Masih dengan senyum yang sama, Lili memutus tatapan membunuh yang Kela berikan kepada Dhafin.
"Dia sahabat gue kali Dhaf. Lo mah sembarangan aja kasih nama sama dia," seolah lupa kalau tamu sedang mengantri untuk mengucapkan selamat padanya, Lili justru mengenalkan Kela pada Dhafin meskipun tidak secara langsung.
Lili mengalihkan tatapannya pada Kela, "Kel, ini Dhafin sepupu gue, anak dari kakak laki-laki mama gue," jelasnya. Kela hanya mengangguk tanpa minat. Moodnya hilang sejak mengingat lagi pertemuannya dengan laki-laki bernama Dhafin yang ternyata adalah sepupu Lili.
Ya Lord, dunia memang sempit. Keluh Kela dalam hati. Dhafin pun seolah tanpa minat dengan perkenalan itu. Dia telah berada sepenuhnya dihadapan Gerald. Tadi Dhafin memang belum sempat menyalami Gerald karena matanya sudah lebih dulu menemukan Kela hingga ia mengabaikan pengantin pria yang sudah siap mengulurkan tangannya. Dan sekarang Dhafin ingin menebus ketidak sopanannya itu terlebih dahulu.
"Selamat, bro?" ucap Dhafin tidak yakin dengan kata terakhirnya. Bro? bukan karena dia tidak tulus tapi Dhafin ragu dengan penggilan itu. Namun anggukan dan senyum terbuka dari Gerald sudah cukup bagi Dhafin untuk yakin memberi sedikit wejangan kepadanya.
"Tolong jaga Lili karena dia sepupu yang paling gue sayang, maklumi semua sifat dan sikap yang dia punya, bimbing dia dengan baik juga," ucap Dhafin tulus. Lili saja sampai meneteskan air mata.
Saat Kela bingung dengan sikap Dhafin, mama Lili membisikan jawaban itu untuknya. "Dhafin sangat dekat dengan Lili. Anak itu baru berhenti mengekori Dhafin saat lulus SMA," Kela menoleh pada wanita cantik itu. Kela mengangguk sopan sebelum matanya kembali menatap Dhafin yang saat ini telah berada dihadapan Lili.
Dhafin menatap sayang pada Lili, "maaf gak bisa ikut ngurus pernikahan lo, gue baru balik dari luar negeri," katanya.
Kela tercekat mendengar intonasi yang digunakan Dhafin saat berbicara dengan Lili. Suara itu sangat lembut. Berbeda sekali saat berbicara dengannya.
"Sekarang udah jadi istri, right?" tanya Dhafin dan Lili mengangguk hingga air matanya jatuh lagi. Dhafin mengusap air mata itu menggunakan ibu jarinya, "jangan nangis nanti make up lo luntur," ucapnya.
"Baik-baik ya. Semoga Lili bahagia," Dhafin mengecup kening Lili lama. Lagi, air mata Lili terjatuh. Lili mengingat kembali kenangannya bersama Dhafin. Memang bukan kenangan sepasang kekasih atau hubungan terlarang seperti yang pernah Lili baca di w*****d tapi Dhafin menyayangi dan menjaga Lili sepenuh hati murni sebagai adik sepupunya. Bahkan ketulusan itu bisa Lili rasakan hingga hari ini.
"Terimakasih," ucap Lili.
Melihat istrinya menangis, tangan Gerald memeluk pinggang Lili dengan erat. Gerald tersenyum tulus pada Lili, kemudian menggumamkan terimakasih pada Dhafin.
Sementara itu Kela masih menatap lekat pada Dhafin sampai lengannya ditarik oleh lelaki itu entah menuju ke mana. "Lepas," teriak Kela tertahan saat mereka sampai di salah satu sudut ruangan.
Dhafin menyeringai.
"Apaan sih lo?" ketus Kela. Kemudian dia berbalik dan bersiap untuk meninggalkan Dhafin sebelum lelaki itu kembali menarik tangannya dan seketika tubuh Kela kembali mengahadap Dhafin namun karena tidak seimbang dan tidak siap, Kela hampir saja terjatuh jika tangan Dhafin tidak melingkari pinggangnya. Kela terkejut begitu pula dengan Dhafin. Wajah mereka bahkan terlihat sangat dekat. Tanpa sadar jantung Kela berdetak lebih cepat dari biasanya.
Kela berusaha melepas pelukan Dhafin dari pinggangnya saat suara Danar meneriakan namanya.
"Di sini, Dan!" sahut Kela sedikit berteriak. Danar datang sambil berlari kecil. Dia menatap Dhafin dengan tidak suka.
"Kenapa lo nyulik Kela, Bang?" tanya Danar sambil menarik Kela sampai pelukan Dhafin terlepas dari pinggang Kela.
Dhafin berdecak, "siapa juga yang nyulik dia? Gue Cuma mau ngomong sesuatu," Dhafin memang tidak berniat menculik Kela tapi untuk alasan yang ia buat jelas itu sebuah kebohongan. Memangnya apa yang ingin Dhafin bicarakan pada Kela? Cuih. Jelas tidak ada. Dhafin menyeringai, kenapa juga dia menarik tangan Kela tadi?
"Gila!" pikirnya.
"Mau ngomong apa lo?" pertanyaan Danar membuat Dhafin tersadar dari pikirannya.
Ck. Sekali lagi Dhafin berdecak. "Udah deh anak kecil gak boleh ikut campur. Sana lo pergi, gue beneran mau ngomong sesuatu sama dia," Dhafin menunjuk Kela dengan dagunya.
"Gue gak mau ngomong sama lo!" ketus Kela. Lalu dia meninggalkan Dhafin dan Danar berdua saja.
Rahang Dhafin mengeras saat mendengar penolakan itu. Dia tidak terima hingga akhirnya mengejar Kela. Panggilan Danar tak ia hiraukan lagi, tujuannya sekarang adalah benar-benar menculik Kela dari pesta namun ternyata niatnya tidak semudah itu. Saat Dhafin tiba di dekat pelaminan banyak tamu yang sudah pulang, kini hanya tertinggal keluarga dekat saja. Dhafin melihat Kela sedang berinteraksi dengan Alena-mamanya serta Sia-tantenya. Tidak lama kemudian Dhafin juga melihat Lili ikut bergabung bersama mereka.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Dhafin membuat empat orang itu menoleh padanya. Dhafin tidak memperdulikan tatapan tajam Kela.
"Ohh.. hai sayang,"Alena mengapit lengan anaknya itu. Lalu dia mengalihkan tatapannya pada Kela. "Ini Dhafin, anak tante," jelasnya. Kela hanya mengangguk dan berusaha tersenyum sopan. Alena adalah tipe wanita yang mudah mengakrabkan diri. Dia baru saja bertemu Kela beberapa menit yang lalu tapi entah kenapa wanita itu merasa cocok.
Kela berusaha sebiasa mungkin menghadapi Dhafin yang tak kurang lima langkah di depannya. Kela juga tidak paham kenapa dirinya jadi sensitive saat melihat lelaki itu.
"Tante gimana kalau kita jodohin aja Dhafin sama Kela?" ide gila Lili berhasil membuat Kela menganga lebar. Saat Kela ingin membantah ide itu suara Alena mendahuluinya.
"Iya.. iya.. tante setuju!" ujar wanita cantik itu dengan semangat.
Kela masih berusaha bersuara tapi suara Sia ikut berpartisipasi, "Sia setuju, Mbak. Kela anak yang baik," ucapnya. Seketika bahu Kela merosot ke bawah sedangkan Dhafin menyeringai padanya. Sial.
"Gimana Kel? Dhaf?" tanya Lili bergantian menatap Kela dan Dhafin.
"Nggak!"
"Iya,"
Dhafin dan Kela saling memberikan tatapan membunuh. Dhafin dengan kekesalannya karena Kela kembali menolaknya, sedangkan Kela dengan kemurkaannya pada tanggapan Dhafin terhadap perjodohan gila yang ditawarkan Lili. Apa yang Dhafin pikirkan sehingga menerima perjodohan ini? jelas mereka berdua adalah musuh karena pertemuan pertama mereka bukan pertemuan manis seperti di n****+-n****+ atau ftv yang sering tayang di salah satu stasiun pertelevisian Indonesia. Terlebih lagi mereka baru dua kali bertemu.
"Gila!" pikir Kela.
Alena, Sia dan Lili silih berganti menatap Dhafin dan Kela. Alena menggeleng sedangkan Sia terkekeh dan Lili terbahak-bahak.
Kela merasa kesal dengan Lili, "Lili!" teriaknya. Dalam sekejab Lili berhenti tertawa.
"Jadi Dhaf, lo yang harus ngejar Kela. Nanti gue kasih informasi tentang dia," ucapnya pada Dhafin.
Kela menggeram, "Lili!" sekali lagi Kela berteriak.
Dan Lili kembali tak menghiraukan teriakan sahabat baiknya itu karena Lili sudah memutuskan siapa yang pantas bersama Kela. Dhafin orangnya, Lili sangat mengenal Dhafin, jadi Lili yakin dengan pilihannya.
"Apaan sih?" Danar yang baru saja bergabung bersama mereka merasa heran dengan situasi yang menurutnya sangat aneh ini.
Lili menatap adik bungsunya itu dan berkata, "Kela akan kami jodohkan dengan Dhafin," cengirnya.
Tubuh Danar menegang saat mendengar itu. Danar menarik tangan Kela secepat yang ia bisa. "Enak aja main jodoh-jodohin aja," Kela lega mendengar pembelaan dari Danar namun perkataan Danar yang selanjutnya membuat kepala Kela ingin meledak seketika. "Kela milik gue!" ucapnya dengan santai membuat semua orang yang mendengar itu terkejut bukan main.
Baiklah. Masalah Kela tidak lagi simple. Kela sangat yakin setelah ini ia akan kehilangan ketenangan yang selama ini ia ciptakan sendiri. Dan Kela merasa seperti bola saat Dhafin ikut menariknya.
"Lepasin gue!" teriak Kela. Dia sudah tak punya sopan santun lagi sekarang.
"Masa bodoh," pikirnya. Dia menghadap pada Alena, "maaf tante tapi Kela belum ingin menikah," tegasnya.
"Siapa juga yang mau nikah? Kita bisa tunangan dulu," Kela melotot pada Dhafin. Makan apa Dhafin sampai jadi seperti ini? apa dia sedang bermain-main? Sebenarnya Lili juga heran dengan keputusan Dhafin tapi Lili berusaha berpikir positive karena Lili yakin Dhafin tidak akan menyakiti sahabatnya.
Kela ingin memprotes dan dia harus melakukannya. Siapa juga yang mau tunangan dengan lelaki macam Dhafin.
Bagi Kela yang baru melihat Dhafin dua kali, laki-laki itu adalah sosok dingin, arogan dan menyebalkan. Kela bergidik ngeri saat tiba-tiba saja terlintas dalam benaknya gambaran pernikahannya dengan manusia satu itu.
Dan andai semua orang tahu lebih dari itu hatinya memang belum siap. Apa lagi orang itu adalah Dhafin yang bukan siapa-siapanya. Orang yang baru dikenalnya dua kali itupun hanya tahu nama. Lalu bersedia menikahinya? Tidak, Kela tidak sebodoh itu untuk menilai sesuatu. Kela yakin Dhafin sedang merencanakan hal buruk terhadapnya. Kela tidak akan membiarkan hatinya menerima luka baru. Lebih baik ia menutupnya selamanya.
.
.
.
Bersambung...