"Akhirnya aku bakal membuktikan sendiri apa yang selama ini dipuji puji para tamumu, seperti apa sih kamu dan bagaimana sih servisnya, kalau tahu sendiri kan bisa lebih enak ceritanya," katanya lagi sembari tangannya yang ber-rantai emas mulai menjamah buah daddaku sementara tangan satunya sudah menyelinap di balik kaos di punggung, dipermainkan tali b*a. "Kok nggak dilepas sih, aku kan tamu yang membayar bukan gratisan, apa bedanya sih dengan lainnya," ada nada protes dalam ucapannya yang menyadarkanku akan kebenarannya, meski aku tak akan menerima duitnya. Dengan terpaksa kubuka kaosku, dia bersiul ketika melihat hamparan daddaku yang masih tertutup brra transparan, decaknya bertambah saat kulepas celana jeans yang menutupi bagian bawah tubuhku, dicegahnya saat aku mau melepas bi