"Garing amat lagi bercandanya," ujar Abel ketika sudah sampai di kamar. Beruntung sekali sebelum sampai di rumah ia mampir sejenak di masjid untuk melaksanakan shalat maghrib. Abel meletakkan ransel di lantai. Ia memilih untuk membaringkan diri yang mulai mencapai batasnya sendiri. Kilasan-kilasan ingatan mulai berdatangan, Abel tertawa garing mengingat bagaimana obrolan antara dirinya dengan dosen pembimbing. Awalnya niat Abel ingin mencairkan suasana, tetapi nyatanya tidak ada yang berubah. Obrolan yang ia angkat malah terkesan garing, entah karena lawan bicara atau mungkin Abel yang salah memilih bahan obrolan. Entahlah.
Keisengan Abel muncul, ia mencari aplikasi berbaur pelet online di playstore. Betapa terkejutnya Abel ternyata aplikasi itu ada. Ia bahkan tertawa sampai otot perutnya keram. Sungguh tidak dipercaya, siapa gerangan yang membuat aplikasi itu.
"Gila amat yang buat, hahah..."
Abel dengan iseng melihat penilaian tentang aplikasi tersebut, ia bertambah ngakak. Bayangkan saja zaman sekarang masih ada yang percaya begituan.
"Ketawa keras banget nak!"
Abel langsung berhenti tertawa, ia nyengir kepada sang Mama yang masuk ke dalam kamarnya.
"Eh Ma, tadi pulang jam berapa?" tanya Abel sambil memijit pundak sang Mama.
"Siap asar Mama udah pulang, Nggak capek kuliah sambil kerja gini?"
Abel tersenyum, awalnya sang Mama tidak setuju jika Abel bekerja. Namun Abel berusaha meyakinkan sang Ibu bahwa pekerjaan yang ia ambil tidak terlalu berat dan juga pekerjaan itu tidak mengganggu pengerjaan skripsi Abel.
"Kan skripsi doang Ma, di tempat kerja juga bisa ngerjain skripsi kok."
Mama Abel menarik nafas dalam, ia bisa apa kecuali hanya bisa percaya kepada anak satu-satunya itu.
"Mama jangan khawatir, doain Abel biar kelar semester ini."
Mama tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Abel. Sudah hampir sepuluh tahun Abel dan sang Mama hanya hidup berdua karena sang Mama sudah bercerai dengan Papa Abel. Sekarang Papa Abel sudah mempunyai keluarga baru. Sebenarnya Abel tidak masalah jika sang Mama menikah lagi, tetapi sampai saat ini Mama masih bertahan sendiri. Hanya Abel yang ia punya. Begitu pun sebaliknya.
"Mama selalu doain terbaik untuk Abel, tapi kalau udah nggak sanggup bilang Mama ya? Jangan di pendam sendiri."
Abel mengangguk semangat. Mereka berdua mengobrol, tidak jarang Abel menceritakan tentang teman-teman kampus dan juga dosen pembimbingnya. Mama selalu mendengarkan cerita Abel dengan antusias. Perlakuan sederhana dari sang Mama mampu membuat Abel terharu. Setelah selesai mengobrol, Mama memilih untuk bersiap ke masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah sedangkan Abel langsung menunaikan shalat isya di rumah. Sesekali jika Abel rajin ia mengikuti sang Mama untuk shalat di masjid.
Abel serius dengan ucapannya beberapa jam ke belakang, ia langsung belajar memahami tentang metode PSO untuk optimasi pada model prediksi saham yang akan ia buat. Kopi hitam sudah berdiri sempurna di samping laptopnya. Beginilah kehidupan anak semester tua, tuntutan demi tuntutan membuat mereka harus bergerak sendiri. Ketika seseorang memilih untuk kuliah berarti ada amanah di pundaknya untuk menyelesaikan itu. Jangan sampai berhenti di jalan sesulit apapun. Abel masih ingat beberapa cerita kakak kelasnya, "Masuknya mudah, cuma keluarnya yang susah."
Abel membenarkan perkataan itu, lihat saja sekarang ia masih berada di kampus. Kata orang anak teknik wajar lulusnya terlambat, ya Abel berterima kasih kepada siapapun yang mempunyai pikiran itu karena itulah kenyataannya.
Ets jangan salah, jurusan yang lain juga tidak kalah sulitnya. Hanya saja mahasiswanya semangat dan serius untuk menyelesaikannya. Abel saja yang banyak tingkah dan sekarang kesusahan sendiri. Entahlah. Semua orang punya pikiran masing-masing. Kadang pikiran kita A sulit tetapi pikiran orang lain malah B yang sulit dan A yang mudah. Ya begitulah hidup.
Sebentar, Abel harus fokus belajar terlebih dahulu. Matanya berulang kali berpindah dari atas ke bawah untuk melihat layar laptop. Sepanjang jalan, ia sedikit paham jika metode PSO tidak semudah omongan dari Bapak Edgar tersayang. Rumus matematikanya komplit pake banget. Bisa mati Abel jika sampai mengambil metode itu, apalagi belum ada yang menjadi metode itu untuk optimasi pada kasus Abel. Benar- benar Bapak Edgar ingin Abel lama berada di kampus.
