Naira merasakan jari-jarinya berada di puncak kepala seseorang. Dia dapat merasakan rambut yang di elusnya itu sangat lembut tapi sangat pendek, seperti rambut seorang laki-laki. Naira segera membuka matanya untuk memeriksa kebenaran dari apa yang di duganya dan dia pun berteriak histeris.
"Ah! Hwa! Kamu siapa? Kenapa kamu ada di atas ranjangku? Kamu pasti pria mabuk yang menyelinap masuk ke dalam kamarku, kan? Ayo ngaku!" Naira memukul-mukul d**a pria itu karena kesal. Gadis itu merasa telah ternodai olehnya. Bagaikan tersambar petir, kenyataan yang terjadi pagi ini benar-benar hampir membuat jantung Naira copot.
'Aku belum menikah, bagaimana kalau lelaki itu telah mengambil kesucianku?'Batin Naira trenyuh, ia segera memeriksa pakaiannya dan merasa sedikit lega saat mendapatinya masih lengkap.
"Nona, tidak perlu ribut-ribut. Bukankah semalam kamu sendiri yang memasukkan aku ke dalam rumahmu? Kau yang merawat luka di kaki dan juga tanganku, lalu membawaku ke kamarku dan tidur sambil mengelus kepalaku?" lelaki itu mencoba mengingatkan kepada Nadira tentang siapa dirinya. Naira memutar kembali ingatannya. Semalam dia menyelamatkan seekor kucing dan merawatnya. Menyadari ingatannya itu benar, Naira terbelalak.
"Kamu adalah kucing yang semalam? Ja-jadi kamu siluman kucing?" Nadira setengah berteriak karena ketakutan. Saat ini ada kucing jadi-jadian di dalam.kamarnya. Naira tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya ke depan.
"Pelankan suaramu Nona, perkenalkan, namaku Darian Alfasyaf, aku adalah Pangeran Kucing dari Kerajaan Mimpi di Negeri Kucing. Aku terluka karena bertarung dengan sesama pangeran untuk memperebutkan seorang Pangeran Rubah yang tidak lain adalah saudara tiriku untuk memperebutkan tahta di negeri kami," jelas lelaki yang Naira yakini tidak berbaju dan benar-benar polos seperti bayi itu.
Naira segera keluar dari selimut, panik dan jantungnya berdebar kuat. Naira tidak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia memang menyukai kucing, tapi tentu saja tidak dengan kucing siluman.
"Baiklah, Pangeran Kucing yang terhormat, bisakah kamu pergi saja dari rumahku? Aku bingung harus bicara apa pada orang tuaku kalau mereka pulang nanti, jika mereka melihat aku menyimpan seorang pria dewasa di kamarku, mungkin bisa jadi aku akan di gantung. Aku tidak bisa menyembunyikan kamu terus menerus di dalam kamarku," Naira memberanikan diri mengatakan itu pada Darian, gadis itu berharap semoga saja dia mengerti dan tidak menyerangnya. Sebenarnya, Naira takut Darian akan berubah menjadi kucing dan menerkamnya.
"Tenang saja, aku hanya bisa tampak dalam wujud manusia kepada siapa saja yang aku inginkan. Selebihnya, jika ada orang yang melihatku selain orang yang ku inginkan, wujudku akan otomatis menjadi seekor kucing" kalimat yang Darian ucapkan membuat Naira sedikit tenang.
"Apa kata-katamu bisa dipercaya, Tuan Kucing? Aku bisa di bantai oleh keluargaku kalau sampai mereka tahu aku menyimpan laki-laki," Naira masih belum begitu yakin dengan lelaki yang mengaku bernama Darian itu.
"Apa menurutmu aku seperti berbohong,Nona? Tunggu, siapa namamu?" lelaki itu menatapku tajam. Bola matanya kuning kehijauan, persis mata seekor kucing.
"Panggil saja aku Naira." jawab gadis itu singkat. menurutnya, Darian tidak perlu mengetahui nama lengkapnya.
"Nama yang cantik. Oh ya, sementara waktu, tolong izinkan aku bersembunyi di kamarmu, Naira. Aku saat ini sangat butuh sekali bantuan dan kebaikan hatimu untuk menyelamatkanku," lelaki itu seperti sedang memohon pada Naira. Dari sorot wajahnya, Naira tahu, sepertinya ia memang sedang sangat membutuhkan bantuannya, apalagi kedua kaki dan juga satu tangannya sedang terluka parah.
"Baiklah, tapi lain kali aku tidak mau kamu tidur dengan kondisi b***l seperti itu," Naira mengalihkan pandangannya dari lelaki jadi-jadian itu.
"Memangnya kamu pernah melihat, ada kucing yang memakai baju?" Tanyanya, benar juga, tidak ada kucing yang memakai baju. Tapi dia saat ini berubah menjadi manusia, apalagi Naira seorang wanita, tentu saja semuanya tidak bisa di benarkan.
"Ya, kamu benar, tidak ada kucing yang memakai baju. Kalau begitu, kamu harus tidur terpisah dariku. Tetap saja, jika tidak sedang berubah menjadi kucing, pakailah baju," omelnya tampak kesal.
'Bagaimana aku bisa satu ruangan dengan pria yang tidak memakai baju seperti ini?' Batin Naira gelisah, ia menarik pelan rambutnya dengan kedua tangannya. Situasi ini membuatnya benar-benar linglung.
"Kenapa harus tidur terpisah? Aku ingin tidur bersamamu, sangat nyaman. Seekor kucing tidur dengan manusia, bukankah itu wajar? Secara tidak langsung, bukankah kamu majikanku sekarang?"Ungkap Darian dengan sangat polos. Naira tidak menyangka, ternyata lelaki itu belum memiliki pemikiran yang dewasa.
"Terserahmu saja. Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana harus menjelaskan semuanya ini padamu. " Naira segera turun dari ranjang dan melangkah cepat menuju kamar mandi. Gadis itu lalu menggosok gigi setelah mengulang-ulang kegiatan cuci wajahnya untuk meyakinkan dirinya kalau ini semua bukanlah mimpi.
Aku tidak mimpi apapun semalam, tapi kenapa, tiba-tiba ada lelaki tampan tidur di sampingku, dan parahnya dia adalah jelmaan seekor kucing. Sampai kapan aku dan dia akan tinggal bersama? Sudahlah. Daripada memikirkannya, lebih baik aku segera bersiap pergi ke kampus. Sepertinya aku akan sedikit terlambat karena berdebat dengan Darian. Batinnya lagi.
Dengan adanya Darian, Naira terpaksa mengganti pakaiannya di ruangan lain. Naira sesekali terdiam sambil berpikir, apakah langkahnya benar, menyimpan Darian di kamarnya, sedangkan Darian adalah seorang lelaki, meskipun dia sangat polos.
Naira menghela napas dalam dan menghembuskan kasar. Dia tidak mungkin menceritakan ini pada Bi Inah, meskipun dia mengatakannya, wanita itu tidak akan percaya kalau kucing yang semalam diobatinya adalah seorang Pangeran.
Gadis itu kembali teringat dengan permata biru yang ada di kalung Darian. Pantas saja, permata itu tampak sangat spesial. Ternyata dia seorang pangeran. Pangeran yang sangat tampan. Tapi, Naira menepis kekagumannya. Bagaimanapun, Darian adalah seekor siluman, manusia setengah kucing.
Naira duduk di sebuah kursi yang terletak di kamar kosong itu, kamar yang merupakan milik kakaknya yang telah meninggal. Gadis itu memandangi layar ponselnya, dimana wallpaper-nya adalah foto seseorang yang dia taksir sejak lama.
Namanya Ardan Fernanda. Seorang senior di kampus tempatnya kuliah. Lelaki itu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Bukan hanya dia, tetapi hampir seluruh wanita mengagumi pesonanya. Hal itu yang membuat Naira berkecil hati.
Setiap harinya Ardan selalu di kelilingi oleh beberapa wanita yang sangat populer di kampus. Naira hanya bisa memandangi pria itu dari jauh. Dia ingin sekali mengungkapkan perasaannya, tetapi Naira tidak memiliki keberanian sedikit pun untuk melakukan itu.
Naira terkadang merasa seperti seseorang yang tidak waras. Ikut tersenyum saat melihat Ardan senyum, ikut tertawa saat lelaki itu tertawa, ia bahkan ikut bahagia, saat lelaki itu tampak bahagia. Tapi tak jarang, Naira juga menangis saat melihat Ardan bermesraan dengan wanita lain. Cinta memang sedikit kejam padanya. Naira menyimpan ponselnya di saku bajunya, lalu kembali ke kamarnya.