2

1477 Words
Hari ini adalah hari pertama Saga mengikuti orientasi mahasiswa. Seperti biasa, Saga berangkat naik angkot bersama sobatnya. Mereka tidak sarapan sate pagi ini. Gerobak satenya sudah mereka jual. Jadi mereka sarapan seadanya saja di restoran Hanasama. Selama di angkot, kepala Saga penuh dengan sosok Ayano. Sangat wajar mengingat Saga baru pertamakali merasa jatuh cinta. Senyum Ayano, suara Ayano, cara berjalan Ayano, semuanya ada di khayalan Saga. Setiap kali membayangkan wajah Ayano, jantung Saga serasa dipompa lebih cepat. Kalo bahasa Jermannya 'berdebar-debar'. Setelah tiba di kampus, Saga dan Argi langsung berpisah. Mereka berkumpul dengan kelompok masing-masing. Untuk pertamakalinya dalam sejarah, Saga tiba pertama dalam acara kumpul kelompok. Padahal biasanya dia tidak pernah datang. Yah, mungkin karena saking semangatnya ingin bertemu Ayano. Argi sampai kehabisan kata-kata. Sebenarnya, istilah rezeki dipatok ayam tidak berlaku bagi Saga. Meski Saga sering bangun siang, ATM-nya tetap terisi banyak setiap bulannya. Yah, resiko punya orang tua triliuner memang begitu. Tapi, ada untungnya juga Saga bangun pagi-pagi. Rezeki memang selalu datang pada orang yang bangun cepat. Ayano ternyata orang yang datang kedua. Dia langsung menghampiri Saga dengan wajah riang gembira. "Selamat pagi Saga!" Ayano tersenyum ramah. "Selamat pagi, Ayano." Saga membalasnya. Saga merasa ada yang aneh. "Loh, Ayano sudah bisa bahasa Indonesia?" "Iya saya belajar, sedikit-sedikit." Meski bicara bahasa Indonesia, logat bicaranya masih terdengar kaku. "Wah, hebat kamu Ayano." Saga tetap memujinya. Tak lama setelah itu, anggota kelompoknya mulai berdatangan. "Good morning, Asep!" Ayano menyapanya. Semua mahasiswa yang datang disapa oleh Ayano. Tapi semuanya disapa memakai bahasa Inggris, hanya Saga saja yang disapa memakai bahasa Indonesia. "Ah, mungkin Ayano sadar gua gak bisa bahasa Inggris," batin Saga. Setelah semua berkumpul, mereka langsung melaksanakan tugas pertama. Yaitu keliling kampus untuk meminta tanda tangan Dekan dan Dosen Kepala. Tujuannya agar mereka bisa mengenal tata letak kampus sekaligus mengenal para petinggi di fakultas. Selama berkeliling di kampus, Saga yang berjalan paling belakang sering cari-cari kesempatan untuk memandangi Ayano. Tindakan Saga tersebut disadari oleh Asep. "Ciee, ngeliatin Ayano terus. Lu suka ya sama dia?" Asep merangkul pundak Saga. "Iya, soalnya dia mirip artis Jepang favorit gua." Saga menjawab asal biar cepat beres. "Gua bilangin ya ke Ayano." "Eh, jangan sekarang. Malu gua." "Haha, yaudah, lu aja yang bilang sendiri nanti." Asep melepas rangkulannya. Mereka pun sampai di depan ruang dekan. Kalau di SMA dekan itu adalah Kepala Sekolah. Sebagai mahasiswa baru, mereka masih merasa takut untuk masuk ke dalam. Mereka belum terbiasa. Setelah ribut sedikit, akhirnya Asep yang harus mengalah karena dia ketua kelompoknya. Asep akhirnya masuk ke dalam setelah mengetuk pintunya. "Permisi Pak, kami mau minta tanda tangan." Asep meminta dengan halus. "Oh. Mau minta tanda tangan aja, ya?" Lelaki tua berkumis itu menatap tajam. Mereka pun terdiam. "Enggak Pak, kami juga ingin berkenalan." Seorang gadis di kelompok Saga ikut berbicara. Dia berhasil mencairkan suasana. "Oh, yaudah, silakan berkenalan." Mereka semua akhirnya mulai melakukan perkenalan, yang pertama kali memperkenalkan diri adalah Ayano. "My name is Shiraishi Ayano. I came from Japan. I want to be a good vet. So, I will study hard here. Thank you very much, Sir." Ayano menundukkan kepala. Dekan kampus Saga ternyata cukup keren. Dia membalas perkenalan Ayano menggunakan bahasa Jepang dan terdengar sangat fasih. Ayano langsung tersenyum-senyum dan membalas dengan bahasa Jepang juga. Mereka berdua jadi asik mengobrol dengan menggunakan bahasa Jepang. Semua anggota kelompok hanya bisa melongo karena tidak mengerti dengan apa yang mereka obrolkan. Saga senyum-senyum sendiri melihat Ayano yang sedang antusias. Akhirnya tiba lah giliran Saga untuk memperkenalkan diri. "Nama saya Saga Rezaludin. Saya ingin jadi dokter hewan biar bisa ngobatin anjing saya yang bernama Catty." Saga berkenalan dengan santai. "Rezaludin? Kamu kan Saga Harvent anak teman Bapak." Mendengar nama Harvent, teman sekelompoknya langsung memandangi Saga. Saga hanya tersenyum canggung, Pak Dekan sepertinya lupa bahwa seharusnya dia menyembunyikan identitas Saga. Setelah beberapa saat, Pak Dekan pun mengkoreksi perkataannya. "Eh, bukan ya? Maaf, maaf, wajahmu mirip sama anak temen Bapak. Namanya juga Saga. Maaf, maaf, hahaha." Pak Dekan jadi salah tingkah. Asep langsung menepuk pundak Saga. "Anjayy, kirain lu anak keluarga Harvent. Kaget banget gua." "Iya ih, kirain Saga anak keluarga Harvent. Aku bakal kejar kamu kalau kamu anak keluarga Harvent!" Gadis di sebelahnya menyenggol lengan Saga. "Enggak, bukan. Gua orang biasa, hahaha." Saga mencoba bertingkah normal. Pak Dekan dan anak kelompoknya jadi membicarakan keluarga Harvent gara-gara hal itu. Saga hanya mengangguk berpura-pura bodoh. Mereka membicarakan Saga Harvent, padahal orangnya sedang ada bersama mereka. Banyak gosip miring tentang keluarga Harvent yang mereka bicarakan, tapi Saga tidak memperdulikannya. Sementara itu, Ayano tidak bisa mengikuti percakapan karena dia tidak mengerti apapun tentang keluarga Harvent. "Sudah, sudah. Kalian semua belajar yang semangat, ya. Jadilah dokter hewan yang hebat!" "Siap, Pak!" *** Kelompok yang lain sudah pada pulang. Kelompok Saga masih keluyuran di kampus. Obrolan panjang dengan dekan tadi membuat perjalanan mereka jadi terhambat. Sekarang, saatnya dosen terakhir yang akan mereka datangi. Namanya Dr. Daffa, dia Dosen Kepala di Departemen Anatomi Veteriner. Karena sudah lelah, mereka pun bergegas masuk agar tugas mereka bisa cepat selesai. Dr. Daffa bisa dibilang dosen yang perfect. Meski Saga cowok, dia mengakui kalo Dr. Daffa itu ganteng banget, mungkin sedikit di atas Argi. Selain itu, dia masih muda. Umurnya masih 26 tahun, masih jomblo pula. Cewek-cewek di kelompoknya dibuat kesengsem oleh pesonanya. Meski begitu, Saga tidak iri atau apa. Saga malah senang karena Dr. Daffa orangnya sangat ramah. Topik obrolan Saga dan Dr. Daffa satu frekuensi. Lebih dari itu, dia bahkan memberi Saga nomor kontaknya agar bisa mengobrol lebih lanjut. Dr. Daffa adalah tipe dosen kesukaan Saga, enak diajak ngobrol dan bisa menjadi tempat untuk bertanya-tanya tentang perkuliahan tanpa rasa sungkan. Akhirnya, tugas mereka pun selesai. Mereka berpamitan dan bubar untuk pulang ke rumah masing-masing. Saat melewati kantin, Saga melihat Ayano sedang makan bakso sendirian di bawah matahari yang mulai tenggelam. Pesonanya saat mengunyah bakso dan menyeruput kuahnya membuat hati Saga berdebar-debar. Meski gugup setengah mati, Saga memaksakan diri untuk mendekati Ayano. Semakin dekat jarak mereka, jantung Saga semakin dipomba lebih cepat. Setelah melewati perjuangan yang berat, Saga akhirnya sampai di depan meja Ayano. "Ayano, boleh saya duduk di sini?" Ayano mengangkat wajahnya dan mengangguk. Saga tidak mengajak Ayano mengobrol karena dia sedang menikmati baksonya. Saga pura-pura main hapenya sambil kadang mencuri-curi pandang. Dengan ditemani angin yang sejuk dan lampu kantin yang mulai menyala, Saga menahan diri agar tidak gugup. Karena dingin, Saga menutup resleting jaketnya. "Bakso itu enak, sekali ya saya, sangat suka di, Jepang tidak ada." Ayano berucap setelah menghabiskan baksonya. Saga menahan tawa mendengar logat bahasa Indonesianya yang lucu. "Oh, bakso emang enak. Saya juga suka." Saga tersenyum. Mereka berdua kemudian terdiam karena tidak ada topik pembicaraan. Itu hal yang wajar mengingat mereka baru saling mengenal, tidak bisa langsung akrab. Setelah diam cukup lama, Saga akhirnya berbicara. "Ayano, kenapa kamu ngomong bahasa Indonesia sama saya? Sama yang lain kan pake bahasa Inggris?" Saga bertanya pelan-pelan takut Ayano tidak bisa mengikuti. Ayano diam sebentar, kemudian menjawab. "Oh soalnya saya, belum lancar bicara, bahasa Indonesia saya, takut salah." Suaranya masih kaku, logatnya masih terasa Jepang. Intonasinya juga salah, membuat Saga terus menahan tawa. "Saga terlihat seperti, orang baik jadi, saya ngomong bahasa, Indonesia sama Saga, saja sekalian belajar, sedikit-sedikit jangan, kasih tahu yang, lain ya." Ayano menaruh jarinya di depan bibir. Saat itu, Saga merasa cita-citanya sudah tercapai dan siap mati sekarang juga. Memiliki rahasia berdua dengan Ayano, serta sedikit dispesialkan oleh dirinya membuat Saga terbang ke langit. "Oh iya, baiklah... kalau... begitu..." Saga menjawab dengan gugup. "Kalau begitu Saga, mau kan mengajari, saya bahasa Indonesia?" Ayano memandangnya. Saga kaget bercampur senang. "Oh iya, siap. Tentu saja boleh. Saya sangat senang," jawab Saga dengan salting. "Horeee kalau begitu, setiap saya bicara, tolong kasih tahu, ya kalau ada, yang salah." Ayano menangkupkan kedua lengan. Saking senangnya, Saga tidak bisa menjawab. Dia hanya mengangguk. "Nanti ajari saya, logat bicara yang, baik dan benar, juga ya Saga." Ayano menambahkan. Saga mengangguk lagi. Setelah itu, mereka berdua pulang ke rumah masing-masing. *** Di tempat ngetem angkot ternyata Argi sedang duduk sendirian. "Sag, lu kok senyum-senyum gitu, sih? Oh. Pasti karena cewek Jepang itu, ya?" Argi coba menebak. "Hehehe." Saga hanya tersenyum-senyum. Argi juga ikut bahagia. "Eh, Gi. Ngapain lu malem-malem diem di sini? Nungguin si Jenni?" Saga menatap Argi yang sedang bermain handphone. "Kan gue sobat lu. Masa lu gue tinggalin," jawab Argi sambil tersenyum ke arahnya. Saga langsung menjitak kepala Argi. Sudah senang karena bisa mengobrol dengan Ayano, Saga juga senang dengan kesetiakawanan teman terbaiknya. "Halah, lu paling ngincer duit gua aja. Ngaku deh." "Emang, kalo gua deket sama lu, siapa tau gua juga dapat warisan keluarga lu, hahaha." "Tuh kan, sudah gua duga, hahaha." Mereka berdua berdiri menunggu angkot yang lewat menuju kontrakan sederhana yang mereka sewa khusus untuk kuliah di kota Bandung ini. Mereka berdua asalnya dari Surabaya, dan merantau ke tempat ini agar identitasnya tidak diketahui. Tak lama kemudian, angkot sudah ada. Dengan bergegas, mereka berdua pulang menaiki angkot.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD