Apakah ini awal yang baik?

355 Words
Aroma makanan khas sang istri memenuhi indra penciumannya, Fero sudah lama ingin memakan makanan tersebut tapi selalu ditahan karena selalu mementingkan egonya. Tapi untuk saat ini ia iagi tidak mementingkan hal tersebut. Apa mungkin efek semalam mabuk belum sepenuhnya hilang? Mungkin bisa jadi iya, sebab saat ini-pun dirinya tidak sadar jika telah hampir menghabiskan makanan tersebut. Rencana ia sengaja makan lebih cepat agar tidak ketahuan oleh Mia nyatanya gagal. Kini sosok tersebut telah berdiri di belakangnya. Mia yang berada di belakang Fero pun tidak menyangka, jika sang suami akan makan dengan lahap seperti itu. Di kedua sudut bibirnya terangkat satu sama lain, Mia tersenyum dibalik niqob yang ia pakai hanya karena menyaksikan suami lahap memakan masakannya. Sejujurnya sudah lama ia menantikan sang suami dapat merasakan makanannya, maka dari itu setiap hari Mia selalu masak, ya … meskipun makanan tersebut hanya akan dibagikan kepada para tetangganya sebab ia pun tidak sanggup jika harus memakan makanan tersebut dengan sendirian. “Mas … maaf boleh aku duduk disampingmu,” ujar Mia hati-hati takut mengganggu aktifitas suami yang tengah makan. Merasa terpergok Fero pun tiba-tiba menghentikan kegiatan makanannya. Suapan yang tadi akan ia masukan kini tidak jadi dan menaruhnya kembali ke dalam piring, lalu Fero mengambil gelas yang sudah terisi air putih di dalamnya. Kini ia juga mengambil dua lembar tisu untuk digunakan membersihkan sisa makanan pada area mulutnya. “Silahkan kalau mau duduk, akupun sudah selesai,” ucap Fero yang akan segera bangkit dari kursinya tapi tangannya ditahan oleh Mia. Secara tak sengaja saat hendak sang suami bangkit, tangan Mia menahannya, “Mas, mas mau kemana? Kan makannya belum selesai. Itu di piringnya masih ada.” Sakit rasanya melihat perubahan sikap sang suami yang tiba-tiba seperti itu. Baru saja ia dapat merasakan kesenangannya tapi dalam sekejap langsung berubah kembali seperti keadaan semula. “Aku sudah kenyang!” Fero melepaskan genggaman tangan Mia pada lengannya. Lalu setelahnya ia pun pergi meninggalkan Mia kembali. Mia tak bisa menahannya, dadanya kembali sakit, hatinya begitu teriris. Tapi Mia harus tetap mensyukuri kalau sang suami sudah mau memakan masakannya tersebut. Mungkin itu langkah terbaik untuk menyatukan kerenggangan dalam hubungan yang tengah mereka jalankan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD