Bertemu Mommy

1003 Words
Pagi-pagi sekali Evelyn sudah bersiap-siap, hari ini dia akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sang Mommy. Sebenarnya Evelyn ingin sekali memasak makanan kesukaan Mommynya. Tapi tidak mungkin, mengingat dirinya saja hanya memakan sebutir telur dan beras lapuk, Evelyn tidak seberani itu memasak menggunakan bahan masak berkualitas untuk sang Mommy. Setelah matahari mulai nampak Evelyn keluar dari kamarnya, menyusuri taman samping menuju gerbang gerbang. Seorang lelaki bertubuh tinggi dan besar datang menghampirinya ketika hampir sampai di gerbang mansion Aaron. Dari perawakan dan cara berpakaiannya Evelyn dapat menebak bahwa pria ini adalah seorang pengawal. "Nona tunggu." panggil pria berjas hitam itu. "Iya.. ada apa?" sahutnya sambil memperhatikan pria itu. "Tuan Aaron memerintahkan kami untuk mengawasi Nona." pria itu langsung ke intinya. "Mengawasi? Kenapa harus diawasi, saya kan hanya ingin menjenguk Mommy, jadi tidak perlu diawasi." tolak Evelyn. Lagipula untuk apa Aaron mengawasinya, dia tidak akan macam-macam di luar sana. "Maaf Nona, ini adalah perintah, tolong jangan membantah atau Tuan Aaron akan membatalkan kepergian Anda." ucap pria itu penuh penekanan. "Baiklah. Terserah kalian saja." Evelyn menyerah, ini demi Mommy. "Silahkan ikut saya Nona." ujarnya lalu berjalan diikuti Evelyn di belakangnya. Evelyn akhirnya pergi ke rumah sakit dengan diantar oleh pria tadi menggunakan mobil Aaron. "Siapa namamu?" tanya Evelyn yang duduk tenang di kursi kemudi. "Remar Nona.." jawabnya dingin. "Remar, bisakah kau berhenti di sebuah restoran dekat rumah sakit?" "Anda lapar Nona?" "Bukan aku, aku ingin membeli makanan kesukaan Mommy-ku." jelasnya. "Baik Nona." Evelyn geram dengan Remar, pria ini sangat irit bicara. Setelah menempuh hampir satu jam perjalanan, Evelyn sampai di rumah sakit tempat Mommynya dirawat. Evelyn memasuki kamar Anastasia dengan perasaan antusias, akhirnya setelah sebulan lamanya dirinya dapat menemui sang Mommy. "Mommy..." pekik Evelyn sesaat setelah masuk dan melihat sang Mommy sedang diperiksa oleh dokter. "Elin.." Anastasia tak kalah senangnya dari Evelyn. Wanita paruh baya itu juga sangat merindukan putri semata wayangnya. Evelyn mendekati Anastasia yang sedang duduk menyandar di brankar rumah sakit. "Mommy aku merindukanmu.." langsung saja Evelyn memeluk wanita yang telah melahirkannya. "Mommy juga merindukanmu sayang..." tidak luput wanita itu menghujani puncak kepala Elin dengan ciuman penuh kasih sayang. "Bagaimana keadaan Mommy?" Evelyn melepas pelukannya, menatap Anastasia dengan pandangan sendu. "Seperti yang kau lihat, Mommy sudah sehat.." tersenyum cerah melihat putri tersayangnya. Dokter yang sedari tadi menyaksikan pertemuan kedua wanita itu berdehem, dia adalah dokter Peter, dokter yang menjadi spesial terapi Anastasia. "Benar Nona, keadaan Nyonya Anastasia sudah lebih baik sekarang. Kami tidak menyangka terapi pemulihan Nyonya Anastasia bisa secepat ini. Padahal biasanya pemulihan untuk kasus stroke yang dialami Nyonya bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan sampai bertahun." tutur Dokter Peter. Mendengar itu Evelyn dan Anastasia saling bersitatap, memancarkan senyum kebahagiaan dalam hati mereka. "Mommy.. kau hebat.." kembali memeluk Anastasia. Dalam pelukan sang Mommy, tiada hentinya Evelyn merapalkan doa syukur kepada yang kuasa. Evelyn yakin semua penderitaan yang dialaminya saat ini pasti akan hilang satu per satu. Setelah Dokter Peter keluar dari bangsal Anastasia, anak dan ibu itu terlihat bercengkerama, melepas rindu yang mereka tahan selama satu bulan ini. Evelyn menyuapi Anastasia dengan makanan kesukaan sang Mommy yang dibelinya di restoran dekat rumah sakit ini. "Bagaimana pernikahanmu sayang... apakah suamimu memperlakukanmu dengan baik?" tanya Anastasia disela perbincangan mereka. "Em.. pernikahanku baik-baik saja Mom, walaupun kami tidak saling mencintai, tetapi dia tetap memperlakukanku dengan baik." Evelyn meremas jemarinya karena gugup. Anastasia memang sangat mengerti akan sikap putrinya. Akan sangat mudah dia mengetahui jika putrinya sedang berbohong. Sebelumnya, tadi Dokter Peter mengajak Evelyn untuk berbicara di luar. Dokter Peter mengatakan bahwa Anastasia agar tidak mendapatkan tekanan untuk sementara. Dan juga tidak membuatnya terlalu memikirkan yang akan membuat kondisinya drop. Karena itulah Evelyn tidak memberitahu keadaan rumah tangganya yang sebenarnya. Apalagi kalau Mommynya sampai tahu, bahwa dia tidak pernah diperlakukan dengan baik oleh suaminya sendiri. Bisa saja kondisi Anastasia semakin memburuk. Biarlah dia menanggung semuanya, yang penting orangtuanya tetap sehat. "Benarkah.. lalu bagaimana dengan dirimu, apakah kau melayani suamimu dengan baik?" tanya Anastasia penuh selidik. "Te..tentu saja Mom?" Evelyn melihat tatapan aneh dari sang Mommy. "Baguslah.. kalau begitu. Elin ingat ucapan Mom, kau harus selalu menurut kepada suamimu, terlepas dari suamimu telah menyelamatkan perusahaan kita dari ambang kehancuran, sudah menjadi kewajibanmu untuk melayani suamimu." tutur Anastasia. Elin memegang tangan Mommynya, "Iya Mom, aku akan selalu mengingatnya." "Mommy suamiku membenciku...." ingin sekali rasanya ia mengatakan itu kepada sang Mommy, tapi keadaan tidak memungkinkan dirinya untuk mengatakan itu. "Mommy istirahat dulu ya.." mendorong pelan tubuh Anastasia agar berbaring di atas brankar. Setelah menyelimuti mommynya, Evelyn permisi keluar sebentar. Tapi diurungkannya, karena Anastasia kembali memanggilnya. "Elin.." "Ya Mom?" "Bagaimana kabar Daddymu?" tiba-tiba saja Anastasia menanyakan hal itu, membuat Evelyn bingung menjawabnya. Karena dia juga sama sekali tidak tahu kabar sang Daddy. "Daddy baik-baik saja Mom, jangan terlalu dipikirkan... Daddy biar menjadi urusanku." ujarnya dengan sendu.Gadis itu berusaha agar membuat Mommynya kembali bersedih. "Bagaimana Mommy tidak memikirkannya Elin, Daddymu mendekam di penjara sana, bagaimana mungkin Mommy tidak khawatir."Anastasia tak kuasa menahan air matanya. "Daddy pasti kedinginan di sana.." cicit wanita paruh baya itu. "Mommy tenang dulu, pikirkan kesehatan Mommy. Mommy tenang saja, hari ini Elin akan mengunjungi Daddy dipenjara, Mommy jangan menangis lagi yaa.." tangan mungilnya bergerak mengusap air mata Anastasia. Sungguh miris hatinya melihat keadaan sang Mommy hidup terpisah seperti ini.Beberapa bulan lalu, mereka masih menjadi keluarga yang berbahagia, tetapi hanya dalam sekejap mata, kebahagiaan itu sirna begitu saja. Setelah menenangkan Anastasia, Evelyn keluar dari kamar perawatan. Di luar kamar, didapatinya Remar sedang duduk di kursi tunggu. Begitu melihat Evelyn keluar, pria jangkung itu segera berdiri di hadapan Evelyn. "Nona mau kemana?" menghalangi langkah Evelyn. "Aku hanya ingin ke bagian administrasi sebentar, aku harus mengurus sesuatu tentang perawatan Mommy-ku." tuturnya. "Oh baiklah Nona. Tapi ingat Nona, sebentar lagi kita harus pulang." ucap Remar sambil menyingkir dari hadapan Evelyn. "Secepat itu?" "Benar Nona, ini adalah perintah Tuan Aaron." "Baiklah, tunggulah di sini sebentar, tolong jaga Mommy-ku." "Tapi Nona..?" "Aku hanya sebentar, tidak ada perawat yang menjaga Mommy-ku di sini." Remar menyerah, dia percaya bahwa Nona mudanya tidak akan kemana-mana. "Baiklah Nona." "Terima kasih, aku pergi dulu." Remar hanya mengangguk kecil saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD