Part 6
"Lea kemarilah..."lea segera menghampiri elena dan juga jenifer yang tengah duduk sambil membahas tentang apa yang akan mereka lakukan malam ini.
"Apa ini..??"lea mengeryitkan keningnya saat jenifer memberinya sebuah black card id bertuliskan nama keluarga baron swet naman yang biasa keluarga jenifer gunakan untuk acara'acara besar termasuk tanda pengenal saat memasuki wilayah terlarang bagi gadis dibawah umur tepatnya remaja dibawah umur.
Jenifer dengan semangatnya berbisik pelan kepada lea"kita akan memasuki clab malam yang biasa jennie dan para sahabatnya datangi.."
"Clab malam..??"milea segera menggelengkan kepalanya,ia tidak mau jika salah satu anak buah dari daddynya mengetahui tentang keberadaannya diclab malam. Ini terlalu membahayakan bisa'bisa daddynya kembali tidak memberi kebebasan lea untuk berkeliaran dan juga menghabiskan malam bersama sahabat'sahabatnya.
Elena segera meraih wajah cantik lea agar mau menatapnya"kenapa..??apa kau terlalu takut menghadapi kegelapan malam..??"
"Bukan itu yang aku takutkan...kau sangat tau sifat daddy..."lea mengusap wajahnya dengan sangat kasar"dia akan menyuruh pengawal untuk mengikuti ku..."
"Ya tuhan...lea...daddymu tidak akan tau...selama kau tidak bercerita.."jenifer kembali membujuk lea.
"Ehemmmm benar...aku yakin jika kau tak mengatakannya...paman oben tidak akan tau..ah..jika kau mau aku akan meminta ijin kepada paman oben...agar kau diperbolehkan menginap dirumahku malam ini..."
Milea nampak berfikir sejenak sebelum mengangguk setuju"baiklah..."

***
"Turun dari tubuhku sekarang juga..."bentak gavin kepada wanita yang kini tengah duduk dipangkuannya sambil mengecupi pipi leher dan juga sesekali bibir gavin,dengan kesal wanita itu segera turun dari pangkuannya.
"Ada apa denganmu friend..??"bernando segera melepas pelukan wanita yang tengah duduk mesra bersamanya.
Joy pun ikut menghentikan aksinya,ia segera menyuruh teman wanitanya untuk duduk mengahiri kemesaraan mereka"apa kau masih memikirkn bocah itu..??"
Bernando mengeryitkan keningnya tidak mengerti"siapa..??apa pria tua ini mempunyai kekasih..??"
"Tanyakan kepadanya.."joy segera meraih jark whiskey yang tersedia tidak jauh dari tempatnya duduk.
Gavin berdecak menanggapi ucapan joy"jangan samakan aku dengannya.. "
"Sebentar lagi walker dan beberapa teman wanitanya akan datang kemari..."
Tanpa menghiraukan ocehan para sahabatbya gavin lebih memilik melampiaskan kekesalannya dengan meneguk habis whiskey yang telah mereka sediakan dan sialnya lagi kini whiskey yang tengah clab ini siapkan whiskey dengan kandungan alkohol yang cukup kuat meski tenggorokan gavin terasa terbakar namun ia tetap memilih whiskey sebagai pelampiasan. Kesal karena nafsunya tidak semudah itu tersalurkan dan marah karena ia merasa tidak begitu b*******h melihat wanita panggilan yang bernando pesan untuknya. Sial...dengusnya dalam hati. Entah kenapa bayangan tubuh milea membuatnya semakin kalang kabut.
"Hei..hei...apa yang terjadi kepadanya..."seru walker yang baru saja datang dengan beberapa teman wanitanya. Gadis belia yang gavin ketahui seumuran dengan adiknya elena.
Senyum gavin terbit saat melihat wanita cantik yang berdiri tepat disebelah walker"lea.."
Joy tersenyum mendengar gumaman gavin yang mulai terpengaruh oleh alkohol"benar dugaanku...bocah itu yang berhasil membuat gavin tidak bersemangat..."gumam joy kepada bernando.
"Walker...perkenalkan gadis belia itu kepadanya.."
Walker tersenyum sambil menarik jennie teman sekolah elena,jenifer dan juga milea,lebih tepatnya bukan teman namun rival mereka bertiga dan sayangnya jennie tidak mengetahui jika gavin adalah kakak dari wanita yang selalu berhasil membuatnya kesal.
"Kau sangat cantik..."rancau gavin sambil meriah dagu jennie. Siapa yang tidak menginginkan gavin gardner,pria berwajah tampan dengan seribu pesona mengelilingi kehidupannya. Menurut para wanita namun tidak dengan gavin,hidupnya terasa membosankan karena kehidupan masalalunya yang mambuat gavin seakan malas untuk berurusan dengan wanita.
"Aaaaaaaa.....uncle...aku akan memberitahu paman ernes jika kau pria mesum..."seketika gavin melepas lamutan bibirnya saat mendengar teriakan wanita yang tidak asing.
"Ah..sial..."dengus gavin kesal saat melihat wanita yang baru saja ia cium adalah gadia lain yang aama sekali tidak memiliki kemiripan dengan lea.
"Kau mau kemana..??"walker segera meraih lengan gavin yang akan pergi meninggalkan mereka.
Gavin berdecak kesal sambil mengibaskan tangan walker dengan sangat kasar"sial...aku tidak mau bocah itu mengadu kepada daddy...bisa'bisa aku digantung malam ini juga..."
Walker,joy dan bernando seketika terbahak melihat kekesalan sahabatnya"apa dia seoarang bocah yang selalu terkekang oleh aturan keluarga.."
Joy seketika melempar walker dengan sepatunya"kehidupan orang berkelas tidak sama denganmu walker..."
"Siapa nama gadis yang tiba'tiba masuk kedalam ruangan khusus ini..??"
"Emm...kau benar...bagaimana bisa gadis belia bahkan mungkin dibawah umur itu masuk kedalam ruangan clab berkelas seperti ini..??"
"Dia milea...apa kalian tidak tau..??"seru jennie sambil memperlihatkan wajah kesalnya.
"Benarkah..??"seketika joy,walker dan juga bernando terkejut dengan jawaban dari jennie.
***
Milea terus mengunyah pie kenari kesukaannya yang dibuatkan khusus oleh gennie karena merasa bahagia jika lea sering berkunjung kekediamannya,kesibukannya dan juga suaminya membuat gennie jarang bisa bertemu milea beruntunglah kali ini ia bisa memasak pie kesukasaan milea meski ia tidak bisa berlama'lama berbincang dengan lea.
"Semalam kalian dari mana..??"tanya gennie kepada gavin dan juga lea yang kepergok saling beradu mulut dikamar elena.
"Semalam.gavin menjemput lea keclab mom.."
Seketika mata milea membulat sempurna,pie yang ada didalam mulutnya berhenti ia kunyah,ingin marah namun ia takut jika gavin mengadukannya kepada daddynya,lea bingung ingin mengumpat kesal rasanya kepada gavin.
"Lea apa benar yang gavin katakan..??"
Lea mencoba menatap elena namun hasilnya nihil karena wanita itu juga tengah takut akan ancaman gavin,takut akan diadukan kepada mommynya karena keluar malam tanpa pamit.
"Lea..."
Seketika wajah lea berubah pasrah,ia menunduk lalu menganggukkan kepalanya,tanpa mau mengeluarkan sepatah katapun dari mulut penuhnya.
"Ya tuhan...lea...jika mommy dan daddymu tau..entah apa mereka masih mengijinkanmu bermain dengan elena..."gennie menggeleng frustasi namun ernest hanya tersenyum melihat tingkah lucu lea.
Lea segera menelan paksa pie yang masih berada dimulutnya,dan segera menyatukan telapak tangannya memohon kepada gennie untuk tidak menceritakan kejadian tadi malam kepada ayahnya.
"Bibi...lea..mohon jangan katakan ini kepada daddy..dan mommy...bibi tau jika daddy tidak menyukai lea berkeliaran ditempat itu...lea mohon..."
Gennie meraih kedua tangan lea lalu menggenggamnya dengan sangat erat"baiklah...tapi dengan satu syarat..."
"Apa itu bibi..??"
"Jangan pernah ulangi ini lagi..."
Lea mengangguk mantap dan tersenyum manis kearah gennie,membuat wanita paruh baya itu tersenyum dan mengecup lembut kening lea"ya sudah bibi dengan paman ernes tinggal dulu ya...lea teruskan saja makannya..."
Melihat kepergian gennie dan ernes lea segera menatap tajam kearah elena dan juga gavin"kalian berdua jahat...kenapa lea yang dibuat alasan..."
"Maaf lea...elena tidak berdaya..."
Lea menyilangkan kedua tangannya sambil mengembungkan kedua pipinya"aku tidak mau lagi berteman denganmu elena..."
Gavin terkekeh pelang,ia mengusap wajah lea sambil melangkah pergi,dan dengan teganya ia berkata"itu bagus...setidaknya aku tidak lagi bertemu denganmy...pergi sana dan jangan kembali..lagi bocah."
Seketika lea berteriak histeris membuat elena kelabakan dibuatnya"gavin....menyebalkan...tenanglah lea...abaikan saja ucapan gavin..."
Lea tersenyum sambil mengangguk"ayo kita berangkat kesekolah sekarang ...."

***
"Bagaimana acara tadi malam..??"seketika elena dan juga lea menatap kearah pria yang berjalan kearah mereka berdua yang tengan duduk bergosip didalam kantin sekolahnya.
Elena tersenyum sumringah saat melihat asian boy tengah berjalan kearahnya"tae...kau...beberapa hari ini aku merasa tidak banyak bertemu denganmu
...."
Tae segera duduk disebelah elena"aku cuti beberapa hari karena mengunjungi grandma..."
"Ah....bagiaman keadaan grandama sasyiang...??"tanya elena antusias namun tidak dengan lea yang masih saja sibuk dengan ponselnya,baginya tidak ada yang menarik kecuali kehidupan seputar gavin,pria menyebalkan dengan seribu pesonanya.
"Uncle..."senyumnya terbit saat melihat gavin berjalan melewati kantin sekolahnya bersama beberapa oramg yang ia kenal sebagai kepala pengajar dan juga para pegawai gardner high school. Lagi'lagi pesona gavin mampu menggerakkan tubuh lea,tanpa memperdulikan sahabatnya yang masih asik berbincang lea melangkah mengikuti langkah gavin. Betapa beruntungnya lea kali ini karena salah satu pegawai gardner high school menyuruhnya untuk membatu membawakan tumpukan berkas,tanpa ada penolakan sedikitpun dari bibirnya lea tersenyum senang dan ikut melangkah bersama rombongan gavin.
"Bisa kau bawakan ini juga...??"salah satu stag kesisiwaan meletakkan beberapa berkas keatas tumpukan buku yang ia bawa. Tanpa menunggu jawaban dari lea staf kesisiwaan segera membukakan pintu ruang rapat agar lea mudah untuk masuk kedalam.
Dengan susah payah lea meletakkan tumpukan buku dan berkas yang ia bawa tepat diatas meja"ahirnya..."lea tersenyum saat pekerjaannya beres"eh..??"lea sedikit terkejut saat menyadari jika hanya dirinya yang berada diruang rapat karena terlalu fokus pada pekerjaan yang diberikan padanya lea tidak sadar dengan situasinya saat ini"dimana uncle..??"batinnya sambil berjalan menuju pintu ruang rapat namun saat tangannya ingin meraih knop pintu pria yang ia cari kini tengah berdiri didepannya.
"Apa yang kau lakukan disini bocah..??"tanya gavin sambil menatap lea dari atas kebawah.
"Aku hanya-eh..??"lea sedikit terkejut saat gavin tiba-tiba menutup pintunya,dan kini hanya ada mereka berdua didalam ruang rapat.
Bersambung...