Niatkah?

208 Words
Terbiasa menikmati semuanya dengan sendiri, sempat berhalusinasi bahwasannya ia akan makan dengan ditemani sang suami, tapi itu hanya selintas bayangan yang tak tau kapan tersempatkan. Mia yang mengerti akan posisinya yang masih belum diterima oleh sang suami, tak akan menyerah begitu saja, perjuangan untuk sampai di titik ini tidaklah mudah. Kadang juga Mia berpikir apakah ia akan melepas sendiri hijab dan cadarnya untuk sang suami, namun ia pun berpikir keras lagi, jika ia melepaskan hijabnya lalu sang suami menjadi tertarik kepada dirinya, berarti rasa ketertarikan itu hanya sebagai nafsu semata bukan karena ingin membangun keharmonisan dalam rumah tangga. Mia akan berusaha sabar dan tetap menunggu, ya … menunggu waktu bahagia bersama sang suami itu tiba, ia pun percaya bahwa Tuhan-Nya telah merencanakan hari bahagia yang tidak akan ada habisnya. Lalu kapan waktunya? Entah … semuanya masih menjadi misteri. Mia menyelesaikan makanannya, cukup senang makanan kali ini tidak tersisa banyak seperti biasanya, tak luput ia langsung membereskan meja makan dan membersihkan piringnya. Sang suami yaitu Fero, entah keberadaannya saat ini ada dimana. Mia ingin menyusulnya, dan mulai bermanja dengannya, namun hal itu terhalang, karena hanya dengan sekilas melihat dirinya saja Fero langsung membuang wajahnya dan enggan untuk menatapnya lagi. Sedangkan Mia pun tetap pada pendiriannya, yaitu akan tetap bertahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD