kau belum pernah merasakannya sama sekali.."david kembali tertawa mengejek melihat expresi wajah marah gavin. Senyum kemenangan kembali ia tunjukkan kepada gavin,pria yang selama ini menjadi musuh besarnya. Melihat gavin menderita adalah prioritas utama david menghancurkan pria iru adalah salah satu hal wajub dalam hidupnya,rasa benci david mengalahkan akal sehatnya hingga yang ada hanya memusnahkan dan menghancurkan yang berada didalam kamus hidup seorang david parker.