Aku bisa melihat rahang Papa mengeras, terlihat sekali kalau beliau sedang marah. Mas Dilan masih tak sadar, dia kini masih bersandar padaku seperti anak kecil. Katashi duduk di sebelah Mas Dilan, menunduk takut-takut. Sementara itu, Mama duduk di sebelah Papa, mengelus pelan lengan beliau, mencoba menenangkan. “Ini salah saya, Om.” Katashi lagi-lagi menyalahkan dirinya. Tadi, dia sudah menjelaskan kronologi bagaimana Mas Dilan bisa mabuk, dan menurutku, ini jelas bukan salahnya sama sekali. Jadi, Katashi bilang, Mas Dilan tiba-tiba datang dan bilang ingin menginap di apartemennya karena sudah malam. Wajahnya kusut, tetapi tak banyak bicara. Aku yakin, dia kusut karena perseteruan kami. Ketika Mas Dilan datang, kebetulan Katashi sedang kebelet mau ke kamar mandi. Dia hanya mempersi