Pertanda

402 Words
Pertukaran pikiran antara dua insan memang tidak segampang yang dikira, menyatukan perbedaan acap kali sering diselingi dengan perdebatan - perdebatan kecil yang menghiasi. Begitulah sekiranya yang akan menghiasi kehidupan rumah tangga yang tengah dijalankan Hanya saja untuk bertukar pikiranpun Fero dan Mia belum pernah sama sekali merasakan. Yang ada hanya pertengkaran dan keegoisan dari pihak laki-laki hingga tidak ada jalinan kasih yang tercipta di dalam rumah tangga tersebut. Perlahan Mia mulai membaca dan memahami watak dari suaminya, dan ia juga tetap mengupgrade diri untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Langkah tanpa suara, sosok pria itu kini mulai mengambil actionnya, perlahan Fero pun mendekati Mia yang masih belum sadar akan aktifitasnya membaca novelnhya. Ingin rasanya Fero merengkuh tubuh sang istri saat ini yang tengah fokus membaca novel di hadapannya. Dipandang dengan seksama Mia pun masih belum sadar jika sang suami sudah berada dihadapannya. Begitu juga dengan Fero yang dapat hidayah darimana hingga berani mendekati sang istri seperti itu. Pria itu meneguk salivanya agar dapat merilekskan dirinya. Bohong jika Fero hanya merasa biasa-biasa saja ketika kini sudah berada di samping Mia. Nyatanya ia pun sama grogi dan merasa tidak pede untuk menyapa lebih dulu sang istri. Kegugupan yang menyerang diri Fero membuat tangan miliknya tidak bisa diam dan terus digerakkan untuk menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lama-kelamaan Mia yang tengah asik membaca pun kini mulai terusik. Setelah dilihat dalang yang mengganggunya tersebut adalah sang suami, sontak Mia pun sedikit kaget. “Mas … apa yang tengah kamu lakukan,” tanya Mia berhati-hati takut menyinggung hatinya. Ini kenapa malah nanya lagi, dia peka nggak sih sebenarnya. Aku sudah mengorbankan harga diri tapi dia hanya terlihat biasa biasa saja. “Mas …,” panggil Mia kembali. “Mmmm.” “Kamu sedang apa disini.” “Kamu lupa ini rumah siapa? Dan apakah kamu lupa juga kalau kamu disini itu hanya numpang, jadi tolong sadar diri ya.” Tuhan memang sangat suka sekali membolak-balikan hati hambanya, sempat bahagia walau sesaat lalu dalam sekejap langsung dihempaskan begitu saja secara bersamaan pula. “Iya maaf mas, kalau hadirnya aku hanya menjadi beban bagi kamu, lantas sekiranya agar kamu tidak merasakan hal tersebut maka hal apa yang harus aku lakukan?” Kalimat yang dilontarkan layaknya Mia seperti sudah ingin mulai menyerah, tapi di satu sisi ia masih pengen menjalankan ibadah terindah terlamanya tersebut, tapi jika waktunya tiba dan sang suami masih kaku dan bersikap bodo amat terhadap dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD