Perjalanan menuju Singapore sedikit mengesalkan. Beberapa kali aku bolak-balik ke toilet di pesawat karena muntah terus-terusan. Bahkan aku sama sekali tidak bertenaga untuk melakukan apapun itu. Aku hanya menyusahkan Dante saja selama 2 jam lebih perjalanan menuju Singapore. Bahkan mungin lebih dari itu karena gejolak muntah ini bermula di pagi-pagi sebelum subuh. Semua orang bangun karena ku, tak terkecuali juga untuk Queensha. Meski Dante sudah membeli rumah untuk kita, tapi aku tetap di rumahnya yang dulu bersama Queensha. "Kamu masih sangup untuk jalan?" Tanya Dante. Kita sudah sampai di Bandara Changi Singapore. Aku hanya mengangguk lemah dan Dante membawa dua koper besar milik kita berdua. Meski dia membawa koper itu sendirian, dia tidak pernah sedikit pun melepaskan lenganku. Da