6. I Remember You

1111 Words
Kela baru saja menyelesaikan riasan wajahnya ketika bel apartementnya berbunyi. Kela tahu itu siapa. Danar, adik dari sahabatnya. Lili mengsmsnya semalam bahwa Danar memaksa untuk menjemput Kela di apartement. Tanpa curiga Lili bersorak senang mengabarkan hal itu pada Kela. Setelah Lili, Danar sendiri yang menelponnya bahwa adik dari sahabatnya itu akan berangkat bersamanya ke pernikahan. "Masuk dulu, Nar. Mbak mau pake heels dulu," Ucap Kela pada Danar setelah pintu apartement terbuka lebar. Beruntung Kela cukup mengenal baik adik sahabatnya ini jadi mereka berdua tidak perlu merasa segan untuk saling menyapa. "Mikela Putri, aku pernah bilang jangan panggil N A R," Danar sengaja mengeja 'Nar' sebagai penekanan ketidak sukaannya karena Kela memanggilnya dengan nama itu lagi. Dalam kalimatnya Danar juga menyebut Kela tanpa embel-embel 'Mbak' melainkan langsung namanya bahkan nama panjangnya. Namun bukannya tersinggung, Kela justru terkekeh mendengar protes dan panggilan untuknya dari adik bungsu sahabatnya itu. Danar itu masih muda namun umurnya tidak jauh berbeda dari Lili ataupun Kela. Saat ini adik bungsu sahabatnya itu sedang menyelesaikan gelar masternya. Makanya Danar tidak segan memanggil Kela tanpa embel-embel. "Ya ya ya adik bungsu," Kela sengaja menggoda Danar di sela-sela ia memasang heelsnya. Danar berdecak, "siapa juga yang mau jadi adik bungsu kamu," tuh kan. Danar selalu menganggap Kela seumuran dengannya sejak mereka pertama kali bertemu waktu itu. "Kamu jemput Mbak, terus pacar kamu sama siapa, Dan?" Kela tidak lagi menggoda Danar dengan panggilan sebelumnya, dan lagi Kela tidak pernah lupa menyisipkan panggilan 'Mbak' tiap kali dia berbicara dengan Danar. Bukan apa-apa, Kela hanya tidak ingin sesuatu terjadi di luar kehendaknya.. "Aku gak punya pacar kalau kamu mau tau," jawabnya. "Ayo, Dan." Ajak Kela saat ia selesai memakai heelsnya. Kela sengaja mengabaikan jawaban Danar. Tak butuh waktu lama mobil Danar sudah teparkir rapi di pelataran. Danar membantu Kela menuju aula yang sudah dipadati oleh tamu. Sebagai orang dalam Danar mengajak Kela mencari keluarganya terlebih dahulu. "Itu mama," tunjuk Danar saat melihat mamanya tengah menyambut para tamu. Danar dan Kela melangkahkan kaki menuju wanita itu. "Halo tante," Kela mencium pipi kanan dan kiri Sia, wanita yang dipanggil Kela tante. "Halo sayang," balas tante Sia. Kela memandangi tante Sia dengan takjub, wanita paruh baya itu terlihat cantik mengenakan motif yang sama dengannya. Kela dan keluarga Lili itu dekat. Meskipun Lili berada di luar negeri tapi Kela sering diajak ke rumah oleh mama Lili. Kela dan Lili mungkin jarang berhubungan ketika mereka berjauhan tapi mereka saling memberi kabar hanya lewat orang tua Lili. Aneh memang tapi begitulah kenyataannya, makanya waktu Lili kembali dari luar negeri Kela di hujani ketidak percayaannya. Terlebih lagi penampilan Lili jauh berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu. Lili itu tidak pernah pulang ke rumah sejak mereka berdua lulus kuliah, hal itu juga yang membuat mamanya menganggu Kela dengan cara sesering mungkin mengundangnya ke rumah. "Ma udah cocok belum jadi mantu?" bisik Danar pada mamanya yang masih sangat jelas bisa didengar oleh Kela. Mamanya terkekeh, "tergantung Kela, kalau dia mau?!" Kela jadi salah tingkah karena ulah dua orang ini. Sepertinya praduga Kela mengenai Danar yang menaruh hati padanya itu memang benar. Ada-ada saja, Bisik Kela dalam hati. "Gimana Kel? Mama udah iyes sama kamu," Danar bertanya dengan ikut menggerakan dagunya. "Hus kamu tu gak sopan sama Kela. Panggil Mbak dong, Kela lebih tua dari kamu," tegur mamanya. Dalam hati Kela mensyukuri teguran itu. "Nggak usah panggil Mbak juga kali ma, umur Danar sama Kela gak jauh beda. Selisih dua tahun doang," tante Sia memukul kepala Danar. Kela terkekeh melihat itu. Saat Danar bersiap untuk menambahkan pembelaannya, Kela mendahului. "Ergg tante, pengantinnya belum siap juga?" Kela mengalihkan pembicaraan yang sebenarnya tidak ia suka sejak tadi. Danar dan mamanya mengalihkan pandangan mereka kearah pintu yang saat ini memperlihatkan Lili yang telah di gandeng oleh Gerald. Lalu berhenti pada singgasana yang telah disiapkan untuk sepasang raja dan ratu itu hari ini. "Itu mereka," tunjuk Danar. Mereka bertiga plus papa Lili yang baru datang menggandeng istrinya menuju pengantin. "Kelaaa," menurut Kela, Lili terlalu antusias memanggil namanya sampai-sampai semua orang ikut menolehkan kepala. "Maaf," kata Kela kepada mereka. Lalu Kela menatap Lili. Kela mengaggukan kepalanya untuk menanggapi panggilan itu. Lili mengulurkan tangannya minta di sambut oleh Kela. Kekehan kecil keluar dari mulut Kela, ternyata Lili masih sama. Pecicilan, blak-blakan, tidak peduli saat ini dia sedang menjadi ratu, Lili tetap tidak ada anggun-anggunnya. Tapi dia terlihat sangat cantik dan bahagia. "Syukurlah," bisik hati Kela. Dia pun menyambut uluran tangan itu. Meremasnya perlahan agar Lili merasa nyaman. Gerald yang melihat interaksi dua wanita itu hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Saat Kela beralih menatap Gerald, Kela mengucapkan terimakasih tanpa suara yang mendapat anggukan dari sang raja di hari ini. Kela pun tidak memiliki kecanggungan apapun pada Gerald, begitu pula sebaliknya. Meskipun dulu Gerald pernah menyukai Kela tapi saat ini sepenuhnya hatinya hanya milik Lili, sahabat dari wanita yang dulu pernah menawan hatinya. Kela berdiri di sebelah kiri Lili disusul orangtuanya. Sedangkan orangtua Gerald berdiri di sisi yang lain bersama Danar. Tak terasa tinggal setengah dari tamu yang mengantri untuk mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Sisanya sudah selesai sejak sejam yang lalu. Kela menunduk sambil menggerak-gerakan salah satu kakinya karena merasa pegal. Kela berpikir bagaimana dengan Lili yang sekaligus membawa sanggul serta hiasan pengantin di atas kepalanya? Pasti sangat lelah. "I remember you," celetuk seseorang dengan suara dingin yang baru saja sampai di depan pengantin wanita. Kela mengerutkan keningnya. Dia yang tadi menunduk kini mengangkat kepalanya karena penasaran. Dia mengira suara tersebut tertuju untuk Lili tapi ternyata itu untuk dirinya sebab si pemilik suara sedang menatap kearahnya meskipun tubuh laki-laki itu tepat berada di depan Lili. "Lo kenal Kela, Dhaf?" tanya Lili di saat Kela mati-matian mengingat lagi siapa gerangan laki-laki di depannya ini. Kela mengalihkan tatapannya kepada Lili kemudian Dhafin secara silih berganti. Dhafin mengangguk, "tukang kue," katanya sambil menunjuk Kela menggunakan dagunya. Kela menganga saat ingatannya kembali. Dia adalah orang yang sama dengan laki-laki kurang ajar yang Kela temui sebulan yang lalu. "Apa katanya? Tukang kue?" Kela hampir saja berteriak. Untung dia ingat kalau saat ini dia sedang berada di pesta pernikahan Lili. Kela menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Jangan sampai dia lepas control lagi gara-gara laki-laki ini. Sementara itu, Lili mengerutkan keningnya, "tukang kue?" ulangnya lalu ia terkekeh. Lili menggeleng, tidak percaya dengan sebutan Dhafin untuk Kela. Ya, memang tidak salah, tapi sedikit aneh saat didengar. Lili memperhatikan tatapan membunuh yang diberikan Kela untuk Dhafin. Hal itu semakin membuat kerutan di dahi Lili menjadi lebih dalam. Jika saja saat ini dia sedang tidak menjadi pengantin wanita, ingin sekali Lili bertanya apa yang terjadi. Namun senyum bahagia tidak bisa Lili tahan saat satu ide muncul dalam benaknya. "Mungkin ini saatnya," bisik hati Lili. . . . Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD