Accident 7

735 Words
Sesampai di lobby hotel ternyata mereka tidak mau langsung ke kamar, tapi justru ingin nongkrong di lobby lounge yang nyaman itu sambil dengerin musik, aku meskipun sudah begitu b*******h terpaksa mengikuti saja. Aku meskipun menyukai pakaian ketat tanpa pakaian dalam ini, merasa kurang nyaman duduk di lobby seperti itu, salah duduk bisa bisa vaginnaaku terlihat dari kejauhan, disamping itu ini adalah hotel dimana paling banyak kuhabiskan waktu waktu malam bersama tamu tamuku, boleh dibilang inilah rumah kedua bagiku.   Sambil menemani mereka berdua aku berharap tidak ada orang yang melihatku meskipun tampaknya mustahil karena tempat duduk kami berada di tengah. Kami bertiga menikmati alunan musik live yang berkumandang, kusapukan pandanganku ke arah lobby, sekedar meyakinkan bahwa tak ada yang kukenal, beruntunglah hanya wajah wajah asing yang kulihat. Para tamu asik berbicara dengan rekan di sebelah atau dihadapannya seolah tak memperhatikan alunan musik yang mengalun indah, mungkin pembicaraan bisnis.   Tiba tiba pandanganku terpaku pada salah seorang yang seddang duduk berdua di bawah pohon besar di tengah lobby, aku mengenalnya, dia Pak Pram, salah satu orang kepercayaan cendana, lebih 3 kali aku menemaninya bahkan sekali kami "Berbulan madu" di Bali selaa 2 malam saat dia ada Turnament Golf. Pak Pram tersenyum ke arahku pertanda dia melihat kehadiranku, akupun tersenyum dengan sembunyi sembunyi takut ketahuan Edward maupun Reymon. Sepertinya tahu kalau aku seddang menemani tamu makanya dia tidak menghampiriku, tapi memberi isyarat supaya untuk bicara. Sehabis memberi isyarat dia langsung berjalan melintasi tempatku duduk, aku permisi ke toilet sebentar, Edward dan Raymon langsung mengajak ke kamar tapi dengan alasan aku masih ingin menikmati musik lagi kuminta mereka menunggu sebentar. Pak Pram sudah menunggu di depan Lift.   "Malam Bapak, tumben ke surabaya nggak kontak kontak" sapaku.   "Kontak apaan, HP kamu mati sedari sore tadi" jawabnya.   "Lagi ada orderan nih" godanya, aku hanya tersenyum.   "Temanin aku ke atas sebentar yuk, aku ada hadiah untuk kamu" ajaknya, dengan halus aku menolak, nggak mungkin meninggalkan tamuku terlalu lama.   "Please.. sebentar saja" pintanya memelas, aku nggak enak kalau harus bersitegang di depan lift, ntar dilihat orang, akhirnya aku mengalah.   "Tapi nggak macam macam kan?"   "Janji deh.. paling cuma satu macam". Akhirnya aku naik mengikutinya ke lantai 16.   "Aku paling nggak bisa pegang janji kalo sama gadis secantik kamu" katanya setelah menutup pintu kamar, dia langsung memelukku dari belakang, diremasnya kedua buah daddaku. Pak Pram tampak kaget saat tahu aku tak memakai b*a.   "Aku kangen lho sejak kita dari Bali, sayang harus berpisah di Ngurah Rai, padahal aku masih ingin melanjutkan lagi di Surabaya, gara gara big boss yang memanggil mendaddak" bisiknya sambil mencium telingaku, remasannya tak berhenti, bahkan menyusupkan tangannya dibalik kaos ketatku.   "Pak aku seddang ditunggu di bawah, tadi pamit cuma ke toilet, besok aja aku temanin Bapak, janji deh" kataku sambil menggeliat geli.   "Kita quickie aja sayang" bisiknya, dia selalu memanggilku sayang, seperti memanggil putrinya yang seusiaku.   Aku segera berbalik menghadapnya, kucium bibirnya dan dia membalas lumatan bibirku, sambil tetap berciuman kukeluarkan kejantanannya dari lubang resliting, sudah tegang. Segera aku berjongkok di depannya, kujilati sejenak lalu kumasukkan ke mulutku, hanya semenit aku mengulumnya. Kutuntun Pak Pram ke arah meja kerja, aku duduk di atasnya, saat kusingkap rok miniku, terlihat expresi terkejut di wajahnya saat tahu aku sudah tidak memakai celana dalam, tanpa memberinya kesempatan bertanya lebih lanjut kusapukan peniiisnya ke bibir vaginnaaku yang sudah basah sedari tadi.   Pak Pram melapas kaosku lalu melesakkan peniiisnya ke dalam dan mengocok langsung dengan tempo tinggi, desahan kenikmatan keluar dari mulutnya, akupun ikutan mendesah, sedikit terlampiaskan gairah yang terpendam sedari tadi meskipun tidaklah senikmat dikala bermain bertiga nanti. Hanya semenit kami sudah berganti posisi, aku berdiri telungkup di atas meja menerima sodokan Pak Pram dari belakang, kugoyang goyangkan pantatku mengimbanginya, aku hanya berharap dia segera menuntaskan nafssu birahhinya secepat mungkin, nggak enak meninggalkan Edward dan Raymon di bawah, ntar mereka curiga.   Dan beberapa menit kemudian, kurasakan peniiisnya membesar diiringi semprotan sperrma yang hangat membasahi vaginnaaku, tubuh Pak Pram menegang mencengkeram erat pantatku. Akhirnya dia menarik keluar dan mengusap usapkan sisa sperrmanya pada pantatku. Aku berbalik dan jongkok di depannya, kukulum peniiisnya yang masih banyak sperrmanya, dia melotot melihat kenakalanku tapi tak mencegahnya, justru malah mengusap usapkan ke wajahku. Aku berdiri merapikan rok-ku, mengenakan kembali kaosku, lalu mencuci vaginnaa dan wajahku dari sperrma Pak Pram.   "Lain kali kamu seperti ini saja kalo ketemu, besok aku hubungi" kata Pak Pram sambil memberikan beberapa lembar ratusan dollar, kita keluar kamar bersamaan tapi turun dengan lift yang berbeda. *** Bersambung.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD