Kenapa? Itu balasan pesan dari Fara atas permintaan maafnya. Farrel sama sekali tak menggubris. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Ini saja, ia gamang sekali. Ia sudah berada di kamar. Ia hanya perlu membawa kopernya karena baju-baju dan semua keperluan pernikahan sudah ia susun rapi di dalam koper-koper. Tapi lihat lah kini. Ia bahkan tak berniat lagi untuk berangkat. Rel? Lagi. Fara bertanya. Telepon dari Fara sama sekali tak digubris dan Farrel masih gelisah. Lelaki itu berdiri menatap jendelanya yang tertutup namun tirainya terbuka. Ia berkacak pinggang dengan mata yang sukses memerah. Allah...apa yang harus ia lakukan? Ia bingung. Sungguh. Ia tak mungkin membatalkan pernikahan ini. Karena sejak awal pun, ia yang menginginkannya bukan? Dikala Fara mati-matian ingin membatalkan,