Diluar rencana

2000 Words
Emily tidak pernah berpikir bahwa ia akan ada diposisi ini. Emily hanya ingin pulang ke apartemennya dan segera beristirahat. Namun kenyataan yang terjadi sekarang kepulangannya kali ini nampaknya akan rumit. Emily mendadak bingung melihat Lukman yang mendapati dirinya bersama dengan Wisnu. Otaknya mendadak macet karena situasi dan rasa lelah yang ia rasakan dan kebingungannya semakin bertambah ketika Emily mendengar suara Kafka. "Em..." Emily menoleh kaget kemudian meringis mendapati keberadaan Kafka di kantornya, "Kaf.. Kok elo ada disini?" Kafka menggaruk kepalanya kikuk menyadari situasi yang sedang terjadi, "Gue udah chat elo tadi mau ajak elo balik bareng, tapi elo enggak bales jadi gue tanya sama resepsionis dan pas call ke ruangan elo katanya elo masih ada meeting belom balik. Jadi gue tungguin aja.." Emily memejamkan matanya dan menatap Kafka dengan pandangan bersalah, "Sorry, Kaf. Gue meeting tadi jadi enggak cek ponsel.." Kafka pun menatap dua pria lain yang ada di dekat Emily. "Jadi?" Kafka bertanya dengan nada bingung. Emily tersenyum kikuk dan bingung lalu menatap Kafka, Lukman dan Wisnu yang ada di dekatnya itu satu per satu. "Saya pengennya langsung pulang. Hari ini saya cukup capek." Emily menatap Wisnu dan Lukman, "Saya pulang bareng Kafka saja. Saya dan Kafka tinggal di apartemen yang sama jadi jelas kami satu arah." "Tapi elo perlu makan dulu, Em. Kalo enggak yang ada lo bisa drop deh," Kafka berucap sambil menatap Emily. Wisnu mengangguk membenarkan ucapan Kafka, "Kita makan sama-sama di dekat sini, gimana? Setelah itu kamu bisa pulang dengan Kafka." Wisnu berucap sambil menatap Emily dan Kafka secara bergantian. Emily memasang wajah ragu. "Rencana Pak Wisnu boleh juga. Toh sudah malam, waktunya makan malam juga. Kita makan deket sini lalu kamu bisa pulang dengan Kafka sesuai dengan rencana kamu." Emily menghela nafas panjang. Ia akhirnya mengangguk setelah melihat Lukman mengangguk pelan dan tersenyum seakan mengiyakan rencana Wisnu. Emily akhirnya mengikuti rencana Wisnu dan memilih untuk berangkat dengan Wisnu karena posisinya yang lebih dekat dengan kendaraan Wisnu. Bagi Wisnu, ini kesempatan untuk mengetahui tentang Emily dan Lukman dan selain itu kehadiran Kafka membuatnya penasaran. Wisnu menggunakan kesempatan ini untuk mengenal keduanya. Sementara di dalam kepala Lukman, ia hanya tidak ingin Emily menghabiskan waktu dengan Kafka lebih banyak tanpa ia ketahui. Karena jika Emily pulang bersama dengan Kafka tapi belum makan malam maka Kafka pasti akan mengajak Emily untuk makan malam tanpa dirinya dan itu hal yang ia hindari. Kafka sendiri memang tidak berencana pulang bareng dengan Emily tapi karena ada tugas yang diberikan Adriel ke gedung Algantara menggantikannya, ide pulang bersama pun tercetus dikepalanya. Ia menunggu di lobby setelah memastikan Emily masih ada di kantor. Ia pun langsung mengejar Emily dari kejauhan dan ketika sampai di dekat Emily, Emily sudah bersama dengan Lukman dan Wisnu. Kedua pria yang sebenarnya tidak asing lagi di mata Kafka. Ia sudah beberapa kali melihat keduanya dalam acara-acara Adriel Dirgantara. Ketiganya saling mengenal tapi hanya sekedar mengetahui nama dan pekerjaannya saja. Rencana Wisnu pun dimulai. Wisnu membawa Emily menuju sebuah restoran cepat saji yang letaknya tidak jauh dari kantor mereka karena Emily berkata ia hanya ingin makan burger saja dan Wisnu pun mengikuti keinginan Emily. Lukman dan Kafka yang mengikuti keduanya dari belakang dengan kendaraan mereka masing-masing pun memarkirkan kendaraan mereka dengan segera ketika mereka sudah memasuki kawasan restoran. Keempatnya memesan makanan mereka dan Emily tetap pada pilihan awalnya. Ia memesan sebuah burger. Wisnu duduk di sebelah Emily lalu di depan Wisnu ada Kafka yang duduk bersebelahan dengan Lukman. Suasana sempat terasa kikuk hingga Kafka dan Wisnu saling berbincang satu sama lain. Perbincangan keduanya perlahan mencairkan suasana. Keempatnya pun mulai makan bersama sambil sedikit berbincang-bincang mengenai pekerjaan mereka sementara Emily memilih lebih banyak diam walau sesekali ikut menanggapi tapi sebenarnya ia sedang tidak dalam mood yang baik untuk berkumpul dan berbincang. "Elo abis meeting juga tadi, Mas?" Kafka bertanya dengan nada santai pada Wisnu. Wisnu mengangguk berdusta. Ia menunggu Emily. "Jadi kalian tinggal satu gedung? Kalian sering pergi bareng?" Wisnu bertanya pada Kafka sebagai bentuk respon timbal balik percakapan mereka. Kafka menggelengkan kepalanya, "Baru tau juga sih belum lama ini. Enggak sengaja ketemu di apartemen, Mas. Ini juga iseng aja soalnya tadi gue baru ada urusan disini jadi gue pikir sekalian." Wisnu mengangguk mendengar jawaban Kafka. Satu informasi Wisnu dapatkan. Kafka dan Emily tidak sedekat itu. Kafka sendiri menoleh menatap Lukman, "Mas Lukman lagi enggak ikut Pak Ryandra? Gue denger dari Pak Adriel kalo Pak Ryandra ke Boston." Lukman menoleh ke arah Kafka dan menggelengkan kepalanya, "Raven yang ke Boston, Kaf. Saya diminta stay disini." Lukman lebih banyak diam dan menjawab hanya jika ada pertanyaan yang datang padanya. Lukman tidak memberikan pertanyaan balasan. Lukman sibuk memperhatikan Emily. Disana ada tiga pria yang seakan memperhatikan satu sama lain dengan fokus yang sama. Emily. Wisnu pun menatap Lukman, "Habis meeting juga, Man? Kok baru balik jam segini?" Lukman menatap Wisnu dengan senyum tipis sambil menggelengkan kepalanya, "Saya memang sengaja menunggu Emily. Saya mau mengajak dia makan bersama." Wisnu mengangguk mendengar jawaban Lukman, Wisnu menangkap Lukman ingin memberi tau padanya bahwa ia memang memiliki hubungan dengan Emily. Wisnu merasa Lukman memberi batas yang jelas berbeda dengan Kafka yang lebih terlihat santai. Setelah pertanyaan Wisnu pada Lukman, tidak ada lagi percakapan lainnya. Emily yang sudah selesai dengan burgernya pun sudah terlihat sangat lelah dan ia tidak mau berlama-lama disana. Emily langsung mengajak Kafka untuk pulang dengan segera dan ketika melihat Kafka juga sudah selesai dengan makan malamnya. Lukman memberikan pandangan tidak rela namun Emily sudah memutuskan bahwa ia akan pulang bersama dengan pria itu sehingga Lukman hanya bisa membiarkan Emily pulang dengan Kafka. Sementara Wisnu memperhatikan interaksi satu sama lain sebagai pengamat. *** Keesokan harinya semua berjalan seperti biasa. Emily berangkat kerja seperti biasa dan sampai di kantor jam tujuh pagi dan melakukan kebiasaannya dengan ketiga rekannya. Masih belum ada pengganti Mila dan sejauh ini tim F&B berada dibawah Wisnu secara langsung. "Si Wisnu ternyata perfeksionis juga loh. Kemarin gue temenin dia interview, kayak nemenin si Ryandra. Mendadak serius dan ketus," Bayu berucap dengan nada takjub sendiri. Hilman, Langit dan Emily kompak mengerutkan alisnya. "Tapi dia enggak pernah keluarin taringnya itu kalo meeting sama kita, kan? Friendly aja gitu orangnya," Hilman memberikan tanggapan. Langit mengangguk membenarkan. "Karena kerjaan kita enggak ada yang ngaco. Gue yakin kalo kerjaan kita ngaco, dia bakal keluarin taringnya," Emily dengan santai ikut menanggapi. Bayu mengangguk membenarkan ucapan Emily, "Punya atasan jelmaan ibliis macem Ryandra sama Adriel bikin kita belajar banyak. Raja sama panglimanya ibliisss aja bisa kita atasi, ini pangkatnya lebih rendah. Aman kita jelas.." Percakapan keempatnya berakhir ketika Wisnu datang dengan segelas kopi yang ia bawa dengan senyum yang merekah di wajah pria itu. "Lebih dari satu dekade gue kerja disini. Baru kali ini gue sadar matahari beneran nyata." Bayu berucap dengan nada lebay saat Wisnu berhenti di depan meja kerjanya dan menyapa keempat kacung kampret dengan wajah cerahnya. Emily yang mendengar ucapan Bayu pun merotasi bola matanya sementara Langit dan Hilman malah terkekeh. Wisnu menaikkan sebelah alisnya mendengarkan ucapan Bayu. Bayu terkekeh, "Biasanya kepala divisi disini mukanya datar semua tiap pagi. Baru beberapa bulan ini aja elo yang dateng dan sumeringah kayak abis dengar bonus cair." Wisnu tertawa, "Bonus cair nanti sore, Bay. Aman..." Bayu langsung menepuk tangannya memberikan kedua jempolnya pada Wisnu, "Keren nih. Koneksi lo tanpa batas juga. Sekali dikasi kode langsung nyangkut." Wisnu tergelak mendengar ucapan Bayu. Sebagai seorang karyawan, kabar bonus cair di hari gajian jelas adalah hal yang ditunggu. "Ayo, mulai kerja. Sudah jam delapan." Wisnu menyudahi sesi obrolan santai mereka lalu berjalan lurus ke arah ruangannya. Wisnu melihat Emily yang sudah lebih ceria hari ini. Wisnu yakin wanita itu cukup istirahat semalam berbeda dengannya yang tidak bisa tidur dan memerlukan bantuan secangkir kopi pagi ini. Sesuatu menganggu Wisnu namun pria itu sudah berjanji untuk tidak ikut campur dalam urusannya dengan Lukman namun rasa penasaran kembali menggerogotinya kemarin setelah Wisnu melihat keduanya nampak lebih rileks. Tidak lagi ada pandangan diam-diam yang memancarkan rasa rindu. Pandangan itu sudah berganti dengan tatapan cemburu yang Lukman layangkan pada Emily. Apa yang sudah terjadi? *** Mereka semua fokus bekerja hingga jam istirahat tiba, Emily memilih makan di dalam ruangan bersama dengan ketiga rekannya menikmati makanan yang Emily pesan melalui aplikasi online. "Em, Mila ngabarin gue kalau ngundang ke rumah Ibuknya, mau ada acara syukuran disana. Baru selesai renovasi. Lo udah dikabarin?" Bayu bertanya sambil menyantap makanannya. Emily mengangguk, "Udah. Sabtu ini, kan?" Bayu mengangguk, "Bareng Hilman aja nanti elo berangkatnya. Si Hilman kan searah sama elo." Emily terdiam sebentar mendengar ucapan Bayu, "Gue kayaknya bisa barengan si Kafka. Gue ternyata tinggal satu gedung sama dia." Ketiga pria yang berada di dekat Emily itu kaget dan saling memandang satu sama lain, "Kafka? Sekertarisnya Pak Adriel?" Langit bertanya memastikan. Emily mengangguk pelan. "Iya. Gue juga baru tau belum lama ini. Enggak sengaja ketemu. Gue sama dia unitnya di tower yang sama cuma beda lantai aja." Ketiganya mengangguk-angguk pelan mendengar cerita Emily lalu kembali menyantap makan siang mereka. Wisnu hari ini meeting diluar bersama dengan kepala divisi lain membahas kinerja bulanan tiap divisi. Wisnu kembali dengan wajah lelah dan ia duduk di kursi kosong meja Mila dulu dan merebahkan kepalanya diatas meja. "Lelah sangat nampaknya, bos." Bayu berucap dengan nada prihatin melihat kondisi Wisnu. Wisnu mengangguk. "Tadi team sales sempet rame sama anak after sales. Gue pusing dengerin mereka berdebat dan gue lapar." Bayu memandang kasihan Wisnu lalu menatap Emily, "Tolongin bos kita, Em. Kasian kalau dia tumbang kelaparan. Pesenin makanan coba dari online." Wisnu menatap Emily dengan pandangan memelas, "Tolongin saya boleh? Saya enggak ada tenaga buat mikir." Wisnu menyerahkan ponselnya pada Emily, "Pesen sekalian buat yang lain boleh. Saldo aplikasi saya masih banyak kok." Emily pun dengan ragu menerima ponsel Wisnu dan pria itu malah meloyor pergi meninggalkan meja yang dulu Mila pakai menuju ruangannya. Emily menatap ketiga rekannya satu per satu dengan wajah bingung. "Ini mau dipesenin apa?" Emily bertanya dengan nada bingung. Bayu terdiam sejenak berpikir, "Pesen pizza aja udah. Ditempat Pizza kan ada nasi. Pesenin dua porsi. Gue yakin dia butuh energi lebih. Dia kayak orang abis pulang perang." Emily pun mengangguk dan tertegun melihat wallpaper ponsel Wisnu. "Enggak dipassword ini ponsel." Hilman melongo mendengar ucapan Emily, "Hari gini ada orang yang ponselnya enggak di password? Daaebaakkkk.." Emily sendiri kaget karena itu. Emily memilih membuka aplikasi tujuannya dan memesan beberapa makanan untuk Wisnu dan beberapa makanan lain untuk sharing. Ketika makanan datang, Emily mengantar makanan itu ke dalam ruangan Wisnu. Pria itu nampak pucat. "Bapak baik-baik saja?" Emily bertanya memastikan kondisi Wisnu. Wisnu tersenyum tipis, "Saya hanya kurang tidur. Ada yang cukup menganggu sehingga saya tidak bisa berhenti berpikir." Emily pun hanya mengangguk pelan, "Saya letakkan makanan dan ponsel bapak disini, ya. Saya permisi..." Sebelum Emily keluar, Wisnu memanggil Emily membuat wanita itu menghentikan langkahnya, "Ly, kita sudah berteman, kan?" Emily mengerutkan alisnya sedikit mendengar pertanyaan pria dihadapannya sambil mengangguk ragu dan menerka maksud dari pertanyaan Wisnu. "Kalau teman itu boleh saling curhat, kan?" Wisnu bertanya lagi. 'Emangnya gue ada potongan kayak mamah dedeh? Pake diajakin curhat.' Emily menahan diri untuk tidak menyemburkan isi kepalanya itu. Emily berusaha hati-hati menjawab pertanyaan Wisnu, "Kalau saya, saya merasa tidak kenal dekat, saya tidak bisa cerita, Pak. Tapi balik lagi, setiap orang kan beda-beda." Wisnu mengangguk pelan dan mulai mengambil makanan yang Emily bawa. "Saya makan, ya. Terima kasih, Ly." Emily mengangguk dan langsung memilih untuk pamit sebelum Wisnu kembali membahas hal aneh. Emily lebih memilih kembali bekerja untuk menyelesaikan deadline pekerjaannya. Emily duduk di kursinya dan mulai mengumpulkan fokus kembali pada layar laptopnya namun fokusnya buyar saat sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Sebuah pesan yang berasal dari mamanya. Papa dan Mama sudah mengatur makan siang hari sabtu nanti. Hari jumat kamu pulang ke rumah. Kita berangkat sama-sama. Kamu kenalan dulu sama Azka. Masalah kalian saling cocok atau tidak itu beda urusan. Emily menghela nafas panjang membaca pesan yang Mamanya kirim. Emily kira rencana itu sudah pupus karena tidak ada kabar lanjutan tapi nyatanya rencana itu tetap berlanjut dan pertemuannya akan dilakukan sabtu ini. Kini Emily berharap ia memiliki kekuatan menghilang demi menghindari pertemuan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD