Mas Dilan mendiamkanku. Dia tidak mengajakku bicara sama sekali, dan hanya sibuk pada dunianya. Apakah dia memang semarah itu, sampai mengabaikanku sedemikian rupa? Oke, memang ini bukan kali pertama aku diabaikan olehnya, hanya saja kali ini rasanya berbeda. Aku jelas habis membuatnya marah, jadi sampai detik ini aku masih merasa bersalah meski aku sudah meminta maaf beberapa kali semalam. Saat ini aku sedang menonton TV sambil bersandar di kepala ranjang, sementara Mas Dilan sedang mandi. Acara pulang ke rumah yang Mas Dilan persiapkan untuk kami tinggali, harus mundur satu hari atas permintaan Mami. Beliau masih ingin tinggal bersamaku, mengingat setelah ini belum tahu lagi kapan aku akan tidur di rumah. Krek!