Oke oke, Abel kepedean jika bapak ingin selalu bertemu dengannya. Pikiran itu sebenarnya hanya untuk menghibur dirinya sendiri. Abel masih waras, ingat itu.
Abu upil mana terlihat, haha.
"Saya doakan Bapak di sepertiga malam nanti, saya pengen balas dendam Haha," ujar Abel bermonolog sendiri. Jangan salah, selama skripsi dia jadi rajin shalat malam. Dasar Abel, walaupun niat awalnya sedikit melenceng setidaknya sekarang ia mulai terbiasa. Abel tidak pernah mendoakan dosennya itu jelek-jelek. Pesan Mama, sejahat apapun orang lain kepada kita jangan pernah mendoakan yang buruk-buruk. Oke Abel mengamalkan apa yang Mamanya katakan.
"Ya Allah turunkan selera Pak Edgar agar dapat melihat saya."
Itu cuplikan doa yang pernah Abel pinta walaupun hanya sekali.
Abel yakin jika ia menolak metode yang di rekomendasi Pak Edgar. Ia juga bertanya kepada salah satu senior yang merupakan teman dari suami Diba. Dirasa sudah tidak ada lagi kendala yang berarti Abel memilih untuk menyelesaikan proses belajar. Badannya benar-benar butuh istirahat, tidak lucu jika ia harus sakit hanya karena kurang istirahat. Abel tidak mau menyusahkan dan membuat khawatir sang Mama.
Kebiasaan Abel, sebelum tidur ia bermain ponsel terlebih dahulu. Kadang sampai kebablasan sendiri karena tidak sadar waktu. Sering sekali Abel mengalami yang namanya ketidaksadaran. Ia sudah mulai berbaring dari jam sembilan malam, niatnya ingin tidur cepat. Tetapi kenyataannya apa? Abel malah tidur jam 1 pagi hanya karena melihat postingan ig. Lalu ia mentekadkan diri untuk menghapus aplikasi i********:. Ternyata tidak bertahan lama, beberapa jam setelah menghapus aplikasi itu Abel kembali mendownloadnya. Buang-buang kuota saja. Abel akui dirinya memang agak rada error sedikit.
Oh ya, Abel sampai lupa untuk menyampaikan kepada sang dosen untuk segera melamarnya. Ets jangan senyum dulu, Abel masih waras. Bisa-bisa dosen pembimbingnya berganti dalam hitungan detik. Ia langsung mengirim pesan kepada sang dosen, berhubung masih pukul sembilan kurang sepuluh menit malam.
Whats App
Abel : Assalamu'alaikum Pak, selamat malam. Maaf mengganggu waktunya, saya sudah pelajari tentang PSO dan saya yakin akan mengambil metode Adam dan MGD karena saya rasa dua metode itu lebih mudah di pahami.
Ternyata masih ceklis satu, mungkin sang Dosen sudah tidur. Beberapa menit kemudian, ada notif yang sudah Abel tunggu-tunggu. Sebagaimana Abel menunggu perasaan cintanya terbalas. Asik.
Dosbing Ganteng : Oke
Ha? Abel melihat dengan jeli lagi. Balasan pesan yang sudah di ketika panjang kali lebar hanya "Ok" saja. Wahh Abel benar-benar makin cinta jika seperti ini. Info di bawah nama kontak sang dosen sudah hilang yang semulanya "online".
Abel : Pak saya izin nambah pelet buat Bapak ya biar baik sama saya dan nggak cuek lagi. Masa cue
Awalnya Abel ingin menghapus deretan kata yang ia ketik, tetapi bukan menyentuh tombol delete malah menyentuh tombol enter. Pesan itu terhapus.
"Mampus gue," ujar Abel.
Iya langsung menghapus pesan itu.
Dosbing Ganteng : ??? Kamu sehat Abel? Kamu beneran mau nikah sama saya?
Double Kill, ia berteriak di dalam hati. Pesan itu ternyata sudah dibaca.
Abel : Sehat Pak, Ya maulah Pak HahaHAHAHAHAH. Bapak bisanya ngomong doang hihi
Dosbing Ganteng : Oke
Ha? jawabannya "oke" lagi. Apa dosennya marah karena bercandanya keterlaluan? Abel buru-buru mengetik pesan permintaan maaf.
Abel : Pak saya minta maaf, Jangan tersinggung ya Pak. Maafkan ketidaksopanannya saya. Maaf sekali lagi Pak. Pak saya bercanda. Saya tahu bercanda dengan dosen ada batas-batasannya. Maaf Pak, jangan persulit bimbingan saya. Saya salah Pak...
Abel : Pak!!! Saya minta maaf (emot sedih sebanyak-banyaknya)
Tidak ada balasan tetapi sudah terbaca. Abel merutuki dirinya sendiri. Otaknya kapan warasssss? tolonglah!!! Abel meringis meratapi nasib skripsinya ke depan.