"Arti Disa bagiku?" Saga menggumam. "Apa ya..?" "Dia tidak kalah penting bagiku seperti juga kamu menyayanginya," Saga menjawabnya sambil berpikir. "Mendengar ceritamu, mmm.. Aku juga merasakan kedekatan emosional khusus pada Disa." "Selain itu, aku jadi salah satu dari sedikit orang yang pernah melihat wajahnya. Itu spesial bukan?" Saga tersenyum. "Ya, ya, ya.." Tama menyunggingkan lengkungan di wajahnya. "Kamu bisa menjadi salah satu kandidat calon suami Disa nanti." Saga tertawa, "Suami? Kamu gila!" "Kenapa? Tidak mau? Tidak berani?" Tama ikut tertawa. "Kamu berani menolak adikku? Itu hanya akan membuatku marah." "Aku tidak akan berani membuatmu marah.." Saga kembali terbahak. "Good! Kalau itu kamu, aku percaya Disa berada di tangan yang tepat." Ucapan Tama membuatnya merasa