Arumi masuk ke dalam rumah dan menyampaikan soal tagihan iuran itu. Tapi Widuri bersikap masa bodoh dan mengabaikannya. "Jangan pedulikan mereka," Widuri berkata pendek sambil terus menonton televisi. Ia ingin marah marah, tapi kemudian teringat ucapan anaknya. Itu sebabnya ia bicara sependek mungkin. Widuri berusaha sekuat tenaga mengendalikan emosinya. Meski ingin rasanya menyentak "menantunya" itu karena sudah berani mengurusi persoalan rumah tangga mengenai iuran tersebut. Anggap dia pembantu, Widuri. Biarkan saja! Arumi memutuskan masuk ke dalam kamar. Ia tidak bisa juga mentransfer uang iuran itu saat ini juga, karena tidak ada mbanking di ponselnya. Selain itu, kalau aku transfer dengan uangku sendiri, takutnya jadi salah karena mama sudah melarangku. Satu satunya cara a