“Ya nggak lah, kampret. Ngapain gue bercanda. Papi bukan masalah terbesar yang harus Kak Daren hadapi. Dia punya seribu kunci buat dapatin apa yang dia inginkan.” Devya menghela napasnya dengan panjang. “Gue gak bisa yakinkan hati gue, tapi lo bilang kayak gini malah buat gue jadi malu sendiri.” Meisya kemudian mengusapi lengan sahabatnya itu seraya mengulas senyumnya. “Kak Daren siap perang, andai Papi masih menolak, Devya. Gue tahu betul, Kak Daren kayak apa. “Dia paling nggak suka dibantah apalagi ada yang melarangnya. Apalagi yang melarang adalah Papi. Tanpa Kak Daren, Papi gak akan bisa bangun perusahaannya sampai ke titik ini.” Devya tersenyum tipis. “Dan gue hanya bisa ikuti alur yang ada. Kalau Daren memang mau pertahankan gue, gue ikut. Gue jalani. Tapi, kalau memang dia mau m