Bab 7. Tentang Laut dan Sebuah Perasaan

1360 Words
Aku menyerah. Dante berhasil menangkapku, bahkan dia juga membawaku lebih mendekati laut membuat badanku setengah basah oleh air laut. Sayangnya air laut ini tidak bersahabat denganku, membuat kulitku terasa gatal. " Kenapa? Kok garuk-garuk gitu?" Tanya Dante saat kami berdua berjalan kembali ke meja dinner yang sudah kami tinggalkan sebelumnya. " Air laut ini tidak cocok untuk kulitku, rasanya gatal sekali" Ujarku. Aku berhenti dan menaikkan sedikit celana, mengaruk kulit sampai perih rasanya. Mungkin sudah iritasi karena sering di garuk. Tiba-tiba saja, Dante menggendongku ala bridal style. Sontak membuatku membulatkan mata, tidak bisa percaya dengan apa yang dilakukan Dante sekarang. " Apa yang kamu lakukan?. Turunkan aku sekarang juga!" Berusaha dengan segala cara agar Dante menurunkanku. Alhasil, ia mengubah cara meggendongku dengan cara yang sangat tidak aku suka, seperti seseorang yang memanggul beras. Membuat kepalaku terasa pusing karena semua darah mengumpul di kepala. Plakk... " Jangan mengelak. Kini saatnya kita makan malam, aku tidak mau telat sedetik pun untuk menunjukkanmu sesuatu" Dante memukul bokongku, sebenarnya tidak terlalu terasa sakit. " Iya, tapi jangan bawa aku seperti ini. Aku sangat pusing, di tambah kakiku sangat gatal" " Diam dulu!" Ujar Dante dan kembali memukul bokongku. Sesampai di depan meja dinner, Dante menurunkanku. Karena tidak bisa menjaga keseimbangan, aku sedikit limbung. Untung saja Dante bisa dengan sigap menangkapku. Musik langsung di mainkan saat aku berada dalam pelukan Dante. Alunan musik ini semakin membuatku semakin nyaman memandang wajah tampan Dante. Sangat tidak menyangka bahwa ia bisa menjadi pria yang seperti ini. Kini saatnya akulah yang harus memantaskan diri untuknya, meski hanya selama setahun ke depan. Alunan musik selesai di mainkan. Dante juga tidak lagi memelukku, namun tatapannya mas sama, terlihat manis kepadaku. Ingin rasanya berteriak pada dunia yang tidak adil ini. Dia yang aku cinta adalah milik perempuan lain. Aku bisa memilikinya hanya sebatas sebagai seorang perempuan yang hina, dengan sangat tidak tahu dirinya menyewakan rahim untuk suatu hal. " Kamu akan ikut dengan seorang perempuan, dia akan menjadi penjaga mu" Bisik Dante. " Siapa?" Tanyaku. " Mari ikut saya, nona" Mataku langsung mengarah ke sumber suara. Seorang perempuan dengan pakaian serba hitam, rapi dan beberapa laki-laki yang berpakaian sama di belakangnya. " Dia siapa?" Tanyaku. " Ikutlah dengannya, nanti kamu akan tahu" Akhirnya aku ikut dengan perempuan itu. Dia membawaku ke sebuah ruangan. Awalnya takut masuk ke sana, tapi setelah masuk ke ruangan itu, rasanya tidak ingin keluar lagi. Di dalam ruangan itu terdapat serba serbi kecantikan, mulai dari baju dengan model yang berbagai macam, berbagai jenis alas kaki, alat make up dan masih banyak lagi. " Selamat datang, Nona Cinta. Perkenalkan saya Nia, asisten nona. Dan mereka juga asisten nona, tapi sepertinya tidak terlalu penting jika saya memperkenalkan mereka satu per satu. " Hai, Nia. Jangan panggil aku dengan sebutan nona, cukup Cinta saja. Dan apa yang akan aku lakukan malam ini?" Tanyaku sambil melihat-lihat beberapa baju yang cocok untukku pakai malam ini. Tapi tunggu, ini memang di siapkan untukku atau untuk orang lain. Astaga, lancang sekali aku. Seharusnya aku tanyakan dulu sebelum melakukan ini. " Maaf, Nia. Ini semua di siapkan untukku, kan?" " Tentu, Cinta. Namun sebelum itu, anda harus membersihkan diri terlebih dahulu" Nia membawaku kembali ke ruangan yang berbeda, seperti kamar mandi. Namun menurutku ini lebih mewah dari yang biasanya aku temui. Kali ini di dalam airnya sudah di tambahkan bunga dan beberapa pengharum badan. Aromanya juga adalah aroma favoritku, lemon. Aroma yang sangat wangi dan berkelas, menurutku. " Sebelum kita berias, kita mandi dulu, Cinta" Ujar Nia. Sedikit ambigu sehingga membuatku sedikit kebingungan. " Maksudmu, kamu dan aku akan mandi bersama? Kebetulan sudah tersedia bath up yang sama" Ucapku. " Alright!. Kalian bisa keluar dari ruangan ini. Tinggalkan kami, hanya berdua saja. Jangan coba-coba untuk mengintip. Jika tidak, kalian hanya akan tinggal nama saja" Ujar Nia tegas. Aku saja sampai merinding mendengarnya mengatakan hal itu pada beberapa laki-laki yang ukuran tubuhnya lebih besar dari dirinya sendiri. Ajaibnya, mereka menuruti ucapan Nia. Mereka meninggalkan kami berdua saja di ruangan itu. Tanpa malu, Nia menurunkan pakaiannya di depanku. Kalau kita pikir secara logika, ia tidak mungkin dengan cepat melakukan itu, bahkan tanpa ada rasa malu sedikitpun di depanku. Apakah dia memang benar-benar seorang perempuan tulen?. " Tenang saja. Aku adalah perempuan tulen. Lagipula untuk apa malu telanjang di depan sesama perempuan. Toh juga kita memiliki hal yang sama, cuma ukurannya saja yang berbda" Ujar Nia membuatku tertawa. Dan benar juga, menurutku. Kecuali jika seorang perempuan melorotkan pakaiannya di depan pria yang tidak di kenalnya, itu adalah suatu hal yang patut di curigakan. Aku juga membuka pakaianku dan masuk ke dalam bath up itu. Membenamkan tubuh, dan merasakan sensasi yang diberikannya. Sangat nyaman, apalagi di tambah dengan aroma yang di tambahkan semakin membuatku nyaman berada dalam suasana ini. " Nyaman sekali rasanya" " Senyaman berada di samping Tuan Dante, kan Cinta?" Tanya Nia. Aku tersenyum. Memang nayaman, tapi tidak bisa selamanya. Hanya sampai satu tahun saja. " Tahu gak? sejujurnya Tuan Dante telah mencari Anda cukup lama" " Tolong jangan terlalu formal seperti itu, Nia. Aku sama sekali kurang nyaman kalau harus bicara seperti itu" Ujarku mengutarakan ketidak nyamanan yang aku rasakan. " Baiklah. Cinta, kamu mau mendengar cerita gak?" " Tentu. Berceritalah, sambil berendam, rasanya terdengar menarik" Ujarku dan kembali menikmati sensasi yang di berikan. " Sebenarnya aku dan Dante telah lama mencarimu, bahkan sebelum Dante menikah. Aku dengannya cukup dekat sebagai seorang atasan dan bawahan, tapi tenang saja aku tidak akan bertindak lebih. Orang tuaku pernah bekerja di keluarganya, karena itu aku tidak mungkin akan bertindak terlalu jauh. Dulu Dante sangat menolak perjodohan yang dilakukan keluarganya dengan salah satu keluarga terpandang di Inggris. Dia menolak dengan alasan ingin mencarimu dahulu. Dante telah diberikan waktu untuk mencarimu sebelum perjodohan benar-benar di lakukan, tapi dia tidak bisa menemukanmu. Alhasil akhirnya dia menikah dengan si licik itu. Dante menikah seperti hitam di atas putih, tidak seperti pasangan pada umumnya. Istrinya memiliki laki-laki lain selain Dante. Dante tahu itu, sedangkan keluarganya tidak. Bahkan isterinya sama sekali tidak peduli. Hal itu juga yang membuat Dante memutuskan untuk tinggal di Indonesia, alih-alih di Inggris" Ucap Nia membuatku semakin penasaran dengan cerita yang akan dia ceritakan selanjutnya. " Dante sangat senang bisa pindah ke negara ini kembali. Itu artinya ia bis mencarimu dengan lebih leluasa tanpa pantauan dari keluarga meski Dante sendiri sadar kalau sewaktu-waktu ia pasti akan di intai secara diam-diam. Singkat cerita, kedua keluarga menginginkan seorang anak dari Dante da isterinya sedangkan mereka berdua sama-sama tidak ingin melakukan hubungan yang lebih intim. Mereka berdua setuju untuk menyewa rahim dari seorang perempuan yang tentu saja menerima beberapa persyaratan darinya. Siapa sangka kalau ternyata kamu mengajukan diri untuk posisi itu, meski sebenarnya itu bukanlah hal yang benar. Tapi tahukan kamu, Cinta?. Dante sangat senang sekali saat mengetahui kalau sebenarnya kamu lah yang ia cari selama ini. Kami lelah mencarimu bahkan ke ujung dunia, tapi kamu sendirilah yang memunculkan diri" " Dia sangat senang, bahkan aku bisa melihat bahwa ia hampir saja menangis hari itu. Dia sepertinya masih sangat mencintaimu" Sepanjang Nia bercerita, aku masih meyakinkan diriku. Apakah aku masih benar-benar layak untuk mereka. Aku takut menjadi perusak hubungan mereka. Jika di bandingkan, mungkin aku bukanlah apa-apa dibandingkan dengan isteri Dante sekarang. Bingung, sangat bingung. " Cinta, bagaimana menurutmu tentang Dante? apakah ada dari dirinya yang berubah?" Tanya Nia. " Sebenarnya aku tak pantas menilai. Aku juga tak pantas untuk Dante. Aku hanya sebatas perempuan yang ia sewa rahimnya, tidak lebih. Selama setahun ke depan, aku akan menyandang posisi itu. Aku sungguh tak pantas, Nia. Aku takut merusak hubungan mereka. Meski sekarang aku mengaku memiliki perasaan ini atauitu, tapi tidak akan merubah kenyataan bahwa aku adalah perempuan yang hina" Aku sengaja membasuh wajahku dengan air di dalam bath up itu, sengaja menyembunyikan air mata yang tidak ingin aku tampakkan pada orang lain. Bahkan aku sendiri malu bisa seperti ini. " Aku paham, Cinta" " Kalau kamu paham, bolehkah kita ganti pembahasan?. Aku sama sekali tidak nyaman dengan topik ini" Ucapku. " Tentu. Aku masih memiliki banyak topik yang harus kita diskusikan" Ucap Nia. Dia juga sepertinya tidak nyaman dengan ucapanku yang tadi. " Iya, itu lebih baik daripada membicarakan hubungan tidak jelas ini" Gerutuku pelan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD