Menyelamatkan

1216 Words
Selamat membaca! Berbeda dengan Alex yang tengah bimbang dan terdesak. Di lantai atas, Chris terus menghabisi satu persatu anak buah Rudolph. Tak ada suara yang membuat gaduh. Pria itu benar-benar membunuh layaknya malaikat pencabut nyawa yang tak terdengar gerakannya. "20 orang lagi yang tersisa dan itu semua berada di bawah. Semua di lantai atas sudah berhasil aku habisi." Chris pun mulai mengamati percakapan yang sedang terjadi di lantai bawah dengan mengintip dari celah-celah tumpukan muatan tempatnya bersembunyi. "Jika melihat Alex sekarang, aku seperti melihat putraku sewaktu Sierra masih bersamanya," batin Chris terus memerhatikan Alex. Seketika ingatan kelam akan masa lalu Chris mulai terbesit dalam pikirannya. Mengundang penyesalan untuk bertahta mengusik ketenangan. "Maafkan Daddy ya Alex, Daddy tidak punya pilihan lain selain melakukannya. Semua demi keutuhan keluarga kita," lirih Chris dengan penuh penyesalan. ()()()() Situasi kian memburuk. Desakan Rudolph seperti sumbu api yang mulai membakar Alex untuk memutuskan. Antara menuruti atau menolak permintaan Rudolph, semua bisa memengaruhi hidup dan mati semua anak buahnya yang berada di sana. Tak hanya mereka, bahkan dirinya sendiri dan juga nyawa Sandra. "Tuan jika kita menurutinya dan membuang senjata kita, aku yakin mereka akan menghabisi kita." Evans berakting dengan menampilkan raut wajah yang ragu. Ia coba mengulur waktu. Mencari kesempatan untuk memanfaatkan lengah yang nantinya tercipta. Lama titahnya tak disambut jawaban oleh Alex, Rudolph berubah gamang. Rahangnya semakin mengeras, bak seorang petinju yang ingin menyerang lawannya. Tak ada kompromi, matanya yang kini menajam, membuatnya kembali mengancam. "Alex ayo cepat! Sepertinya kau tidak mencintai wanita ini ya?" kecam Rudolph dengan lantang yang diakhiri sebuah pertanyaan. "Sial, aku harus mengambil resiko ini," batin Alex bimbang. Di satu sisi apa yang dikatakan Evans ada benarnya. Namun, di sisi lain dirinya tidak sampai hati membiarkan Sandra mati begitu saja. Wanita yang baru hadir dalam hidupnya, tapi sudah memiliki arti lebih di hatinya. Geram wajah Alex kala itu, menunjukan amarah yang tertahan dalam situasi yang amat menyebalkan untuknya. Mengekang kelihaiannya dalam membunuh seperti memenjarakannya dalam perangkap yang melemahkan. Bahkan karena itulah, Alex kembali mengingat Sierra. Wanita yang dulu juga pernah mengalami nasib yang sama dengan Sandra. Ya, ia harus menjadi tawanan untuk mengalahkan seorang Alex Decker. Kejadian yang mengakibatkan kedua paha Alex tertembak kala itu. Di tengah pikirannya yang kalut, suara Rudolph yang lantang, kembali memosisikannya semakin terdesak. Bagaikan berada di pinggir jurang, hanya tinggal terhempas angin saja, maka raganya bisa terperosok jatuh ke dasarnya. "Sepertinya memang kau tidak mencintainya. Cepat potong talinya! Biarkan wanita itu mati," titah Rudolph kepada seorang anak buahnya yang saat ini berdiri di samping tali itu dengan menggenggam sebilah pisau. Alex tampak semakin cemas ketika pisau itu mulai menggerogoti tali yang menjadi satu-satunya penahan Sandra agar tak terjatuh. Tali itu semakin tergerus dengan perlahan oleh gesekan pisau, membuat raut wajah Alex mulai meremang. "Sepertinya aku tidak punya pilihan lain," batin Alex yang sudah yakin dengan keputusannya. Alex pun mulai membuang pistol yang digenggamnya. "Stop Rudolph, aku akan membuang senjataku. Kalian juga buanglah senjata kalian!" titah pria itu yang langsung dituruti oleh seluruh anak buahnya. Gerakan tali yang tadinya tenang, terlihat goyah hingga membuat Sandra mulai terjaga. Sesekali ia tampak mengerjapkan kedua matanya dengan perlahan. Kesadarannya pun mulai utuh saat wanita itu membuka matanya. Namun, seketika rasa takut seolah mencekik lehernya, membuatnya begitu terhenyak saat kedua bola matanya mendapati dirinya tengah berada di tempat yang sangat tinggi dengan kedua tangan terikat. Sandra pun langsung mengedarkan pandangannya untuk melihat sekitar. Sampai akhirnya, sosok pria menyebalkan baginya mulai dilihat. "Tuan Alex," ucap Sandra dengan menautkan kedua alisnya. Sesaat pandangan matanya beradu dengan tatapan Alex yang juga sedang menatapnya dari tempatnya berdiri. "Aku pasti akan menyelamatkanmu Sandra," batin Alex dengan guratan cemas yang terukir di wajahnya. Sandra seketika merasa aneh dengan makna yang tersirat di balik tatapan mata Alex. "Tatapan itu begitu dalam melihatku, ia seperti sangat mencemaskanku," gumam Sandra membaca arti dari tatapan mata Alex. Lamunan keduanya seketika sirna, saat perintah dari Rudolph kepada seluruh anak buahnya, begitu mengejutkannya. "Ayo bunuh mereka semua! Dan potong tali itu!" titah Rudolph sambil tertawa dengan keras, merasa kemenangan sudah berada di dalam genggamannya. Saat semua anak buah Rudolph bersiap untuk mulai menembak ke arah Alex beserta seluruh anak buahnya, dengan cekatan Evans mulai menembaki empat orang yang berada di sisi kiri Rudolph menggunakan sebuah pistol yang memang sempat disembunyikannya di balik celana. Bukan hanya itu, dari arah belakang tembakan secara bertubi-tubi langsung menghujam keempat orang yang berada di sisi kanan Rudolph yang berasal dari pistol Oscar yang sudah sejak tadi menunggu saat yang tepat untuk memulai serangan. Suara bising deru tembakan mulai memenuhi seisi ruangan. Beberapa anak buah Alex yang lainnya segera berlari untuk berlindung di balik tumpukan peti-peti kosong yang memang terdapat di gudang tua itu. Alex terus menatap anak buah Rudolph yang hampir berhasil memotong tali di mana Sandra terikat di sana. Rasa cemas pun kian memuncak, membuat kedua kakinya mulai bergerak untuk menyelamatkan. "Sial, tali itu hampir terputus. Sandra bisa terjatuh." Alex pun berlari semakin cepat. Namun, ia tetap harus menghindari beberapa tembakan yang datang ke arahnya. Seolah tak memedulikan bahaya, pria itu terus saja berlari dengan tangan kosong tanpa pistol yang telah dibuangnya. Tiba-tiba sebuah peluru menghujam ke arah pria yang sejak tadi terus berusaha untuk memotong tali yang ukurannya memang sangat tebal, pria itu pun seketika mati. Mendapat bantuan itu, Alex pun sempat menoleh ke arah datangnya tembakan. Ia sempat melihat sosok sang ayah yang berada di lantai atas, sebelum dirinya kembali fokus untuk menyelamatkan Sandra. Namun, Alex begitu terhenyak ketika kedua matanya mendapati tali itu ternyata sudah terputus. Ya, sebelum pria itu mati terkapar, ia udah berhasil memotong serat terakhir dari tali tersebut. Sandra berteriak dengan histeris, tubuhnya meluncur dari ketinggian tempatnya menggantung, tapi Alex tak menyerah begitu saja. Ia pun mempercepat langkahnya dengan sekuat tenaga yang dimiliki sambil menaiki beberapa tumpukan peti dan berpindah ke peti lain di depannya dengan melompat. Ketika telah berada di ujung peti terakhir dan jaraknya sudah tepat dengan posisi jatuhnya Sandra, Alex pun melompat sejauh-jauhnya sambil merentangkan kedua tangannya ke arah depan untuk menangkap tubuh Sandra yang sedang meluncur deras. Melihat apa yang dilakukan oleh Alex, membuat Chris berdecak kagum. Ia tak menyangka bahwa putranya sampai mau bersusah payah seperti itu untuk menyelamatkan nyawa seorang wanita yang sebenarnya bisa dengan mudah ia gantikan dengan wanita lainnya. "Sepertinya Sandra memang istimewa sampai membuat Alex bisa melakukan hal itu," batin Chris mulai mengulas senyum di wajahnya, di tengah baku tembak yang sedang terjadi. Alex berhasil menangkap tubuh Sandra, walau tubuhnya harus menjadi tumpuan di saat keduanya terjatuh, beruntungnya mereka terjatuh di tempat yang beralaskan tumpukan kayu yang kini menjadi sangat berantakan. Alex dan Sandra saling menatap, walau saat ini pria itu tampak menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. "Terima kasih Tuan." Sandra dengan terbata mengucapkan. Pandangannya tak teralihkan terus menilik dalam kedua mata Alex yang juga menatapnya. Alex masih tak bersuara. Ia diam seolah merasa nyaman, walau di tengah kericuhan akan suara dentuman pistol yang memenuhi seisi ruangan. Bahkan detak jantungnya seketika berubah menjadi tak beraturan. Sungguh aneh, membuat pria itu langsung menghujani beberapa pertanyaan untuk dirinya sendiri. "Apa-apaan ini? Kenapa jantungku berdebar sangat kacau saat memeluk tubuh Sandra. Aku itu adalah seorang mafia, kenapa aku jadi lemah seperti ini? Tetapi, kenapa semua perasaan ini sama seperti dulu ketika Sierra datang untuk pertama kalinya dalam hidupku," batin Alex masih tak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Bersambung✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD