Rasa Iba

457 Words
Sosok wanita dengan balutan syar'i dan jilbab lebarnya serta niqab yang selalu terpasang di wajahnya, ya … sosok wanita itu yang tak lain ialah Miandhita permata, sosok wanita yang kini sudah berganti menjadi istri dari Feroka Mahardika. Mia keluar dari kamar mandi dan langsung dihadapkan dengan suaminya yaitu Fero. Suaminya kini menatap dengan intens dirinya dari atas sampai bawah dengan pandangan yang sulit diartikan. Andai Mia tidak memakai niqabnya bisa dipastikan mata sembabnya akan terlihat kentara sekali, dipantau seperti itu membuat hati Mia semakin teriris, ingin rasanya ia lari lalu memeluk sang suami dan menumpahkan rasa sedihnya saat itu juga. Langkah kaki Fero kini mulai mendekati Mia dan memotong jarak diantara keduanya. Perlahan Fero mulai merentangkan tangannya dan mulai merengkuh sosok istrinya. Mia sempat syok atas perlakuan dari sang suami. Tapi Mia juga bersyukur akhirnya satu keinginannya dapat terpenuhi. Dan saat dalam pelukan sang suami pun akhirnya tangisan yang ia tahan semenjak tadi kini tumpah ruah begitu saja dalam pelukan sang suami. ⏺️⏺️⏺️⏺️⏺️ Masih terus bergelut antara batin dan pikiran yang sama-sama keras akan egonya yang mendominasi di antara masing-masing. Dan akhirnya ia lebih memilih batinnya dan mengikutinya. Sekarang dengan penuh keberanian Fero memotong jarak diantara keduanya dan mulai merentangkan tangannya untuk merengkuh sang istri. Fero kini mulai memeluk hangat sang istri dengan lembutnya ia mengelus punggung sang istri ada desiran aneh dalam hati tatkala ia berikan perlakuan tersebut kepada sang istri. Sebisa mungkin untuk saat ini berusaha memberikan rasa kenyamanan kepada sang istri karena melihat kondisi dari sang istri yang sangat menyedihkan. Saat ini perlakuan yang ia berikan kepada hanya sekedar karena rasa iba, rasa belas kasih atas sesama manusia. Tapi dalam sanubari yang paling terdalam hatinya sangat teriris tatkala sang istri yang kini masih terisak dalam pelukannya. Bisa dirasakan baju kaos yang ia kenakan kini sudah basah akibat uraian air mata yang tak kunjung akan hentinya dan bahkan semakin kejer dalam pelukannya. Dan entah keberanian dari mana Fero pun mulai mendaratkan ciumannya di kepala Mia yang tertutup jilbab lebarnya. Jelas perlakuan tersebut membuat hati Mia tersentuh. “Udah ah, nggak usah cengeng lebih baik kamu siap-siap kita harus kesana bukan?” ungkap Fero dengan bersamaan melepaskan pelukannya. Mia menganggukan kepalanya yang mengerti akan hal tersebut, dan sebab dirinya juga ingin segera menemui kedua orang tuanya. Dan pelukan itu pun berakhir, segera mungkin keduanya beranjak untuk menyiapkan dirinya masing-masing. Fero yang mulai ganti baju memperlihatkan bentuk tubuhnya, secara langsung Mia langsung memalingkan wajahnya ke arah tempat lain. “Kenapa? Toh aku juga sudah sah menjadi suami kamu, kenapa kamu harus memalingkan wajahmu?” ujar Fero dengan entengnya. Seketika Mia langsung dibuat malu oleh ucapan dari suaminya tersebut. Mia juga malu karena belum siap membuka niqabnya di depan suaminya sendiri dan itu benar-benar membuat dirinya merasa bersalah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD